Chapter 7

1.4K 76 0
                                    

---

"Nobody's perfect but you're perfect to me."

---

Caitlin Beadles dan Zayn Malik berjalan beriringan menuju kamar apartemen Justin yang terletak di lantai 19 sebuah gedung apartemen kelas eksekutif di pusat kota Las Vegas. Mereka berdua baru tiba di Las Vegas sekitar satu jam yang lalu dan sempat menghabiskan waktu bersama di kedai Starbucks bandara. Tumit sepatu keduanya menghantam lantai, menimbulkan suara perlahan yang memecah keheningan pagi. Oh ya, sekarang memang masih terlalu pagi untuk bertamu ke rumah orang—tapi Justin Bieber bukanlah orang lain bagi Caitlin maupun Zayn. Lagipula mereka datang kesini untuk memperbaiki hubungan Justin dengan Spring—yang secara ajaib keduanya bisa kembali bertemu dan tinggal di apartemen yang sama. Mereka berdua memperhatikan secarik kertas berisi nomor kamar apartemen Justin yang diberikan pemuda itu dalam salah satu pesan singkatnya, kemudian begitu menemukannya Zayn dan Caitlin berpandangan sejenak sebelum akhirnya meraih kenop pintu.

Pintunya tidak terkunci. Benar-benar ciri khas seorang Justin Bieber. Caitlin mengernyit kemudian melangkah bersama Zayn setelah sebelumnya mereka mengintip keadaan kamar apartemen Justin. Suara tumit sepatu hak tinggi yang dikenakan Caitlin menimbulkan suara yang mampu terdengar hingga radius tiga meter dalam keheningan ini, namun mereka masih terus melangkah. Kamar apartemen Justin rapi. Sangat rapi malah. Pasti Justin selalu menyewa seorang petugas kebersihan untuk menghilangkan debu-debu yang mungkin menempel disini—atau sesungguhnya pemuda itu jarang berada di rumah? Zayn terus melangkah dan memutuskan mengambil arah menuju tempat yang dia yakini adalah dapur.

"Zayn, apa yang akan kau lakukan?" Desis Caitlin begitu dia melihat Zayn melangkah menuju deretan meja konter dan kompor gas yang bersih dan licin. Zayn hanya mengernyit pada Caitlin dan menatap Caitlin seakan-akan dia tengah melaksanakan sebuah tugas negara maha penting yang tidak bisa diganggu. Caitlin terdiam sementara Zayn melangkah dengan luwes dan Caitlin sempat berpikir bahwa Zayn sedang akan memeriksa sesuatu yang penting dalam dapur apartemen Justin ketika akhirnya Zayn berjalan menuju kulkas dan membuka pintunya untuk kemudian meraih sekaleng soft drink lantas meminumnya dan mendesah lega.

"Apa?" tanya Zayn ketika Caitlin memandanginya dengan tatapan jengkel.

"Kau bersikap seakan-akan kau tengah melakukan tugas yang sangat-sangat-sangat penting padahal kenyataannya kau hanya sedang akan mencuri sekaleng soft drink dari kulkas Justin?"

"Oh C'mon Caity! Aku kehausan." Ujar Zayn membela diri.

"Ya—ya terserahlah." Caitlin memutar bola matanya, kemudian melangkahkan kaki jenjangnya yang terbalut boot tinggi menuju ruang duduk apartemen Justin. Begitu tiba di ruang duduk, langkah kaki Caitlin seakan membeku. Zayn mengernyit begitu melihat ekspresi Caitlin dan dengan tergesa menyusul pacarnya itu. Ternyata reaksi Zayn lebih heboh lagi. Pria itu langsung menjerit terkejut layaknya banci perempatan yang baru saja melihat sekompi penuh anggota Satpol PP.

"OH MY GAWWWDDD! JUSTIN, SPRING?!!" pekikan keras Zayn mungkin masih akan berlanjut jika Caitlin tidak menyikut rusuk Zayn hingga Zayn terbatuk dan menatap Caitlin dengan pandangan protes. Mereka masih saling bergumam ribut ketika baik Justin dan Spring menggeliat sebelum akhirnya sebelah mata mereka mengedip terbuka.

"Zayn? Caitlin?" Spring berucap dengan suara serak khas seseorang yang baru saja bangun tidur sementara Justin hanya mengernyit sambil berusaha mengerjap-ngerjapkan matanya untuk mendapatkan fokus pada indra penglihatannya. Mereka masih bertahan pada posisi mereka semalam—tubuh Spring yang berada tepat diatas tubuh Justin—dengan pakaian yang tidak bisa dibilang rapi. Bagian lengan pakaian Spring masih tertahan di lengannya hingga memperlihatkan tali bra-nya, sementara Justin, seluruh kancing kemejanya telah terbuka dengan sempurna.

Stardust (Sequel of The Dust) by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang