---
"All my scars are open tonight."
Van itu berhenti di sebuah gang yang berada di Distrik Tiga kota Las Vegas. Pria yang duduk di bagian depan—namanya Carl—menoleh ke belakangnya dan menatap gadis berambut cokelat bernama Katrina yang kini hanya mengangkat sebelah alis untuk membalas tatapan pria itu. Carl terkekeh, sebelum akhirnya menarik laci dashboard van lantas mengeluarkan alat pendengar dan memberikannya pada Justin sementara Will, Jason dan Thea sendiri sudah memasang alat pendengar mereka. Justin memakai alat pendengar itu tanpa banyak berbicara dan diam untuk mendengarkan ucapan Carl. Ya, Carl adalah pemimpin dari kelompok ini. Laki-laki itu mungkin baru berusia sekitar dua puluh enam tahun. Hanya lebih tua dua tahun dari Justin. Tapi aura kepemimpinannya sudah sangat terasa. Katrina bilang Carl memang telah terbiasa hidup di jalanan yang keras. Dan mereka semua, melakukan pekerjaan penuh resiko seperti ini semata-mata karena mereka tidak punya pilihan lain. Sejujurnya, Las Vegas sendiri bukanlah sebuah kota yang menawarkan banyak pilihan.
"Paket yang baru disita itu berada di ruangan interogasi. Lantai tiga, unit C ruangan nomor 35." ujar Katrina sambil mengunduh data-data dari macbook yang berada di tangannya. "Kau harus masuk dan mengambil paket itu dalam waktu kurang dari tiga puluh menit karena kabarnya perwakilan lembaga FBI dari Washington akan datang kesini dalam waktu kurang lebih empat puluh lima menit lagi untuk mengambil paket itu. Mereka akan menganalisisnya di Washington sebelum akhirnya berusaha mengungkap jaringan perdagangan obat bius yang beredar di Amerika. Ada banyak jebakan dan system pengamanan yang tidak main-main di dalam, dan satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan kalian adalah dengan mendengarkan perintahku." Jari telunjuk Katrina menghempas tombol ENTER di deretan keyboard macbook nya lantas gadis itu juga memasang microphone mungil seukuran chip microSD.
"Nah, good luck." balas Katrina. Carl terkekeh lantas keluar mobil bersama Jason, dan Will. Justin baru saja akan melangkah keluar ketika Katrina menahannya.
"Kenapa?" Sebelah alis Justin terangkat.
"Kau yakin? Jika kau ikut dalam misi ini, berarti kau akan bertugas mengamankan koridor 22C di lantai tiga." Katrina mendesah. "Koridor yang paling dekat dengan ruangan yang menjadi target dari misi ini. Kau harus mengamankan koridor itu dari siapapun sampai Carl berhasil mengambil paketnya dan kalian akan keluar bersama-sama dari gedung itu. Atau kau mau tetap disini? Kau akan harus mengemudikan van ini menuju area yang bisa dijangkau oleh Carl, Jason dan Will. Jika kau memilih untuk mengemudi, berarti Thea yang akan masuk."
"Well, kau harus percaya padaku." Justin tertawa kecil, sebelum akhirnya melangkah keluar dari van itu dan menyusul langkah Carl. Carl mengernyit begitu dia melihat Justin, namun lantas kemudian laki-laki itu menepuk bahu Justin dengan tekanan penuh persahabatan. Justin tidak tahu kenapa, tapi dia pikir dia akan menyukai sahabat-sahabat barunya.
"Dengar." Justin mendengar suara Katrina di dalam telinganya. "Kalian harus terus berjalan. Kurang lebih lima ratus meter, dan di arah jam sebelas kalian, kalian akan melihat tembok. Tembok tinggi itu adalah pagar belakang gedung FBI. Yang harus kalian lakukan adalah mematikan kamera pengawas, memanjat tembok itu untuk masuk, lantas dengarkan perintahku selanjutnya."
"Diterima." balas Carl, kemudian dia mempercepat langkahnya. Mereka terus bergerak sampai akhirnya tiba dalam jarak sekitar dua ratus meter dari pagar tinggi yang dipenuhi oleh kamera pengawas. Mereka bergerak dengan mengendap-endap dan berusaha menyembunyikan tubuh dalam gelapnya malam. Justin baru akan kembali bertanya tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya ketika suara Katrina terdengar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stardust (Sequel of The Dust) by Renita Nozaria
Fanfictionthis story is NOT mine