Episode 18
Ibaratkan langit yang menyimpan senja dalam keheningan, tapi menunjukkan dengan keindahan.
Juga ada suara bising mengadakan keributan di kepala, tapi di luarnya nampak tenang tidak terjadi apa-apa.
Kamu, tipikal orang yang mana? Tenang atau setengah gila?
▪️💠▪️
Tiga hari kemudian, semua berjalan dengan normal kembali.
Hanna sudah bersiap-siap pergi ke tokonya, di hari Senin yang sangat indah dan cerah. Seperti biasa, dia mengendarai sepeda berwarna hitam itu sambil menikmati angin pagi yang menyegarkan. Rambutnya yang diurai kerap kali terbawa angin, beterbangan dan melambai-lambai.
Kota Bandung yang masih asri menjadi latar ikonik yang penuh kisah, bagaimana nyamannya ribuan kenangan yang menyelusup di setiap sudut kota hingga akhirnya memang menemui perpisahannya sendiri.
Rongrongan dari masa lalu tidak luput seiring berjalan waktu, tetap bersua dan menjadi warna dalam hidup yang terus mengalir.
Teringat tentang waktu yang telah berlalu, kenangan manis yang amat menyakitkan ikut menyeruak dalam ingatan. Berbaur menjadi angin pagi yang nampaknya menusuk kulit tanpa henti, menjadikan hati sebagai benda perasa paling tersiksa.
"Mau kemana lagi habis ini?" tanya seorang laki-laki tampan kepada Hanna kala mereka sedang berada di bioskop, menonton film action di malam Minggu yang indah.
Hanna yang masih berusia 21 tahun kala itu tersenyum senang seraya berkata, "Kemana enaknya, ya? Alfi, aku mau ice cream choco mint yang kemarin kamu beli, boleh 'kan?"
Laki-laki yang dipanggil Alfi itu tertawa renyah melihat pacarnya sangat antusias saat membahas ice cream choco mint. "Ayo kita beli, tapi besok, ini udah malem."
"Sejak kapan ada larangan gak boleh makan ice cream malem-malem?" tanya Hanna yang sengaja menjahili Alfi, pacarnya memang se-posesif itu tentang apapun.
"Han ...."
"Haha, iya-iya, Sayang."
Alfi tersenyum kecil, dia mengusap kepala Hanna dengan sayang. Tidak berkurang sedikitpun kasih dan cintanya untuk Hanna selama empat tahun mereka menjalin hubungan, sama-sama saling mencintai dan mendukung.
Hanna menggerakkan tangannya, menggenggam tangan Alfi yang terasa dingin. Memainkan tangan itu hingga menghangat, entah dengan cara memijat, mengelus dan menarik-narik jemarinya sampai berbunyi pletek-pletek.
"Aw! Sayang, jahil banget sih, kamu ...," ujar Alfi sembari mencubit pipi Hanna gemas.
"Sayang, kapan filmnya selesai?" tanya Hanna manja.
Gadis itu sangat mempercayai pacarnya, Alfi adalah orang pertama yang menjadi pacar Hanna dan sampai selama ini. Hingga, Hanna tidak bisa membayangkan bagaimana kalau tidak ada Alfi. Hidupnya akan menjadi sunyi, ketika kesulitan sudah menerpa sejak kecil, ada Alfi yang selalu menggenggam tangannya erat. Menemani Hanna dan melangkah bersama.
"Mau aku matiin sekarang? Kasian dong yang lain masih nonton," kata Alfi bercanda, hingga membuat keduanya terkekeh geli.
Seakan dunia milik berdua, mereka tidak menghiraukan orang-orang di sekitar yang tengah menonton juga di tempat itu. Tengah asik bersorak-sorai karena film yang ditayangkan sangat menguji adrenalin mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER For 'EVER'
ChickLit💠💠💠 (Sensor: 17+, untuk muda-mudi. Bukan balita!) Bagaimana rasanya dicintai dengan cara ugal-ugalan? Ini cerita tentang seorang wanita bernama Hanna Sanjaya yang dicintai oleh cogil kuliahan---Zein Aksama Putra dengan cara luar biasa. Kamu akan...