VII - Looks Like Yes or No?

50 22 10
                                    

Episode 07

Sepertinya aku mulai cinta gila.

▪️💠▪️

Kantor polisi sedang sepi-sepinya satu jam yang lalu sebelum datang keributan tak terduga, sekumpulan anak geng motor yang meributkan Zein itu tidak ada habisnya. Membuat seisi ruangan tak lagi ada yang bosan atau mengantuk, para petugas sibuk menenangkan massa yang tidak tahu diri menganggu malam-malam seperti sekarang.

"Jadi, apa yang kalian ributkan dari tadi?" tanya kepala polisi kepada sang ketua geng, si gempal yang seram.

Tidak ada raut wajah yang menunjukkan ketakutan di sana, di antara mereka semua. Seakan tidak ada yang salah atas apa yang telah mereka lakukan.

"Pak polisi, dia itu," tunjuk Si gempal kepada Zein yang duduk agak jauh darinya, "sudah menghamili pacar saya! Adik dari salah satu teman saya di dalam geng!" adunya dengan kilatan amarah yang tertera jelas di sepasang mata tajam itu.

Zein yang tunjuk oleh si gempal langsung terkejut bukan main, sama halnya dengan kepala polisi dan staff yang lain. Tak luput, Jenni juga sampai menepuk pundak Hanna karena refleks. Sedangkan Hanna hanya terduduk diam dengan wajah yang datar, nampak acuh tak acuh.

"Tidak, Pak! Saya tidak melakukan itu!" sanggah Zein hendak berdiri, namun langsung ditahan oleh petugas di sampingnya. "Saya serius! Bukan saya!"

"Diam dulu!" ujar kepala polisi langsung melihat ke arah Hanna dan Jenni. "Dan Nona-Nona, apa semua ini ada hubungannya dengan Anda?"

"Tidak ada, Pak. Kami tidak mengenal mereka semua, termasuk orang itu," tunjuk Jenni kepada Zein.

"Bohong! Temanmu itu pacarnya, kan? Tadi dia melindungi temanmu!" tangkas anggota geng motor yang lain.

"Heh! Mana ada begitu, Hanna, kamu kenal dia?" tanya Jenni langsung merujuk pada Hanna.

Dengan santai seperti di pantai, Hanna menggeleng pelan, melirik ke arah Zein sebentar sebelum akhirnya mendelik malas karena laki-laki itu tersenyum lebar padanya.

Hanna terheran-heran, entah kenapa dengan laki-laki yang bernama Zein itu, gila kah? Di saat seperti ini, dia masih bisa bercanda dengan menggoda Hanna sepanjang perjalanan tadi sampai sekarang.

Mengedipkan mata, tersenyum jahil, berdehem-dehem tidak jelas. Itu semua yang dilakukan Zein saat berada di dalam mobil, dan sekarang setiap kali Hanna melirik ke arahnya, laki-laki itu akan tersenyum lebar seperti kuda.

Padahal Hanna melihatnya miris sekali, Zein memiliki luka lebam di tulang pipinya. Bajunya kotor dan nampak sangat kusut, Hanna menebak, pasti perut dan punggung Zein yang dilemparkan ke rolling door masih sakit.

Hanna menghela napas panjang.

"Tuh! Lihat! Temanku menggeleng, itu tandanya dia tidak kenal dengan anak muda yang bernama Zein itu! Paham!"

"Halah! Nona, jangan buta! Dia laki-laki brengsek!"

"Heh! Mana ada ganteng gini laki-laki brengsek!" sewot Zein tak terima dirinya disebut demikian.

"Hei! Temanku tidak buta, Tolol! Otak udang! Gila!" lawan Jenni menimpali. "Enak saja bilang orang lain buta!"

"Apa kau bilang?!"

"Hei! Sudah, cukup!" lerai kepala polisi mulai merasakan kepalanya berdenyut-denyut. "Jadi Nona-Nona ini sedang apa di sana?"

"Mereka berkelahi di depan toko kue teman saya, Pak. Kami belum pulang karena sedang membuat kue untuk besok, tiba-tiba ada suara keributan. Alhasil saya menelpon kantor polisi, kami takut terjadi apa-apa nantinya. Mereka juga membanting kursi dan meja teman saya, mereka harus dituntut untuk ganti rugi!" jelas Jenni menggebu-gebu.

NEVER For 'EVER'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang