Chapter 21

746 54 2
                                    

---

Julia melangkah masuk melewati pintu flat nya setelah sebelumnya dia berhasil membuka pintu dengan kunci cadangan yang tak pernah absen dari kantung tas Furla yang disandangnya. Gadis berambut cokelat panjang itu mengernyit begitu melihat keadaan dalam flat nya yang sepi. Kemana Spring? Pikiran itu berpendar dalam benaknya. Apakah anak itu tengah menghabiskan waktu bersama Justin? Geez, seharian bahkan tampaknya tidak cukup untuk mereka. Julia terkekeh, namun sedetik kemudian ekspresinya berganti dengan ekspresi cemberut. Ponselnya. Dia baru saja kehilangan ponselnya saat makan siang tadi pagi. Entah bagaimana ponsel itu mendadak hilang begitu saja dari tas-nya. Atau sesungguhnya Julia sendiri yang lupa dimana meletakkannya? Julia menghembuskan napas dan berbicara pada dirinya sendiri. Listen, Jules, kau akan mendapatkan ponsel baru besok. Ya, kau akan mendapatkannya. Tampaknya kalimat itu cukup ampuh bagi Julia dan gadis itu mulai mencoba merelakan ponselnya yang hilang.

Gadis itu melangkah melewati ruang tengah menuju kamar tidur Spring. Sejujurnya, dia merasa penasaran pada dekorasi kamar Spring. Tadi, dia pergi ke kantornya tanpa menunggu Justin menyelesaikan pekerjaannya. Tangannya terulur menyentuh kenop pintu, memutarnya dan dalam hitungan sepernano detik, sebuah kamar dengan dinding yang berpendar dalam gelap kelihatan oleh pandangannya. Julia mengerjap. Ya ampun. Justin benar-benar memberikan sentuhan seni yang magis dan estetis pada dinding kamar Spring. Julia menyipitkan mata biru kehijauannya, mengamati seisi kamar dan langsung merasa kagum. Spring benar-benar beruntung, pikir gadis itu dengan secercah perasaan iri. Tentu saja. Tidak akan ada orang yang tidak mengagumi dekorasi kamar Spring yang sekarang.

Namun kening Julia kembali berkerut begitu dia melangkah masuk ke dalam kamar Spring, dan mendapati ceceran buku-buku di kaki meja kamar sepupunya tersebut. Ceceran buku? Oh tunggu. Justin tidak akan membiarkan ceceran buku menodai hasil kerjanya. Ataukah mereka sempat pulang ke flat sebelumnya? Masih dengan rasa penasaran, Julia berlutut tepat di sebelah ceceran buku tersebut. Buku-buku itu adalah buku lama nan tebal yang kebanyakan berisi tentang cerita-cerita romantis. Ada banyak judul disana. Pride and Predijuce. Hamlet. Romeo and Juliet. Satu-satunya buku dengan cerita modern hanyalah sebuah buku Stieg Larsson dan Sidney Sheldon. The Girl With Dragon Tattoo. The Sky Is Falling.

Julia tidak pernah tertarik pada hal-hal tersebut. Tidak dengan novel, ataupun puisi—bahkan dia tertidur ketika Spring mengajaknya menonton sebuah film Romeo and Juliet. Atau bahkan Twilight Saga. Ya, Julia Collins bukanlah seseorang yang menyenangi hal-hal seperti itu, namun entah kenapa lembaran puisi Kahlil Gibran yang berada tepat diatas ceceran buku-buku tersebut menarik perhatiannya. Matanya mengeja huruf demi huruf yang tertera di lembaran kusam itu sekali lagi.

Perpisahan bukanlah sebuah akhir

Namun ini merupakan sebuah awal

Awal untuk melepasmu

Awal untuk merelakanmu

Dan awal untuk mengenangmu.

Julia bukanlah seseorang yang menyenangi hal-hal seperti itu. Bukan. Tapi sebuah perasaan muram seketika menyergapnya setelah dia membaca sebait bagian dari puisi tersebut. Seolah puisi itu mempengaruhinya. Seolah-olah...

Apakah Justin dan Spring sempat kemari?

Mendadak Julia merasa khawatir. Dia tahu persis baik Spring maupun Justin bukanlah orang yang akan membiarkan buku-buku berceceran seperti ini. Spring menyukai sesuatu yang sesuai dengan tempatnya. Justin sendiri nyaris sebuah pribadi yang perfeksionis mengenai selera. Mereka tidak akan membiarkan buku-buku berantakan dan merusak dekorasi kamar yang sudah sedemikian indah ini. Tentu tidak. Julia menghembuskan napas perlahan, lalu jemarinya merapikan buku-buku itu. Tidak perlu waktu yang lama untuk merapikan buku-buku tersebut, karena beberapa detik kemudian Julia sudah bangkit dari posisi berlututnya. Sibuk berpikir tentang apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Stardust (Sequel of The Dust) by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang