XXXI - Trouble?

31 7 0
                                    

Episode 31

Ceritanya kita sedang berjalan di jembatan asa, menuju ke muara cinta. Tapi, waktu berjalan dengan sangat lama ketika kita tidak saling percaya ....

Dan waktu akan membeku di saat kamu tersenyum ke arahku.

Tapi yang kita bahas kali ini bukan senyuman, melainkan masalah yang akan datang.

▪️💠▪️

Hanna mengetuk pintu nomor 27 lantai tiga di sebuah gedung mewah kawasan Bandung kota dengan tangan kanannya, sejak lima menit yang lalu dia sudah berdiri di sana tanpa ada orang yang menyahut dari dalam.

Kakinya beberapa kali menimbulkan suara dilantai seperti bunyi tok tok tok tidak sabaran, bisa-bisanya di saat sakit pun Hanna harus diuji prihal sabarnya oleh Zein.

"Astaga, Zein ini kemana sih? Ditelpon gak aktif, pintu gak dibuka juga, dia pergi ke luar rumah? Tapi kan dia lagi sakit ...."

Monolog Hanna berhenti kala pikirannya melanglang buana dan menjerumuskan dia ke pemikiran negatif, kemungkinan terburuk dari semua hal yang terjadi hari ini.

"Jangan-jangan, Zein!"

Hanna dengan langkahnya yang terburu langsung pergi ke receptionis untuk meminta kartu akses kamar Zein, tidak berselang lama Hanna mendapatkan benda tersebut dengan cara menyimpan KTPnya di sana.

Lift bergerak naik lagi kala Hanna memencet tombol di dalam dengan tergesa, harap-harap cemas tentang keadaan Zein yang tidak diketahui kabarnya.

Lantai tiga cukup lenggang kala Hanna sampai, dia pun langsung membuka pintu Zein dengan kartu akses yang didapat dari petugas tadi yang berbaik hati mengizinkannya membawa kartu akses yang seharusnya khusus dan sangat dijaga ketat untuk mengantisipasi kejadian tidak terduga.

"Zein?!" panggil Hanna ketika berhasil membuka pintu apartemen.

Hanna mengintip ke dalam apartemen Zein, menampakan kepalanya saja dibalik pintu.

"Zein? Kamu di dalam?" tanya Hanna lagi sambil mendorong pintu untuk terbuka lebih lebar.

Masa iya harus ke dalem sendiri? Aduh, anak ini ada-ada aja. Hanna menarik napas dalam-dalam, dia menegakkan badan guna mempersiapkan dirinya sendiri.

"Oke, Hanna. Setidaknya ini untuk balas budi, Zein lagi sakit, kamu harus bantu dia," kata Hanna untuk menguatkan diri.

Kaki Hanna melangkah ke dalam apartemen dengan ragu, menutup pintu dan mulai berjalan melewati rak sepatu.

"Zein?" panggil Hanna lagi kala sudah melihat ruang tv yang nampak kosong dan berantakan.

Gadis itu meletakkan paper bag dan tas di atas meja, melipat baju tangannya, lalu sedikit membereskan tengah rumah Zein.

"Dulu, yang beresin rumahku itu kamu ya Zein?" tanya hanna pada dirinya sendiri, mengingat saat Hanna sedang sakit dan Zein yang menjaganya.

Setelah dirasa agak rapih, Hanna pun dengan ragu berjalan ke arah kamar, sesekali melihat ke kanan dan kiri untuk melihat keadaan rumah.

"Zein?" panggil Hanna sambil mengetuk pintu.

Tangan Hanna terangkat memegang kenop dan perlahan membuka pintu itu.

NEVER For 'EVER'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang