Episode 17
Kamu memang kuat, tapi tidak mengapa kalau sesekali menunjukkan sisi lemah dan rapuhmu pada orang lain.
Tidak mengapa kalau kamu sewaktu-waktu menumpahkan keluh kesahmu, menjadikan pundak orang lain sebagai tempat bersandar.
Tidak mengapa kalau kamu menangis tersedu sedan sepanjang malam, kemudian menjadi lebih lega esok harinya.
Ingat.
Kamu boleh untuk tidak baik-baik saja.
▪️💠▪️
Menolak diantar ke rumah sakit, Hanna terpaksa menyetujui tentang ide Zein yang berniat mengantar sampai rumah sewanya. Sebuah gang besar yang masuk satu mobil itu nampak lenggang, hanya menyisakan langkah kaki Zein dan Hanna yang saling beriringan.
Melalui tangga, mereka masuk ke pekarangan rumah berukuran sedang dengan nuansa hangat. Di bagian luar, rumah dan sekelilingnya dipenuhi ornamen dari serat kayu, berwarna coklat yang nampak sangat nyaman dilihat saat disoroti lampu. Sekalipun ini sudah malam, tapi tempat itu sangat terasa nyaman.
Zein masih melihat sekeliling saat Hanna melepaskan diri dari tangan Zein yang memapahnya berjalan, mulai melihat ke arah laki-laki itu.
"Saya sudah sampai, pergilah Zein. Terima kasih atas bantuannya," kata Hanna dengan tatapan sayu.
"Aku antar ke dalam, bagaimana?" tanya Zein melihat Hanna yang seakan tidak sanggup untuk berdiri tegak.
"Tidak perlu."
"Nona sedang sakit, aku hanya akan membantu sampai Nona masuk ke rumah, ya?" tanya Zein kembali memegang pundak Hanna. Takut kalau dia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri dalam keadaan seperti sekarang.
"Lepas!" ujar Hanna mencoba untuk menghempaskan tangan Zein dengan sisa-sisa tenaganya.
Zein mencoba untuk bersabar, dia lantas menggendong Hanna sampai ke depan pintu. Tapi anehnya tidak ada perlawanan apapun dari gadis itu, membuat Zein lebih leluasa untuk berjalan.
Namun, tidak dipungkiri kalau sekarang Zein sedang dalam keadaan tidak aman. Hatinya terus melonjak-lonjak seakan ingin keluar menghirup udara segar, jantungnya berdegup kencang tak karuan. Dia benar-benar grogi dan salting setengah mati, melting secara ugal-ugalan.
Dengan satu tangannya, Zein mencoba membuka pintu yang ternyata memang tidak dikunci. Dia lantas masuk ke dalam, melihat sekeliling rumah Hanna yang cukup berantakan. Namun Zein tidak memikirkan apapun selainn Hanna yang sepertinya setengah sadar karena demam yang tinggi.
Zein berjalan pelan ke arah ranjak setelah menutup pintu dengan kakinya, dia menidurkan Hanna di sana. "Nona?"
"Nona Hanna?" tanya Zein sambil mendekatkan wajahnya untuk mendengar suara Hanna.
"Hm?"
Zein menghela napas lega, setidaknya ada jawaban dari Hanna yang menandakan dia tidak pingsan. Zein segera menyelimuti Hanna, membungkus gadis itu sampai ke lehernya.
Beberapa saat setelah menelisik rumah Hanna, Zein kemudian beranjak ke dapur. Berniat untuk mengambil air hangat dan handuk untuk mengompres.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER For 'EVER'
Chick-Lit💠💠💠 (Sensor: 17+, untuk muda-mudi. Bukan balita!) Bagaimana rasanya dicintai dengan cara ugal-ugalan? Ini cerita tentang seorang wanita bernama Hanna Sanjaya yang dicintai oleh cogil kuliahan---Zein Aksama Putra dengan cara luar biasa. Kamu akan...