Chapter 17

816 58 0
                                    

---

Spring Rutherford Point Of View

Aku melangkah mendekati Justin dan mencekal lengannya, tapi pria itu hanya menoleh sekilas dan mata cokelat madunya membalas pandangan kesalku dengan tatapan geli. Ya ampun, apakah cowok selalu begini? Mereka berlagak seakan segalanya baik-baik saja padahal mungkin saja mereka sedang akan tengah dan pasti menghadapi bahaya. Sejujurnya aku masih kesal soal gaya dan ucapannya soal Jane tadi, tapi membayangkan Justin akan pulang dengan wajah berdarah-darah atau anggota tubuh yang tidak lengkap, well siapa yang bisa tahan? Jelek-jelek begitu aku juga mencintainya, dan tidak akan bisa melihatnya terluka sampai berdarah. Tidak lagi. Dan oh aku harus meralat sesuatu—Justin sama sekali tidak jelek. Jika dia jelek, maka aku adalah leluhurnya monyet.

"Kau akan babak belur, Justin! Kau tidak seharusnya berada disini!" Aku menggeram padanya sementara mata Justin sendiri tidak tertuju padaku. Matanya memicing ke tengah-tengah kumpulan manusia-manusia punk berwajah aneh. Aku ikut memperhatikan bagian tengah lingkaran itu dan menyadari salah seorang anggota gangster dengan dandanan jelek seperti monster tengah menghajar lawannya. Orang yang dihajar itu penuh darah—sementara seorang gadis dengan dandanan khas anak yang besar di jalanan tengah memasang ekspresi khawatir sambil menatap cowok babak belur yang kini terkapar diatas aspal dan pasir. Oh sial. Ekspresi gadis itu dan cowok babak belur yang kini terkapar diatas tanah membuatku makin kalut.

"Kalau bukan karena kau dan sifat posesifmu, aku tidak akan berada disini sekarang." Justin menyahut, namun sedetik kemudian dia memasang ekspresi geli. "Sudahlah, kalau ada sesuatu yang mungkin membahayakanmu atau ada kemungkinan aku kalah, satu-satunya hal yang harus kau ucapkan pada Eddie dan teman-temannya adalah hasta la vista, baby."

"Aku tidak mengerti bahasa Spanyol. Langsung ke intinya saja." Aku menjawab ucapannya dengan ekspresi cemas seraya sesekali melirik cowok yang kini sudah sepenuhnya terkapar diatas tanah. Darah mengalir membasahi aspal dan pasir yang kering karena sinar matahari dan aku bisa melihat gadis yang sejak tadi memasang ekspresi khawatir menjerit histeris—tapi tidak lama, karena pemenang dari pertandingan gulat itu langsung menarik rambutnya dan menyeretnya menjauh dari kerumunan dengan kasar. Tanpa sadar aku mengernyit. Holy cowl, jangan sampai aku mengalami hal yang sama seperti gadis itu. Dan jangan sampai Justin terkapar diatas tanah dengan darah mengalir. Tidak—tidak. Demi Tuhan itu tidak boleh terjadi.

"Maksudku adalah—"

Justin belum menyelesaikan ucapannya ketika seseorang memotong perkataan pria itu. "Hei bung, sekarang giliranmu! Bersiaplah menghadapi Eddie!" Lalu pria itu mendorong bahu Justin dengan kasar. Justin mengangkat bahunya kemudian mengedipkan sebelah matanya dengan genit padaku, seolah-olah dia tidak sedang akan menghadapi bahaya besar. Sialan. Rasanya aku benar-benar ingin menonjok pria itu sekarang. Juga Eddie. Juga anggota gangster yang kasar itu. Aku mendesah khawatir begitu kerumunan anggota gangster itu menutupi pandangan mataku dari Justin. Dengan sikap posesif, aku menerobos kerumunan dan tercekat begitu melihat seseorang tengah berdiri di tengah lingkaran anak-anak gangster berpakaian aneh yang berada di sekitarku sekarang. Siapa dia? Dimana Justin?

"Selamat datang di acara 'pertumpahan darah'! Namaku Nathan Sandler, aku yang membuat peraturan-peraturannya dan yang mengadakan acara ini. Pertaruhan berakhir ketika penantang memasuki arena, dilarang memegang dan membantu para petarung, tidak boleh mengganti taruhan, dan tidak boleh melewati batas arena. Jika kalian melanggar peraturan ini, kalian akan dipukuli dan dilempar keluar dari acara tanpa uang kalian! Ini juga berlaku untuk kalian, Ladies! Jadi jangan coba-coba melanggar sistem,"

Stardust (Sequel of The Dust) by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang