Kebersamaan

153 8 0
                                    

Lilac dan Leo mencatat setiap detail dan menyegel batu mana yang berharga itu. Setelah selesai, Leo segera bergegas keluar dari gua untuk memanggil tiga kawanan yang dimaksud oleh Lilac. Lilac tetap berada di gua, menjaga batu mana tersebut dan memastikan tidak ada ancaman yang mendekat.

Sementara itu, di luar gua, Leo mengeluarkan sebuah alat komunikasi kecil yang bersinar dengan cahaya biru lembut. Dia menekan tombol di alat tersebut dan berbicara dengan suara rendah namun tegas.

"Kawan-kawan, segera menuju ke lokasi yang telah kita sepakati. Temukan gua tersembunyi di belakang semak belukar tebal di koordinat yang aku kirimkan. Lady sedang menunggu di dalam. Waspadai jebakan dan monster di sekitar. Teriak jika tersesat."

Alat komunikasi tersebut berdering dengan suara lembut, mengonfirmasi bahwa pesan telah diterima oleh tiga kawanan yang berada di sekitar hutan.

Lilac yang berada di dalam gua, dia mengamati sekeliling gua, memastikan tidak ada tanda-tanda bahaya. Namun, firasat buruk mulai menghantuinya. Suara gemuruh dari kejauhan terdengar semakin jelas, dan getaran kecil mulai terasa di tanah.

"Kita tidak punya banyak waktu," gumam Lilac sambil mengepalkan tangannya di gagang pedangnya.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat. Leo kembali bersama tiga anggota kawanan mereka: Rika, seorang penyihir dengan kekuatan luar biasa; Jax, seorang prajurit berotot dengan palu besar; dan Mira, seorang pemanah dengan mata tajam dan panah beracun.

"Lady Lilac, kami telah tiba," ujar Rika dengan sopan sambil membungkuk.

"Bagus, kita tidak punya banyak waktu. Sesuatu yang besar sedang mendekat. Kita harus segera membawa batu mana ini kembali ke pavilium," jawab Lilac dengan tegas.

Mereka bekerja sama dengan cepat, mengemas batu mana tersebut ke dalam wadah khusus yang telah disiapkan oleh Rika. Jax mengangkat wadah itu dengan mudah, dan mereka mulai bergerak keluar dari gua dengan hati-hati.

Namun, sebelum mereka dapat mencapai pintu keluar, suara gemuruh semakin keras. Dari bayangan pepohonan, muncul seekor monster raksasa dengan cakar yang tajam dan mata yang bersinar merah, lebih besar dan lebih menakutkan daripada yang mereka hadapi sebelumnya.

"Kita harus bertarung lagi," ujar Leo dengan nada serius.

"Jax, lindungi batu mana. Mira, cari titik lemah. Rika, siapkan mantra perlindungan. Leo, serang dari belakang. Aku akan menghadapinya langsung," perintah Lilac dengan cepat dan maju kedepan

Pertarungan pun dimulai. Lilac melompat maju dengan pedangnya, menghindari serangan pertama dari monster tersebut dengan lincah. Mira menembakkan panah beracun, tepat mengenai mata monster tersebut, sementara Rika membentuk perisai pelindung di sekeliling mereka. Leo menggunakan kelincahannya untuk menyerang dari belakang, sementara Jax menjaga batu mana dengan kekuatannya yang luar biasa.

Pertarungan berlangsung sengit, namun berkat kerja sama yang baik, mereka berhasil mengalahkan monster tersebut. Lilac memberikan serangan terakhir dengan pedangnya yang penuh energi sihir, menebas leher monster itu hingga jatuh tak berdaya.

"Kerja bagus, semua," ujar Lilac dengan senyuman yang lembut

"Terima kasih, Lady Lilac," jawab mereka serempak.

Dengan semangat baru, mereka melanjutkan perjalanan kembali ke Pavilium, membawa batu mana yang sangat berharga dan siap untuk menghadapi tantangan selanjutnya.

"MAKAN MAKAN DULU GAK SEEEEE" Teriak jax diikuti terikan bahagia mira

"Haik haik, didepan ada babi hutan loh" lilac memberi 5ahu seelah menerawang sekitarnya

"DIMENGERTI" leo segera melesat dengan kecepatannya

Mereka melanjutkan perjalanan dengan semangat baru, berjalan di tengah hutan menuju Pavilium. Setelah beberapa saat, Leo kembali dengan seekor babi hutan besar di bahunya.

"Ini dia, babi hutannya!" kata Leo dengan senyum bangga.

"Bagus, Leo! Mari kita beristirahat sejenak dan menikmati makan siang," ujar Lilac.

Mereka menemukan sebuah tempat yang aman dan nyaman di tepi sungai kecil. Jax dengan cekatan menyiapkan perapian, sementara Mira membersihkan babi hutan dengan cepat dan efisien. Rika menggunakan sihirnya untuk menghidupkan api, dan dalam waktu singkat, aroma daging panggang memenuhi udara.

"Ini akan menjadi makan  sore yang luar biasa," kata Mira dengan mata berbinar-binar.

Sambil menunggu daging matang, Lilac duduk di tepi sungai, membiarkan kakinya menyentuh air yang jernih. Leo duduk di sebelahnya, memeriksa persenjataan mereka.

"Leo, kerja bagus"

"Terimakasih lady, tapi saya masih banyak perbaikan, mohon bantuannya" Ucapnya dengan rendah hati

"Yaa, besok akan ku tambahkan pelatian di pavilium" Ucap lilac dengan senyum mematikannya

"Ehehehe" Leo tersenyum getir

"Maafkan aku teman teman"

Setelah beberapa saat, daging babi hutan sudah matang dan mereka mulai menikmati hidangan mereka. Tawa dan percakapan ringan mengisi udara, mengusir sejenak kelelahan dan ketegangan dari pertempuran sebelumnya.

"Sangat lezat! Jax, kamu benar-benar jago dalam memasak daging," kata Rika sambil mengunyah.

"Terima kasih, Rika! Aku senang kalian menikmatinya," jawab Jax dengan tawa bahagia.

Setelah selesai makan, mereka beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Lilac berdiri dan memberi isyarat agar mereka bersiap-siap.

"Baiklah, saatnya melanjutkan perjalanan. Pavilium sudah tidak jauh lagi," ujar Lilac.

Mereka berkemas dan melanjutkan perjalanan, dengan semangat yang diperbarui dan perut yang kenyang. Jalan menuju Pavilium penuh dengan keindahan alam dan pemandangan yang menakjubkan.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka akhirnya tiba di Pavilium. Tempat itu berdiri megah dengan menara-menara tinggi dan tembok yang kokoh dan beberapa bangunan yang membantuk sebuah wilayan makmur milik lilac

"Selamat datang kembali, Lady Lilac! Bagaimana perjalanan kalian?" tanya seorang penjaga kota dengan hormat.

"Baik, lain kali kamu harus ikut vie"

"Dimengerti, silahkan beristirahat lady" Ucapnya dengan senyum hangat

Mereka membawa batu mana tersebut ke pusat penelitian di Pavilium, di mana para ahli sihir dan insinyur siap untuk mempelajarinya dan menggunakannya untuk memperkuat pertahanan kota.

"Batu ini memang bagus sekali lady,dimana anda menemukannnya? Terimakasih lady kami akan mengolahnya dengan baik " ujar seorang ilmuwan dengan penuh semangat.

"Ya, bukankah itu harus?" Lilac tersenyum dan meninggalkan tempat itu

"Dia memang anak muda penuh dengan semangat"

The Eternal QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang