38. It's My Fault (2)

236 29 9
                                    

1 bulan sebelum masuk Starlight.

Seorang cewek dengan potongan rambut long layers itu, berdiri di depan rumah yang telah lama dia tinggali, semenjak kematian Tante yang dia sangka sebagai ibu kandungnya saat ini, Selena tak pernah lagi tinggal di sana.

Dan hari ini, cewek itu kembali lagi ke rumah itu karena ayah kandungnya. Sedikit demi sedikit Selena mengetahui semua kebenaran yang mulai terkuak, salah satunya ayah kandung yang selama ini tak pernah dia temui sejak lahir.

Awalnya Selena tidak percaya karena seorang pengacara mengiriminya dokumen penting tentang ayah kandungnya, orang itu juga mengirimi bukti seperti akte untuk menguatkan keterangan yang ada. Mau tidak mau Selena harus menemui orang yang bernama Arkan dan menanyainya dengan jelas.

Masalahnya, di akte itu tidak terdapat nama Mamanya, apa itu akte palsu?

Berdiri di depan rumah itu dengan helaan napas panjang, Selena mencoba meyakinkan diri. Andai kata isi dokumen itu tidak benar, maka Selena akan meninggalkan rumah ini selamanya dan takkan kembali. Bagaimana pun Selena takkan tinggal di rumah ini lagi jika bukan karena Tante dan Omnya.

"Dari mana?"

Suara seorang pria dengan nada sinis membuat Selene mengalihkan perhatiannya, manik hitam itu menatap Arkan dengan sorot ingin tahu. Apakah pria yang berdiri di ambang itu adalah ayah biologisnya? Jika benar, kenapa selama ini Selena tidak pernah menjumpainya secara langsung?

"Anda ... Papa saya? Arkan Andreas?" tanya Selena memastikan.

 Pria bernama Arkan itu mendengus sinis. Dia menatap Selena dari atas hingga bawah, penampilan anak itu seperti anak gadis pada umumnya. Surai hitam yang panjang hingga menyentuh pinggang, kaos putih pendek yang dilapisi cardigan warna kulit, dengan celana yang senada.

Sekilas Arkan melihat refleksi istrinya di diri Selena, lalu mengalihkan pandangan sejenak.

"Ya, saya Arkan. Ayah biologis kamu," ucap Arkan enggan.

"Tapi, ke mana aja anda? Kenapa saya tinggal bersama Om dan Mama?"

Mama? Arkan berdecih, ternyata adik dari istrinya itu mengaku sebagai Mama Selena. Tapi, Arkan tidak akan membicarakan kenyataan sekarang, dia akan mengungkapkannya nanti saat mental dan spikis anak itu terkikis.

"Masuk, jangan cuma berdiri di sana," ucap Arkan datar, lalu meninggalkan Selena dengan angkuh.

Selena mundur selangkah, ingin mundur lagi tapi dia penasaran dengan alasan orang yang katanya adalah ayah biologisnya. Menggeleng pelan, cewek itu akhirnya masuk ke dalam rumah dan mengikuti Arkan.

Duduk di ruang keluarga, Selena menatap sekeliling. Tidak ada yang berubah dari rumah ini, termasuk tata letak barang. Bedanya ada di selimut putih yang menutupi beberapa perabotan agar tidak berdebu.

"Kamu harus menuruti keinginan saya."

"Kenapa saya harus ngikutin keinginan anda?" tanya Selena berani, dia tidak begitu mengenali pria di depannya ini.

"Kamu ikuti keinginan saya, saya akan mengatakan semua fakta yang tidak kamu tahu, termasuk keluarga aslimu," ucap Arkan dengan nada rendah.

Keluarga asli? Bukankah Mama yang selama ini merawatnya dan meninggal 3 tahun lalu, lalu pria dewasa di depannya ini adalah orangtuanya? Tapi kenapa Arkan mengatakan seakan-akan ada sesuatu yang tersembunyi di balik itu semua?

"Kenapa? Bukankah anda tidak menganggap saya anak dan malah menghilang meninggalkan Mama?" Selena berkata sinis.

Meja yang digebrak keras oleh Arkan membuat Selena terkejut bukan main. Ekspresi Arkan terlihat marah dengan urat-urat yang menonjol di keningnya, bahkan manik hitam pria itu menatapnya tajam. Sesaat Selena berpikir bahwa manik hitam miliknya diwarisi oleh Arkan.

I'm (not) a BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang