Toxic

4.8K 408 106
                                    

Author Pov

Dari timur, sang mentari secara perlahan memamerkan diri. Cahaya jingganya memberi sentuhan lembut di permukaan laut. Lisa dan Jennie terlelap dalam pelukan, sangat nyenyak dan nyaman. Seluruh kegiatan panas semalam yang berlangsung hingga subuh, begitu menguras seluruh tenaga.

Namun, sang mentari tidak suka diabaikan. Melalui celah besar dari balkon kamar utama, dia menyilaukan mata duo sejoli. Lisa menjadi orang pertama yang membuka mata, ia tersenyum puas mendapati wanita cantik bersandar di dadanya. Dia mencium seluruh wajah kekasihnya dengan kecupan lembut. Dan hal itu berhasil membangunkan Jennie.

"Good morning, Nini" sapa Lisa lembut, sekali lagi mengecup bibir kekasihnya. Jennie menggeliat, mendekap Lisa lebih erat, enggan beranjak dari pelukan nyaman dan aman itu.

"Apakah itu panggilan resmi sekarang?" Jennie bertanya dengan suara parau.

"Kau yang memulainya"

"Hmm. Itu cute. Awww... Fuck!"

Jennie mengerang saat kakinya bergerak, rasa sakit menyerang kemaluannya. Lisa menatap kekasihnya prihatin, tapi tidak menyesal. Jennie memejamkan mata, membiarkan rasa sakit di bawah sana untuk menjadi terbiasa. Dia juga tidak menyesal. Malam yang indah dan panas itu terlalu luar biasa untuk disesali.

"Apa itu sangat sakit hmm?"

"Tenang. Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit di bawah sana. Dan sejak kapan kau peduli tentang hal ini? Biasanya, kau tetap tanpa ampun menyerangku"

Lisa tertawa kecil, mengingat apa yang sudah-sudah. Dan Jennie benar.

"Percayalah, milikku sudah berkedut hanya karena tahu bahwa kau kesakitan. Itu memiliki makna bahwa kita memiliki gairah yang tidak terbendung"

Jennie tersenyum, dia mencium bibir kekasihnya lembut, kemudian mendekap Lisa lebih erat.

"Ayo tidur lagi. Aku sangat lelah"

Mereka kembali memejamkan mata, membiarkan angin pagi dan menghiraukan sang mentari. Sementara itu di luar, Arthur dan teman-teman sudah asyik memancing. Berniat memiliki sarapan yang enak dengan hasil tangkapan. Mereka tahu sesuatu yang panas terjadi di kabin utama, tapi semua orang sepakat menutup mulut. Ponsel Arthur berdering, Noah melakukan panggilan.

"Ini masih pagi untuk mengangguku"

Jawab Arthur sarkastik, dia sangat tidak suka dengan pengecut sejenis Noah.

"Dimana Jennie?" Suara Noah terdengar kesal. Pria itu frustasi tidak dapat menemukan keberadaan mantan tercintanya.

"Tentu di pelukan kekasihnya"

"Arthur, jangan main-main"

"Aku tidak. Aku hanya berkata jujur. Lagipula, apa urusannya denganmu dimana pun Jennie berada?"

"Itu urusanku jika Jennie main-main melewati batas. Dia calon istriku, ibu dari anak-anakku"

"Dalam mimpimu. Berhentilah terobsesi, ada banyak perempuan cantik di luar sana"

"Lisa menantangku untuk berhadapan secara langsung dengannya. Kau tahu, aku bisa berbuat sangat banyak untuk wanita lemah sepertinya"

Arthur terdiam, dia tahu putri siapa Lisa. Dia membayangkan perang antar mafia pecah hanya karena Jennie. Itu tidak lucu, dan akan jadi tragedi paling menyedihkan dalam hubungan romantis.

"Noah, meski usiamu sudah matang, kau seperti bocah ingusan yang marah mainanmu direbut. Dan untuk Lisa, Jennie bukan mainan. Dia bersungguh-sungguh, dan ku peringatkan kau, dia bukan jenis manusia yang mudah untuk kau hadapi"

HornyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang