Chapter 32

843 49 0
                                    

===

Justin Bieber Point of View

Kepalaku tersentak begitu aku mendengar apa yang dikatakan oleh Jason. Baiklah, sejujurnya aku sama sekali tidak suka akan interupsinya pada momen yang tengah kujalani bersama Spring, namun apa yang dia katakan masuk akal. Aku tidak datang kesini untuk mati dalam sebuah ledakan, jadi aku harus menegaskan pada diriku sendiri bahwa kami harus segera keluar dari sini. Badanku terasa lemas dan sakit luar biasa akibat tingkah wanita pirang gila itu, namun tentu saja aku tidak dapat kelihatan lemah seperti singa yang kehilangan gigi. Otakku memaksa tubuhku untuk bergerak bangkit dari posisiku yang terduduk di atas lantai, dan meskipun pada akhirnya persendianku terasa seperti dihancurkan dari dalam, aku mampu berdiri dengan tegak. Keningku berkerut ketika tanpa sengaja pandangan mataku tertuju pada Jane yang telah terkapar dalam pelukan dress dan genangan darahnya sendiri. Ini gila, aku berpikir dalam hati.

Aku tidak menyangka bahwa aku pernah melakukan sedikit permainan bersama jalang yang menarik itu. Sialan.

"Apakah kau mau terus menerus berada disini atau mengikuti langkahku pergi keluar, Mr. Bieber?" sebuah suara menyentak lamunanku, dan tanpa menoleh aku tahu bahwa itu suara Spring. Aku mengernyit, mengalihkan pandang padanya dan menyaksikan dia tengah memasang sebuah ekspresi muak bercampur kesal karena aku memandang tubuh tak bernyawa Jane selama beberapa saat. "Patah hati karena aku membunuhnya?"

"Itu adalah hal terbaik yang bisa aku harapkan darimu, baby." Aku berbisik sambil menatap matanya dengan lembut. Spring mendengus, dan kami berdua mendengar Jason menukas dengan sebuah decakan.

"Guys, waktu kita hampir habis. Aku tidak ingin mengacaukan momen kalian atau apalah itu, tapi kupikir kita masih terlalu muda untuk mati dalam sebuah ledakan."

"Setuju." Aku membalas, kemudian berusaha melangkah sambil mengamit lengan Spring ketika persendianku terasa berdenyut lagi. Sial. Rasa nyeri ini pasti disebabkan oleh hantaman stiletto Jane yang mengerikan di sekujur tubuhku. Aku menarik napas, mencoba meredakan rasa sakit ini tanpa menarik perhatian Jason dan Dee yang berjalan di depan kami berdua, namun pada faktanya aku tidak bisa membohongi Spring. Gadis itu langsung bisa membaca gestur kesakitan dari tubuhku dan matanya memandangku dengan khawatir.

"Sakitkah, Justin?" tanyanya sembari mempererat genggaman tangannya pada lenganku. Aku mengernyit, merasa luar biasa lemah dan aku benci itu.

"Sedikit." aku menjawab meskipun dengan sedikit dusta karena tubuhku justru terasa benar-benar sakit. "Tapi keadaanku akan selalu lebih baik dengan adanya kau di sampingku."

"Oh ya amp—" Spring belum menyelesaikan ucapannya ketika mendadak Jason menyela. Matanya menatap padaku dan Spring dengan tegas sementara Dee yang berada di sebelahnya hanya mengernyit pada Jason dan memintanya untuk sedikit santai. Ya, Dee benar. Jason nyaris kelihatan seperti kakek-kakek hipertensi sekarang.

"Bisakah kalian melupakan semua omong kosong ini dan segera mempercepat langkah untuk menemukan jalan keluar? Kalian tahu bahwa bom yang tersembunyi di mansion ini akan segera diledakkan sebentar lagi?" kurasa dia hanya iri. Ah masa bodoh. Aku sama sekali tidak peduli.

"Tapi Justin kesakitan, Jazz." Spring menyipitkan matanya pada Jason. "Itu adalah wajar jika dia tidak bisa melangkah dengan cep—" Lagi dan lagi, ucapan Spring kembali terputus begitu terdengar suara bunyi beep standar sekali yang membuat Jason kelihatan membeku. Kening pria muda itu berkerut selama beberapa saat sebelum akhirnya dia meregap lengan Spring dan Dee di kedua tangannya, kemudian berlari melintasi koridor dengan amat cepat. Karena lengan Spring yang lainnya terkait pada sikuku, mau tidak mau tubuhku juga ikut terseret ketika Jason berlari, dan satu-satunya yang kutahu pada saat itu adalah rasa sakit di sekujur tubuhku sangat menyiksa. Sialan. Ini bukan sekali dua kali aku berkelahi atau terlibat dalam peristiwa berbahaya semacam ini, namun mengapa sisa-sisa hantaman kepalan tinju dan hak stiletto Jane terasa menimbulkan bekas yang begitu menyakitkan? Urgh. Tapi tentu saja aku tidak punya kesempatan protes karena Jason terus berlari.

Stardust (Sequel of The Dust) by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang