Jennie Pov
Pagi buta aku bangun, melihat ke samping dan mendapati kesayanganku masih tidur nyenyak. Aku penasaran kemana perginya Lisa yang selalu horny? Sejak kami kembali bersama, dia belum meminta jatah bercinta dariku. Entah dia tidak lagi sehorny dulu, atau dia horny tapi menahannya. Mungkin dia ingin membuktikan padaku, bahwa dia tertarik denganku tidak hanya karena seks?
Dua hari terlewati tanpa mengonsumsi heroin, ini jelas perubahan yang sangat positif. Aku bukannya membenci hal-hal sejenis narkoba, aku juga memakai ekstasi, tapi aku menggunakannya sesuai kebutuhan. Sedangkan Lisa dan heroinnya itu sudah tidak bisa ditoleransi. Banyak hal negatif yang terjadi saat dia memakai dibanding saat dia tidak. Aku khawatir dia akan memiliki OD seperti kapan hari itu. Aku khawatir jika nanti akan tiba sehari saja tanpa heroin dia akan mendapat sakau. Itu tidak baik untuk hubungan kami, tidak baik juga untuk karir dan masa depannya. Lisa selalu menyenangkan saat sadar, dan menjadi selalu salah jika teler apalagi saat kami bertengkar. Pantas saja dia selalu salah langkah mengambil keputusan, bagaimana tidak jika setiap hari dia teler?
Satu bulan pertama hubungan kami, Lisa memakainya diam-diam, tidak terlalu gamblang, aku hampir tidak menyadari bahwa dia sedang teler. Bulan berikutnya dia sudah memakainya di depanku, sering kali menjadikan perutku papan untuk menjilati heroin yang sering ia sebut toping. Dan aku yakin setiap kali dia mendadak marah untuk hal-hal kecil, itu juga karena teler. Bayangkan rasanya jadi aku, memiliki kekasih yang setiap hari teler. Bicara, bercinta dan mencoba memahami orang yang tidak pernah memiliki kesadaran nyata, itu sangat sulit untukku.
Jujur saja, aku merasa auto luluh saat Lisa mengatakan ingin berhenti menggunakan heroin. Aku yakin hubungan kami akan jadi lebih positif. Dua hari ini kami tidak bertengkar atau berdebat sama sekali. Dia juga tidak lagi bicara kotor seperti kemarin-kemarin. Aku pikir, orang dewasa seperti Lisa benar-benar manusia yang aku harap untuk berada di sisiku dalam waktu yang lama. Dan aku sekarang bisa membedakan saat Lisa sadar dan saat Lisa teler. Dulu aku tidak bisa membedakannya, kecuali Lisa menjadi diam dan lebih sibuk dengan piano, aku baru tahu dia sangat teler.
Aku beranjak berniat untuk mandi dan bersiap. Hari ini konser pertama The Show, aku gugup setengah mati meski sudah ratusan kali aku berdiri di atas panggung. Itu sebabnya, aku selalu mengonsumsi setengah ekstasi bersama Macallan sebelum naik ke atas panggung. Aku menggunakannya untuk mengatasi serangan panik, gugup, sekaligus menjadi penggugah adrenalin. Setahuku, hal seperti ini sudah biasa dilakukan penyanyi dengan jadwal konser yang ketat. Ekstasi juga bisa membuatku merasa tidak lelah meski gila-gilaan di atas panggung. Tapi bukan berarti aku mau mengonsumsinya setiap hari. Hanya saat aku memiliki konser saja.
Selesai mandi, Lisaku sudah bangun. Dia duduk bersandar di tempat tidur, sibuk dengan ponselnya.
"Honey, kau ingin perabotan dan dekorasi seperti apa untuk mansion baru kita hmm?"
"Aku belum sempat memikirkannya. Tapi aku ingin ada studio rekaman yang mumpuni di sana. Jadi saat tidak ada pekerjaan, kita bisa istirahat di rumah dan menjadi sibuk membuat lagu"
"Okay. Mansion itu punya banyak ruangan, aku akan meminta perusahaan kontruksi untuk mengubahnya menjadi studio. Ada lagi?"
"Untuk sementara aku hanya ingin itu. Toh, aku akan jarang berada di Black Mansion. Jadi pelan-pelan saja"
Aku mengamati Lisa dari pantulan cermin, dia masih sangat serius dengan ponsel, pasti masih asyik menyelami referensi dekorasi. Aku tersenyum, ini pertama kalinya aku dan kekasihku memiliki sesi menyiapkan rumah untuk ditinggali bersama.
"Menurutku lampu-lampu di sana kurang terang. Aku akan menggantinya dengan yang lebih baik. Dan liftnya terlalu tertutup, aku juga akan menggantinya.... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Horny
RomanceIni hanya cerita tentang kehidupan dua wanita yang memiliki hampir segalanya dalam hidup. Karir gemilang, wajah rupawan, reputasi yang tinggi dan pengaruh yang luar biasa. Nyaris tidak kurang apapun. Tapi mereka asing dengan cinta, selalu hanya dipu...