37. It's My Fault

142 25 13
                                    

Want to communicate or just say hello? You can go directly to Instagram, okay?

Ig : chelsy_harisa

She will reply u on Instagram.
Thank u so much.

Btw, gue nggk bisa bikin adegan dramatis amat, jiwa gue terlalu kaku buat gituan. Tapi, gue mencoba.

Happy reading, yaw.

✨✨✨

Suara samsak yang dipukul, menarik perhatian Jerry ——teman satu kelas Pastian——. Cowok itu tengah terduduk sambil beristirahat setelah angkat barbel, sembari menyeka keringat, Jerry melirik sekilas.

"Nggak biasanya lo emosi gitu," ucap Jerry heran.

Pastian menghela napas, tak menjawab ucapan Jerry. Dia malah kembali memukul samsak dengan sekuat tenaga lalu terjatuh sambil menghantam lantai.

"Argh!" ringis Pastian.

"Nggak jelas," ungkap Jerry mengangkat bahu, lalu memandang temannya yang lain.

"Gue susah payah ngehasut Azriel, perubahannya cuman 50% paling banyak, heran," gumam Pastian membalik badan, lalu tiduran terlentang.

"Lo sadar nggak? Azriel nggak bakal berubah sejauh yang lo pengen," balas Jerry acuh tak acuh.

Tidak berubah sejauh itu? Pastian menatap Jerry kesal, jaid dia harus apa agar Azriel berubah banyak? Menghasut orang layaknya setan ternyata sesusah itu, Pastian jadi malas.

"Lo sebelas duabelas sama setan, malah lebih setan lo," ucap Jerry menertawai Pastian.

"Bacot anjing!" umpat Pastian tak terima disamakan dengan setan.

Mereka beradu mulut, bersitegang urat sambil memukul satu sama lain. Mereka tak sadar kalau Azriel masuk dan membuka sepatu dengan raut datar. Manik cokelat terang itu menatap keduanya, lalu melongos tak peduli ke arah barbel.

Menatap barbel lama, Azriel pemanasan terlebih dahulu, baru mengangkat barbel dengan perlahan. Dari hari ke hari barbel itu terasa ringan di tangannya, Azriel yakin dirinya sudah mulai terbiasa.

"Apa manfaatnya, ya," gumam Azriel heran.

Padahal dia minta diajarkan bagaimana caranya beladiri, namun Pastian mengajaknya ke tempat gym. Memang sesekali akan ada latihan tinju atau beladiri, tapi jarang sekali.

"Polos banget," gumam Jerry ketika melihat tingkah laku Azriel. "Dan lo nggak bisa bikin tuh anak berpihak sama lo seratus persen? Tolol."

Pastian menyerngit tak suka. "Tolol nyebut tolol! Sini lo!"

Selagi keduanya bertengkar, Azriel menatap sekeliling dengan kening berkerut. Entah kenapa dia memiliki firasat yang amat buruk karena Pastian. Semenjak bergabung dengan mereka, Azriel tak pernah lagi bertemu dengan Devan.

Cowok yang Azriel sukai.

Menghela napas perlahan, cowok itu memilih keluar dari ruang gym dan terduduk di dekat pintu. Ruangan yang awalnya terdengar ramai itu tiba-tiba saja senyap, Azriel merasa janggal akan hal itu. Menguatkan indra pendengaran, sayup-sayup cowok itu bisa mendengar percakapan antar Pastian dengan Jerry.

"Trus, lo mau apa sekarang?"

Pastian menatap Jerry lama. "Karena usaha gue buat Azriel jadi jahat nggak berjalan dengan lancar, kemungkinan besar gue bakal bikin Devan babak belur besok di sekolah."

"Gagal ngadu domba antara Azriel sama Devan, akhirnya lo turun tangan sendiri," ucap Jerry dengan nada mengejek. "Mana gagalnya sama boti lagi, bukan orang normal!"

I'm (not) a BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang