Chapter 1

4.1K 127 1
                                    

###

"Nothing's changed. No one can take your place."

---

From : kathsheenan@yahoo.com

Lantas kenapa kau masih berada disana? Kau tahu, kau tidak akan pernah bisa lepas dari kenangan menyakitkan tentang gadis itu jika kau masih terus berada di New York. Sudah empat tahun, Justin. Kau harus mencoba melepaskan diri dari masa lalu. Kenapa kau tidak berpikir untuk datang ke Vegas? Kau akan punya banyak sahabat yang super baik dan kegiatan yang menyenangkan disini.

Laki-laki berambut cokelat terang itu membuang napas begitu dia selesai membaca surat elektronik yang baru saja dikirimkan oleh gadis asal Vegas yang telah dikenalnya selama empat tahun terakhir. Katrina Sheenan. Gadis yang menolongnya dari jebakan Mandy Hart. Mereka jadi sahabat dekat yang rajin berhubungan lewat e-mail selama empat tahun terakhir. Katrina adalah gadis yang mampu mengerti apa yang dirasakan oleh Justin. Mungkin karena gadis berambut cokelat panjang itu juga tumbuh di lingkungan yang keras. Katrina adalah sosok yang tidak pernah bisa dipisahkan dari balapan liar di jalanan juga diskotik, nyaris serupa dengan Justin. Kalau boleh jujur, justru selama ini surat-surat elektronik yang dikirimkan oleh Katrina lah yang mampu membuat pikiran Justin jernih kembali. Tentu saja, melewati empat tahun sendirian tanpa sosok Spring di sampingnya bukanlah sesuatu yang mudah. Selama empat tahun belakangan Justin berusaha keras untuk menutup kembali luka yang menganga dalam hatinya, namun segala usahanya sia-sia. Spring ada dimana-mana. Gadis itu ada di antara kerumunan orang di stasiun subway, di atas panggung gedung pertunjukan atau bahkan di Red Square dan Kitten Club. Justin tidak punya tempat yang bisa dia singgahi tanpa harus mengingat seorang Spring Rutherford.

Dan kini saran dari Katrina mulai terasa menggelitik hatinya.

Pindah ke Las Vegas? Satu-satunya yang Justin tahu tentang Las Vegas adalah kota itu berada di negara bagian Nevada dan terkenal akan dunia hiburannya seperti kasino dan diskotik sampai-sampai wilayah metropolitan Las Vegas merupakan wilayah paling terang di Bumi ketika malam hari tiba. Entah kenapa ajakan Katrina mulai terasa menarik di telinga Justin. Las Vegas? Ya, Justin pernah kesana satu kali. Dia harus pulang keesokan paginya karena kalah telak ketika berjudi dengan salah satu pengunjung kasino. Kekalahannya itu membuat tabungan pribadi milik Justin berkurang drastis hingga ibunya mengambil langkah tegas untuk memanggil laki-laki itu pulang. Las Vegas. Kota yang paling banyak muncul dalam film dan acara televisi. Juga tentu saja, akan ada banyak berandalan dan mafia kelas kakap disana. Sepertinya semua itu menarik. Pindah ke tempat baru. Suasana yang baru. Dan teman-teman yang baru. Mungkin dengan berada disana, Justin bisa menyembuhkan luka dalam hatinya. Ya, untuk pertama kalinya seorang Justin Bieber merasakan sakit akibat luka yang tidak kunjung sembuh. Dan mungkin luka itu akan tetap membekas selamanya. Justin tidak pernah menginginkan luka itu hilang, tapi dia hanya ingin agar rasa sakitnya berkurang. Agar dia tidak perlu terus menerus teringat pada Spring Rutherford.

Justin menghembuskan napas perlahan, lantas memutuskan mengetikkan e-mail balasan untuk Katrina setelah sebelumnya melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya. Hm, mungkin Katrina sedang akan balapan sekarang. Gadis itu pernah bercerita bahwa dia seringkali terlibat balapan atau berdansa heboh di club ketika jam di dinding menunjukkan pukul tiga pagi. Tapi biarlah. Makin cepat Justin membalas e-mail dari Katrina, akan makin baik.

To : kathsheenan@yahoo.com

Move to Las Vegas? It sounds interesting. I'm gonna speak to my parents soon. See you later, Kath.

***

Spring Rutherford menyingkap gorden yang menutupi jendela kamarnya, dan matanya langsung bertemu dengan langit malam kota Las Vegas yang ditaburi oleh bintang. Dia bisa melihat jelas keramaian jalanan dan kasino-kasino di bawah sana lewat jendela kamarnya yang terletak di lantai dua puluh sebuah gedung apartemen di pusat kota. Spring menggigit bibir sambil meraba lehernya, dan dia menghela napas panjang begitu menyadari bahwa tidak ada lagi seuntai kalung dengan tiga liontin di lehernya. Kalung itu tak ada lagi dalam genggaman tangannya semenjak empat tahun silam. Semenjak dia mau tidak mau harus terpisah dari Justin. Semenjak dia harus merelakan bahwa Justin hanya menganggapnya sebagai sosok kekasih yang telah meninggal. Tanpa pusara dan hanya menyisakan butiran abu. Meskipun sebenarnya dia masih hidup dan masih mampu menghirup oksigen di dunia ini.

Stardust (Sequel of The Dust) by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang