Episode 23
Tidak semua rindu harus dirayakan dengan pertemuan,
tapi ... bisa juga dengan segelas whisky atau kopi.▪️💠▪️
"Mau pergi kemana?" tanya Hanna setelah rentetan penjelasan dan menemukan intisari cerita Jenni.
Gadis itu sedari tadi berbelit-belit tidak ada ujungnya, padahal hampir satu jam dia mencoba bercerita. Pada akhirnya Kinan lah yang menjelaskan dengan singkat dan padat apa yang akan diungkapkan oleh Jenni, bahwa gadis itu akan pergi ke luar negeri untuk beberapa waktu yang entah sampai kapan.
"Ke Swiss, Han," jawab Kinan menggantikan Jenni yang sekarang sedang menahan air mata.
"Kamu gak akan ngerti, Han! Kamu gak akan sedih 'kan kalo aku pergi!" heboh Jenni sambil bersembunyi di belakang Kinan, tidak ingin kalau orang lain melihat air matanya yang sudah tumpah ruah. "Jahat kamu!"
Hanna terenyuh, dia juga sedih kalau ditinggalkan oleh Jenni, tapi sepertinya Jenni lebih sedih meninggalkan Hanna di sini sendirian. Temannya itu memang sangat lucu.
"Jen, kamu gak selamanya di sana 'kan?" tanya Hanna membujuk Jenni yang masih sembunyi di punggung Kinan, mereka sedang berada di rumah sewa Hanna.
Sekitar 3 jam yang lalu, lebih tepatnya pukul 20.00 yang lalu Hanna diantar Zein ke toko. Selepas menutup toko bersama-sama, Zein pun mengikuti Hanna pulang ke rumah sewa. Kini anak itu sedang tidur di sofa, sedangkan Hanna, Jenni dan Kinan sedang duduk lesehan di karpet.
"Tau ah! Sebel!" rengek Jenni makin sesenggukan, Kinan mencoba untuk menenangkan Jenni, laki-laki itu berbalik dan memeluk pacarnya.
"Jangan gitu, Jen. Harusnya aku yang nangis di sini karena kamu mau pergi ke Swiss, ko jadi kamu yang bombai sih?" Hanna mendekatkan duduknya, sedangkan Kinan mulai melepas pelukannya supaya Jenni bisa mengobrol dengan Hanna.
"Jen ...," bujuk Hanna lagi sambil mengusap pundak Jenni.
Jenni luluh, dia melihat Hanna dengan air mata yang berlinang. "Hanna!"
Jenni berhambur memeluk Hanna kuat-kuat, mencurahkan semua rasa sesak di dadanya pada teman yang sangat dia sayangi. Kemungkinan iya, Jenni sudah sesayang itu kepada Hanna setelah tahun-tahun terakhir mereka bersama.
Kinan sendiri, dia geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang pacar yang di luar nalar. Bagaimana bisa dia lebih heboh dan sedih, padahal dia sendiri yang mau pergi? Gadisnya memang tidak bisa diprediksi.
"Sudah, jangan nangis lagi. Memangnya buat apa kamu ke sana, Jen?" tanya Hanna kembali sambil mengusap-usap punggung Jenni.
"Tu-tugas," jawab Jenni yang masih sesenggukan.
"Eumm," Hanna memeluk temannya erat, "kalau begitu semangat ya ... mau berangkat kapan?"
"Lu-lusa, Hanna. Be-sok a-a-aku mau ke Ja-Jakarta."
"Ya udah, malam ini kalian nginep di sini, ya?" tanya Hanna pada Jenni dan Kinan, memandang kedua sejoli itu bergantian.
"Saya gimana Jenni saja, besok saya free buat mengantar Jenni pergi." Kinan menjawab terlebih dahulu.
Hanna menimpali dengan anggukan kemudian melihat ke arah Jenni.
"Ya, Jen?"
"I-iya ...."
"Anak baik, oke kalau begitu, jangan nangis lagi ... gih cuci muka, biar seger," bujuk Hanna sembari mengusap jejak-jejak air mata di pipi Jenni.
Gadis itu nampak sangat sedih dan tidak rela kalau harus pergi, padahal dia sendiri yang memutuskan semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER For 'EVER'
ChickLit💠💠💠 (Sensor: 17+, untuk muda-mudi. Bukan balita!) Bagaimana rasanya dicintai dengan cara ugal-ugalan? Ini cerita tentang seorang wanita bernama Hanna Sanjaya yang dicintai oleh cogil kuliahan---Zein Aksama Putra dengan cara luar biasa. Kamu akan...