Epilog

35 6 6
                                    

▪️💠▪️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪️💠▪️

Waktu berlalu dengan cepat tanpa bisa di jeda barang sedetik saja.

Masih di Bandung, memasuki bulan keenam Zein menjalankan study banding dan mengejar cinta Hanna dengan sedemikian rupa.

Kemungkinan cinta yang tumbuh di hatinya adalah anugerah sekaligus keajaiban yang tidak akan pernah dia lupakan, segala hal tentang Hanna akan selalu tercatat rapih dalam ingatannya.

Apalagi kini gadis itu sudah mulai terbuka tentang beberapa hal dalam hidupnya, wajah yang selalu datar itu nampak tidak kaku lagi saat tersenyum dan bahkan tertawa di depan Zein.

Kalaulah Zein bandit, dia pasti sudah menculik Hanna untuk dijadikan miliknya selamanya. Namun, dia bukan bandit, tapi orang tidak tahu diri yang mencintai Hanna dengan cara ugal-ugalan.

Alhasil, dia sudah cukup puas melihat Hanna seperti sekarang. Sangat bahagia.

Baginya, mencintai Hanna adalah sesuatu yang sangat menakjubkan. Baginya, cinta dari Hanna adalah impian terbesar.

Jika saja dia tidak menemukan Hanna dalam kehidupan ini, Zein sangat berharap menemukan gadis itu di kehidupan lain.

Zein tersenyum sumringah, dia sangat menyukai wanita dewasa ini. Apapun tentang Hanna, segalanya yang bersangkutan dengan gadis itu.

Zein tidak bisa menahan gejolak hatinya yang seperti ombak di pantai, kencang dan terburu.

Sangat menguji adrenalin.

"Nona, congratulation atas rumah barunya."

Zein membawa sebuket bunga dan menyerahkan kepada Hanna, gadis cantik berbalut gaun yang sangat cantik pula kali ini.

Hanna tersenyum melihat Zein, mengangguk kecil dengan malu-malu.

"Terima kasih, Zein."

"Mbak Hanna, selamat ya," seru teman-teman Zein yang juga diundang untuk merayakan pindahan ke rumah baru yang Hanna beli beberapa waktu yang lalu.

"Iya, terima kasih semuanya. Silahkan dinikmati makanannya ya," ujar Hanna seraya menarik Zein ke sudut ruangan.

Di sana terdapat kue coklat yang dibuat khusus, membuat mata Zein seketika berbinar-binar. "Itu untukku, Nona?"

"Bukan."

"Loh?"

"Itu untuk tamu spesial, tolong jagain dulu sebentar. Jangan ada yang makan," ujar Hanna seraya menepuk tangan Zein yang hendak mencolek kue tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEVER For 'EVER'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang