Episode 17
Terkadang kebohongan hanyalah bahagia sesaat yang telah dirancang untuk menderita jangka panjang.
Tapi tentangmu, aku tidak pernah bisa membacanya.
▪️💠▪️
Weekend yang harusnya menyenangkan karena Hanna berniat untuk bersantai dan sibuk dengan dirinya sendiri, tidak ada janji temu dengan orang lain ataupun bekerja hari ini.
Jenni sudah cukup lama berada di Swiss hingga tidak ada teman lagi untuk mengobrol, alhasil membuat Hanna sudah berubah haluan menjadi santai sendirian. Namun, bukannya menikmati waktunya di pagi hari yang agak mendung ini, dia malah sudah diganggu oleh Zein.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Hanna setelah membuka pintu karena mendengar suara ketukan yang bertubi-tubi dan bernada.
"Nona mau kemana hari ini?" tanya Zein yang sudah siap dengan setelan main, yaitu celana pendek sebawah lutut dan kaos oblong berwarna navy.
"Aku mau pergi, jadi pulanglah, Zein!"
"Aku ikut!"
"Lihat, bajumu saja seperti itu. Mending pulang gih atau kalau tidak main dengan teman-temanmu, Zein."
"Engga. Aku akan mengantar Nona kemanapun Nona pergi hari ini, tapi kita ke apartemenku dulu untuk berganti pakaian, bagaimana?" tawar Zein yang langsung mengikuti Hanna masuk ke rumah tanpa izin pemiliknya.
"Kamu itu kenapa sih, keras kepala!"
"Nona juga, kenapa sih keras kepala sekali? Tinggal setuju kan, gampang. Aku tetap mau ikut."
"Terserah, Zein. Kenapa sih kamu itu gak sadar-sadar, saya ini pegawai ayah kamu Zein. Kalau ayah kamu tahu semua ini, dia pasti akan marah besar!" ujar Hanna seakan mulutnya sudah gatal tentang kejadian beberapa waktu lalu.
"Loh, emang salahnya apa? Aku mencintai Nona bukan karena ayah, lagian siapa yang tidak mau sama anak orang kaya? Nona mau kan?" kata Zein menjahili Hanna, gadis itu sudah memasang tatapan tajamnya. "Setidaknya Nona tidak perlu khawatir lagi soal masa depan, sudah dijamin aman."
Zein melenggang ke arah sofa, mencicipi Snack yang tergeletak di sana tanpa basa-basi.
"Cukup, Zein. Jangan main-main lagi! Dan iya, kapan kamu ngambil nomor saya?!"
"Oh itu, waktu Nona sakit."
Hanna masih berdiri di dekat pintu saat Zein mulai menyalakan tv yang menyiarkan berita tentang bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.
"Kamu--"
"Save aja dulu, siapa tahu suatu hari penting kan?" tanya Zein sambil menunjuk tv, berniat untuk memberi contoh penggunaan nomor telpon.
"Ah! Terserah, saya capek ngadepin kamu."
"Tapi tetep khawatir kan kalau aku kenapa-kenapa?" goda Zein sambil menyeringai lebar, berlagak manja dan menjengkelkan.
"Engga!" tegas Hanna.
"Eumm, wangi apa ini? Kue? Nona membuat kue? Asyiiik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER For 'EVER'
ChickLit💠💠💠 (Sensor: 17+, untuk muda-mudi. Bukan balita!) Bagaimana rasanya dicintai dengan cara ugal-ugalan? Ini cerita tentang seorang wanita bernama Hanna Sanjaya yang dicintai oleh cogil kuliahan---Zein Aksama Putra dengan cara luar biasa. Kamu akan...