---
Spring tercengang begitu mendengar ucapan Justin. Apa-apaan ini? Apa maksud pria itu? Hari ulang tahunnya? Spring menggigit bibir bawahnya dan menyadari bahwa hari ini memang hari ulang tahunnya. Astaga, hari ulang tahunnya! Bagaimana bisa dia melupakan hari ini—hari lahirnya sendiri?! Gee, mungkin Justin benar. Mungkin peristiwa kemarin terlampau membuatnya khawatir dan lelah hingga dia bisa melupakan hari ini. Spring tersentak begitu kata 'khawatir' berpendar dalam otaknya seperti lampu yang baru dinyalakan. Khawatir. The hell, bagaimana bisa Justin kembali membuatnya terkena serangan jantung hari ini?
"Kupikir terjadi sesuatu yang buruk padamu." Spring mengernyit dengan ekspresi masam di wajahnya, sementara Justin terkekeh, namun sedetik kemudian seringainya lenyap, berganti dengan wajah datar ketika dia menatapi gadis di hadapannya di intens.
"Kupikir kau akan pulang sebelum jam makan siang—kupikir kau akan menyerah setelah tidak kunjung mendapatkan pekerjaan." laki-laki itu menyahut dengan nada mengejek. Spring mendengus.
"Aku tidak menyerah dan perlu kau tahu aku sudah mendapatkan pekerjaan baru."
"Oh ya, dimana itu?"
"Kau akan terkejut ketika mendengar ini." Spring menjawab dan diam-diam dia teringat pada Leonard yang ditinggalkannya begitu saja di restoran, "Aku bertemu Leonard di subway, dan dia menawariku sebuah pekerjaan. Well, kita tidak tahu kalau ternyata dia adalah pemilik perusahaan penerbitan yang cukup besar di Vegas. Aku merasa beruntung bisa bertemu dengannya."
Entah kenapa, Justin merasa tidak suka begitu dia mendengar Spring menyebut nama Leonard. "Pemuda yang kemarin? Dan kalian bertemu di subway—oh kedengarannya seperti lagu lama." Spring mengernyit begitu dia mengerti apa yang dimaksud Justin. Pertemuannya dengan Leonard di subway hampir sama seperti pertemuannya dan Justin di kendaraan massal yang sama empat tahun lalu. Saat itu Justin tengah kecanduan dan hendak menemui seorang bandar narkoba di pusat kota, sementara Spring, dia tengah akan menghabiskan waktunya bersama Citrus di gedung pertunjukkan.
"Oh ayolah, pria dan sifat posesifnya." Spring memutar bola mata.
Ekspresi Justin tidak terpengaruh. Pria itu hanya menghembuskan napas dengan keras dan menatap dingin pada Spring. "Aku tidak sedang bersikap posesif, aku hanya tidak suka pada pria itu."
"Dan aku hanya tidak suka pada wanita bernama Jane yang bahkan masih setia mengirimkan e-mail genit pada pacarku." Spring menyahut tanpa selera. "Bisakah kita tidak bertengkar pada hari ulang tahunku, please Justin?"
Justin merasa kesal saat menyadari kenyataan bahwa Spring masih sering mengecek e-mail dan pesan teks di ponselnya, namun dia pikir apa yang dikatakan Spring benar. Hari ini adalah hari ulang tahun gadisnya, dan tidak seharusnya dia mengacaukan hari ini dengan ego yang berkumpul di otaknya. Tidak. Justin mengernyit dan mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan. Spring belum menyadari perubahan ruangan ini.
"Aku mendekor ulang kamar untuk hari ulang tahunmu."
Spring mengedarkan pandang ke sekeling ruangan, dan begitu dia menyadari perubahan dekorasi kamarnya, napasnya berubah tertahan. Cat kamarnya yang biasanya terlihat polos dan membosankan telah berganti dengan cat yang mengkilap bercahaya dalam gelap. Perabot kamarnya yang lama dan membosankan telah berganti satu set perabot kamar baru yang bernuansa cokelat lembut dengan bantalan vinyl putih, dan Spring curiga kemana Justin membuang semua perabot kamarnya yang lama. Gadis itu juga heran, bagaimana bisa Julia mengizinkan Justin melakukan perombakan besar-besaran pada salah satu ruang dalam flatkesayangan gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stardust (Sequel of The Dust) by Renita Nozaria
Fanfictionthis story is NOT mine