"Lilac, tidak boleh seperti itu," tegur Grand Duke dengan suara tegas, matanya tajam menatap putrinya."Haik," jawab Lilac singkat, menundukkan kepala sedikit.
Hening menguasai ruangan makan, membuat suasana menjadi canggung. Suara alat makan yang beradu dengan piring terdengar jelas di antara keheningan itu.
"Tentu saja, salam kenal. Nama saya Ferdinand Charita Elrica," tiba-tiba memperkenalkan diri dengan suara lembut, namun penuh percaya diri.
Ruang makan besar itu penuh dengan kilauan lampu kristal yang menggantung megah di langit-langit. Para pelayan berdiri di sudut-sudut, siap melayani setiap kebutuhan para bangsawan.
"Pasti ada yang tidak beres. Bagaimana bisa putri Count ada di sini? Hal yang tidak masuk akal, benar kata Lilac, kaisar hanya datang saat butuh saja!" batin Cora kesal sambil melirik saudara-saudaranya. Mereka mengerti tatapannya dan memilih diam, melanjutkan makan dengan tenang. Yang membuatnya heran adalah bagaimana Putri Count itu duduk di tempat favorit Lilac, tepat di kanan Grand Duke!
Lilac hanya diam, menatap pemandangan itu dengan ketidakpuasan yang jelas tergambar di wajahnya.
"Omo, makanan di wilayah ini enak sekali. Ini dari apa, Grand Duke?" tanya Ferdinand dengan nada antusias.
"Kau tidak bisa melihat itu kentang? Sebodoh apa kau?" Luca menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"Luca, tidak sopan berbicara di meja makan saat yang lain sedang makan," ucap El menasehati dengan nada lembut, namun tegas.
"..."
Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Bahkan kaisar yang hendak membuka mulut, langsung bungkam oleh tatapan tajam Lilac yang disertai aura membunuhnya.
Setelah semua selesai makan, Lilac pun membuka mulut. "Produk apa yang kamu bawa hari ini?"
"Aku hari ini bawa material yang baru kutemukan di tambang yang baru kubeli kemarin. Coba dilihat," jawab Ferdinand sambil mengeluarkan sebuah batu berwarna kemilau.
"Oh, ini material yang bagus. Jika digunakan oleh swordman, akan sangat membantu dalam membunuh monster atau musuh. Material ini juga bisa menyalurkan sihir dengan baik. Aku harap kau membuat pedang untuk anak-anakku, tentu dengan harga yang lebih tinggi dari sebelumnya beserta bonusnya."
"Seperti yang diharapkan. Dimengerti. Sudah jadi setengahnya sih. Mau model seperti apa?"
"Biasanya dong," jawab Lilac santai.
"Kita juga seperti biasa ya, El," ucap Luca dan Cora serempak.
"Kalau Luca bagaimana?" tanya lilac
"Aku ada satu produk baru, tapi gagal. Ini sangat keras dan mencucuk dinding mulut kalian. Aslinya produk ini seperti stik, tapi akhirnya malah melingker-lingker dan sulit dimakan serta membuat bibir luka bagi yang tidak kuat. Membuat produk ini sangat mudah, tapi bahan yang kita gunakan sangat berkualitas hingga harganya tinggi."
Lilac pun mencoba makanan tersebut. "Kruk kruk" terdengar suara makanan itu di mulutnya.
"Ini enak kalau ada beer," Lilac melihatnya dengan mata berbinar.
"BIBIII MAU -"
"Lilaccc~," tegur Grand Duke lagi.
"Eheheheh, ekhem, Kak Luca, kirimkan ini ke paviliumku setiap hari ya~," ucap Lilac bahagia.
"Dimengerti. Kalau El dan Cora?"
"Hmm, ini memang tidak cocok di mulutku, tapi untuk prajuritku ini sangat cocok," jawab El.
"Ya, seperti biasa, Luc," tambah Cora.
"Kalau Cora? Kali ini bawa apa?
"Tentu, pelembab badan dalam satu malam. Uhuhuhu," ucap Cora dengan penuh semangat.
"Produk ini menggunakan lidah buaya, atau yang disebut aloe vera, untuk memberikan kelembapan mendalam dan menenangkan kulit. Ditambah dengan vitamin C yang mencerahkan kulit, mengurangi bintik hitam, dan merangsang produksi kolagen untuk kulit yang lebih kenyal dan sehat. Ini adalah bahan utama dalam produkku. Ada Produk lain juga, tapi menurutku ini yang paling berguna di wilayah utara seperti kita," jelas Cora sambil tersenyum penuh kebanggaan.
"Ini digunakan setelah membersihkan diri sebelum tidur"
"Maw 80 picis, Kak. Eheheheheh."
"Eheheheheh."
El dan Luca hanya menghela nafas dan menatap mereka dengan pasrah, tentu mereka juga ingin membeli.
"Sepertinya kalian suka berbisnis ya?" Putri Count berbicara di antara anak-anak itu.
"Tidak," jawab mereka serempak.
"Gimana dokumenmu kemarin?" tanya Lilac tiba-tiba, matanya menatap tajam kaisar.
"Kaisar, kau masih berhutang pada wilayah utara sekitar 789 koin emas," ucap Lilac sambil memberikan dokumen berisi tagihan dan keterangan hutang.
"Ehehe, maaf atas keteledoran saya, Lady," jawab kaisar sambil tersenyum kecut. Ia datang bukan unuk ditagih utangnya :>
"Lilac sekarang sudah dewasa ya?" ucap Ken, sang putra mahkota, dengan senyum lembut.
"Tidak, aku tidak se dewasa itu, hanya pengetahuanku luas," jawab Lilac tenang.
"Hahaha, oh iya, kenalkan ini adik baruku, namanya Alexander Rosanne Zoe. Ia belum dipublikasikan di kekaisaran. Aku ingin Lilac melihat adikku terlebih dahulu," ucap Ken sambil menunjukkan bayi mungil yang tertidur lelap di pelukan permaisuri.
"Anugerah kehidupan? Nama yang bagus. Dari namanya, dia pasti akan kesulitan untuk mempertahankan ekspektasi rakyat kekaisaran," ucap Lilac sambil menatap bayi tersebut dengan mata penuh pertimbangan.
"Ingin menggendongnya?" tawar permaisuri dengan senyum lembut.
"Hee? Aku takut akan membunuhnya walau hanya menatapnya. Wkwkw," jawab Lilac dengan senyum simpul.
"Lilac tidak mau punya adik?" tanya permaisuri lagi.
Lilac menatap permaisuri dengan tajam, mengisyaratkan jawaban yang tidak perlu diucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Queen
FantasyAlexsander Violetine Athena Lilac Putri duke yang terakhir, bagaimana bisa terakhir? Karena mamanya mati saat melahirkan nya makanya terakhir Singkatnya, 'ia' memasuki tubuh lilac yang terlah tiada dan bertugas untuk membuat lilac bahagia hingga a...