Chapter 14

1K 63 0
                                    

---

"Here's your prohibited-to-do list."

Spring Rutherford Point of View

Aku tidak pernah berpikir bahwa mengkonsumsi alkohol bisa membuatku nyaris kehabisan cairan tubuh seperti sekarang. Tidak—tidak. Aku mencobanya bukan karena aku ingin mendapatkan 'hukuman' dalam tanda kutip yang Justin sebutkan ketika dia memperingatkanku tadi, tapi karena aku sama sekali belum pernah mencoba minuman beralkohol jenis itu. Bawah sadarku mendelik padaku. Bodoh, jelas sekali kau justru penasaran dengan hukuman apa yang dimaksud oleh pria itu. Sial. Aku mendengus dan langsung mendepak pikiran itu jauh-jauh dari pikiranku. Aku tidak mungkin berpikir seperti itu kan?

Dia masih melingkarkan lengannya di sekeliling bahuku, dan membiarkanku bernapas dengan cepat di dadanya. Aku menghirup udara dalam-dalam dan mendapatkan aroma tubuhnya yang bercampur dengan aroma musk dari parfum yang dipakainya. Bvlgari for Men. Ternyata jenis parfum yang dipakainya sejak dulu sama sekali tidak pernah berubah. Aku selalu suka bau parfumnya—dan aroma tubuhnya juga.

"Spring?" Mendadak dia membungkuk dan berbisik di telingaku, memberikan efek sengatan seperti listrik statis yang mendadak mengaliri sekujur tubuhku. "Apakah kau cukup lemas untuk berakting seakan-akan kau sakit parah?"

Keningku mengerut mendengar pertanyaannya, dan aku baru akan bertanya ketika mataku menangkap sekumpulan penjaga yang tampaknya memeriksa bagian belakang setiap pilar. Kabar buruknya adalah mereka melangkah menuju kami. Geez. Aku mengangguk cepat-cepat dan berusaha menampilkan raut wajah sepucat mungkin. Apakah pengaruh alkohol tadi masih tersisa di wajahku atau kedua pipiku sudah kembali memerah? Aku mendengus. Jangan sampai. Aku bisa merasakan lengannya yang memegang bahuku bertambah erat ketika kami melangkah menuju sekumpulan penjaga kasino itu. Salah satu dari mereka menegur kami sementara yang lainnya masih memeriksa tiap sudut pilar dan bagian bawah karpet dengan metal detector atau pendeteksi bom.

"Ada masalah yang mengganggumu, sir?" Pria itu bertanya pada Justin, tapi matanya yang gelap tertuju padaku. Aku merunduk, membiarkan tubuhku sepenuhnya bersandar pada bahu Justin dan Justin tersentak seolah-olah dia tidak menduga bahwa aku akan bersikap begitu. Benar-benar aktor yang ahli.

"Ya. Istriku sakit. Kuharap kau tidak menahan langkah kami. Dia menderita anemia. Apa kau mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu padanya karena sikapmu yang sama sekali tidak memiliki alasan yang jelas?" Justin menyahut dengan ketus—maksudku sangat ketus. Seperti gaya bicaranya saat dia pertama kali mengenalku dulu. Tapi yang menjadi pusat perhatianku hanyalah satu kata itu. Istri! "Oh ya, dan aku pastikan aku akan menulis surat pada manajemen kasino payah ini soal acara pemadaman lampu tadi. Benar-benar mengganggu."

Wajah pria itu memucat, kemudian dia menatap Justin dengan ekspresi yang sedikit lebih lunak.

"Boleh aku lihat tanda pengenal masukmu ke kasino ini, sir?" aku tidak tahu apakah darah surut dari wajahku begitu aku mendengar pertanyaan petugas keamanan itu. Arah matanya berganti-ganti, dia menatap Justin lantas menatap padaku. Justin mendengus, kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sekeping kartu nama.

"Paolo Montague. Namaku ada di daftar tamu kehormatan acara malam ini." Justin menunjukkan kartu itu dengan sombong sementara aku menggigit bibir dengan keras, berusaha menahan tawa. Jadi statusku disini sekarang bukanlah sebagai Mrs. Bieber, melainkan Mrs. Montague. Hal itu menggelikan. Nama samaran yang jelas dirancang oleh Carl untuk Justin.

Pria itu tersentak, kemudian membungkuk dalam-dalam. Aku tidak tahu seberapa kaya dan berpengaruhnya Mr. Montague asli, tapi pengaruh itu ternyata cukup ampuh untuk membuat pria itu tidak berani lagi menatap mata Justin. Ataupun menatap ke arahku. "Maafkan aku, sir. Apa kau butuh bantuan untuk kembali ke hotelmu? Atau apakah ada kendaraan khusus yang harus kami siapkan di depan sana? Sekali lagi kami memohon maaf atas segala gangguan ini—ada anggota berandalan yang mengacau disini."

Stardust (Sequel of The Dust) by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang