29. Rumah

353 39 18
                                    

Disarankan mendengarkan lagu

ECHANTED - Taylor Swift

I was enchanted to meet you~

✨✨✨

Achoo!

"Kok dingin, ya?" ucap Devan linglung, dia bersin-bersin tak karuan sambil ditarik oleh Zain.

Zain berhenti, menatap Devan yang terdiam sambil menatapnya. Manik segelap malam itu bertubrukan dengan manik cokelat almond milik Zain. Rasanya Zain ingin sekali menasehati Devan, tapi bukan itu yang dibutuhkan cowok gadungan itu sekarang.

"Ini mobil siapa?" tanya Devan baru sadar saat mereka berhenti di depan kendaraan itu.

"Mobil bokap gue, masuk, Van. Lo kedinginan," ucap Zain pelan, cowok itu membukakan pintu dan mendorong Devan pelan.

Tak ingin berpikir lebih jauh, Devan masuk ke dalam mobil. Begitu Zain masuk, cowok itu mengambil handuk kecil dan menyuruh Devan menghadap ke arahnya.

"Kamu kenapa?" tanya Zain lembut, tangannya bergerak mengusap rambut Devan yang basah dengan handuk.

"Kamu? Lo sakit, Zain?" Devan menatap Zain heran, merasa aneh dengan nada temannya yang tidak biasa.

Terkesan lembut seolah-olah berhadapan dengan cewek.

Bukannya menjawab, Zain hanya tersenyum kecil. Membiarkan Devan yang berpikir keras dengan kening berkerut dalam, cowok itu terus mengeringkan rambut Devan sambil mengusap wajahnya gemas.

"Lo ikut ke rumah gue, nggak baik anak kecil kayak lo berkeliaran di luar, apa lagi pakai acara mandi di sungai tadi," ucap Zain mengganti kalimatnya, awalnya dia ingin bilang anak cewek, tapi tidak jadi karena Devan masih berpakaian seperti cowok.

"Anak kecil? Dikira gue bocil apa, udah siap jadi bapak orang gue," ucap Devan sewot.

Zain menahan tawa, bapak orang katanya? Andai saja Zain tidak tahu Devan adalah cewek, kemungkinan saja dia bakal mengangguk mengiyakan semua perkataan absurd itu.

"Serah lo," balas Zain menutup mulut, takut dikira meledek cewek di sebelahnya.

Selesai mengeringkan rambut Devan, Zain melajukan mobilnya pulang. Dalam perjalanan cowok itu sengaja membeli teh hangat untuk cewek di sebelahnya, lalu pulang.

Begitu sampai di rumah, Zain turun dan membukakan pintu untuk Devan. Sikapnya sangat alami, membuat Devan curiga bukan main pada Zain.

"Zain, lo homo?" tanya Devan menyipitkan matanya curiga.

"Cuma sama lo gue homo," balas Zain enteng.

"Hah?"

Tak mendengarkan Devan, Zain mendorong cewek itu masuk ke dalam rumah. Pikiran Zain begitu tenang, dia hanya ingin orang yang dia anggap istimewa dalam keadaan  baik-baik saja. Walaupun, Devan sempat berendam di sungai malam-malam.

"Ma, Pa, Zain pulang," ucap Zain tetap mendorong Devan ke arah kedua orangtuanya.

"Bodoh! Baju gue basah, ngapain lo nyeret gue ke sana anjir!" ucap Devan panik.

"Diem," balas Zain menutup mulut Devan dengan gemas.

"Zain? Siapa yang kamu bawa?" tanya Nata sembari menoleh.

Nata menatap Devan yang gelisah tak menentu, cewek itu masih menunduk, tak menyadari kalau orangtua Zain adalah orang yang dia kenal.

"Devan?"

I'm (not) a BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang