Lilac merasakan kehangatan air panas yang dicampur dengan garam Epsom meresap ke dalam otot-ototnya, meredakan ketegangan dan nyeri yang ia rasakan setelah pertarungan sengit. Kehadiran Yuna, Rika, dan Mira di pemandian itu menambah suasana nyaman dan akrab.
"Aaahhhh, pertarungan sore tadi membuat badanku bugar kembali," kata Mira sambil merendam tubuhnya lebih dalam.
"Iya, setelah belajar seharian kemarin membuat badanku kaku," tambah Rika, menghela napas lega.
Yuna, yang biasanya lebih pendiam, terlihat sangat menikmati momen itu. "Lady, pakaian apa yang akan lady pakai untuk makan malam kali ini?" tanyanya dengan lembut.
"Hmmm apa ya?" Lilac berpikir sejenak sambil menatap langit-langit pemandian yang dihiasi dengan uap hangat. "Aku ingin memakai sesuatu yang elegan tapi nyaman. Mungkin gaun biru muda dengan sentuhan perak. Bagaimana menurut kalian?"
"Itu pasti terlihat sangat indah, Lady," jawab Yuna dengan senyuman. "Warna biru sangat cocok denganmu."
"Dan perak akan memberikan sentuhan anggun yang sempurna," tambah Rika. "Aku bisa membantu menyiapkan aksesoris yang cocok jika Anda mau."
"Tentu, terima kasih, Rika. Itu akan sangat membantu," jawab Lilac dengan senyuman hangat.
Mereka melanjutkan percakapan mereka sambil menikmati kehangatan pemandian. Suasana menjadi lebih santai dan penuh canda tawa. Setelah beberapa saat, Lilac merasa cukup berendam dan memutuskan untuk bersiap-siap.
"Aku rasa kita sudah cukup berendam. Mari kita bersiap-siap untuk makan malam," kata Lilac sambil bangkit dari pemandian.
Mereka semua keluar dari air panas, mengeringkan tubuh mereka, dan mengenakan pakaian mandi. Kembali ke kamar masing-masing, mereka mulai bersiap untuk makan malam yang akan datang.
Di kamarnya, Lilac melihat gaun biru muda dengan sentuhan perak yang telah disiapkan oleh pelayan. Gaun itu terlihat sempurna, dengan detail yang halus dan desain yang elegan. Rika membantu Lilac mengenakan aksesoris yang sesuai, seperti kalung perak dan anting-anting kecil yang berkilauan.
"Sempurna, Lady. Anda terlihat sangat cantik," kata Rika dengan bangga.
"Terima kasih, Rika. Kamu juga harus segera bersiap," balas Lilac dengan senyuman.
Setelah semuanya siap, Lilac, Yuna, Rika, dan Mira berkumpul di ruang makan besar di Pavilium. Makan malam telah disiapkan dengan hidangan lezat dan suasana yang hangat. Lilac tetap cool dan berwibawa, memimpin percakapan dengan tenang dan karisma yang kuat.
Malam itu, diiringi dengan obrolan ringan dan tawa, memberikan mereka kekuatan baru untuk menghadapi hari-hari mendatang yang mungkin penuh dengan tantangan dan petualangan baru. Lilac, dengan sikapnya yang cool, menjadi pusat ketenangan dan kekuatan bagi kelompoknya.
"Max, bagaimana dengan perkembangan pembangunan terakhir?" tanya Lilac dengan suara tenang namun tegas.
"Lancar jaya, Lady. Besok sudah bisa dilihat. Apakah Lady senggang besok?" jawab Max, penuh antusiasme.
"Yuna," panggil Lilac.
Yuna segera merespons. "Jadwal Lady besok adalah memberikan materi baru dan melihat sekeliling kota di wilayah ini, jadi kemungkinan besar Lady bisa melihat pembangunan 'itu'."
"Terima kasih," ucap Lilac singkat, lalu melihat gelasnya yang berisi beer dan merenung sejenak.
(Sejak kapan anak kecil minum beeer) Yare yere
Di tengah keheningan merenungnya, suara familiar kembali terdengar, seolah-olah datang dari dalam pikirannya. "Lilac," panggil suara itu.
Lilac mengernyitkan dahi, mencoba mengenali suara tersebut. "Aku kenal suara ini. Siapa?" tanyanya dengan sedikit ketegangan.
"Lilac, pakailah kehidupanmu kali ini dengan keinginanmu. Lakukan apa pun yang kamu mau. Mau membangun sebuah negara? Aku akan membantumu. Hmm, bagaimana?" Suara itu terdengar lembut namun penuh kekuatan.
Lilac menghela napas dalam-dalam, menatap api unggun dengan tatapan kosong. "Tidak, terima kasih. Siapapun kamu, kamu pasti salah satu dari mereka, para dewa."
Suara itu tertawa pelan, seperti menikmati percakapan ini. "Bukankah kamu juga salah satu dari mereka?"
"Wkwkwk, lucu sekali kehidupanku yang dilempar kedunia ini ke dunia itu"
"Maka dari itu, gunakan kehidupan ini seperti yang kau inginkan"
"Maka aku akan mengubah dunia ini sesuai kehendakku"lilac berucap tanpa pikir panjang
" Kamu tidak seperti itu lilac, aku lebih mengetahui dirimu dibanding dirimu sendiri "
*Ntahlah, lebih baik kau diam dan lihat saja"
Lilac merenung sejenak, memikirkan kata-kata tersebut. Dia tahu, kekuatan yang dimilikinya tidak hanya untuk digunakan demi dirinya sendiri. Dia memiliki impian besar untuk membangun sesuatu yang lebih dari sekadar kekuasaan atau kekayaan.
Max, Yuna, Rika, dan Mira yang duduk di sekelilingnya merasakan perubahan energi pada Lilac. Mereka tahu, pemimpin mereka memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan, dan itu memberikan mereka kekuatan dan ketenangan.
Malam itu, di bawah bintang-bintang yang berkelap-kelip, Lilac merasa damai. Api unggun bukan hanya memberikan kehangatan fisik, tetapi juga menghangatkan hati mereka yang duduk di sekelilingnya. Lilac tahu, dengan dukungan teman-temannya, ia siap menghadapi apapun yang akan datang. Dengan tekad yang kuat, ia memutuskan untuk terus melangkah maju, menjalani hidupnya dengan keinginan dan keyakinan yang ia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Queen
FantasyAlexsander Violetine Athena Lilac Putri duke yang terakhir, bagaimana bisa terakhir? Karena mamanya mati saat melahirkan nya makanya terakhir Singkatnya, 'ia' memasuki tubuh lilac yang terlah tiada dan bertugas untuk membuat lilac bahagia hingga a...