#13

1.8K 231 6
                                    

Rencana rehat selama satu minggu Jaemin gagal total. Di hari kedua, pria itu dipanggil ke agensi untuk menandatangani kontrak film. Bahkan Jaemin tidak tahu film apa yang akan ia mainkan dan bagaimana perannya, tapi agensi keparat itu dengan seenak jidat menyetujuinya.

Jaemin berjalan menuju ruang pertemuan, siap melontarkan protes walaupun ia yakin akan berakhir sia-sia.

Begitu tiba di ruang pertemuan, Jaemin dibuat terkejut dengan kehadiran Jaehyun dan Jeno. Keduanya nampak bercengkrama dengan CEO yang tak lain adalah paman Jaemin.

"Oh kau sudah datang," ucap sang paman dengan senyum lebar di bibirnya, senyum palsu, Jaemin tahu itu.

"Selamat siang tuan Jung, tuan Lee," sapa Jaemin sebelum duduk di salah satu kursi kosong diikuti Yushi yang dengan sigap duduk di sebelah si aktor.

"Baiklah, karena Jaemin sudah datang. Ayo kita mulai menandatangani kontraknya."

Mata Jaemin memincing dengan satu alis terangkat, "kontrak apa?" Tanyanya.

"Tuan Jung memilih mu sebagai pemeran utama untuk film nya," Jelas si CEO sembari mengulurkan sebuah map berisi kontrak kerja dan penjelasan sedikit mengenai film itu.

Jaemin membaca setiap bait dalam berkas dengan teliti, tak melewatkan satu huruf pun yang bisa saja menjadi boomerang untuknya di kemudian hari.

Satu alis nya terangkat begitu melihat nama Jeno menjadi pemeran utama sepertinya. Sontak Jaemin mengangkat kepalanya, menatap penuh tanya pada sang atasan.

"Tuan Lee akan menjadi lawan main mu," jelas sang CEO.

Tatapan Jaemin beralih pada sosok pemilik birai bak bulan sabit yang ternyata juga tengah menatapnya. Keduanya bertatapan cukup lama hingga si yang lebih muda mengalihkan pandangan dengan jantung yang berdebar hebat.

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba dada Jaemin terasa begitu sesak. Nafasnya memburu dan tubuhnya mulai bergetar. Kerja tubuhnya seakan meningkat akibat tatapan Jeno.

Tatapan itu, entah bagaimana rasanya begitu familiar. Jaemin seperti pernah melihat tatapan itu di suatu tempat, tapi ia tak bisa mengingat apapun.

Jaemin penasaran, sangat penasaran dengan rasa familiar yang beberapa kali menghampiri nya begitu berdekatan dengan Jeno. Tapi, sejauh apapun Jaemin mengulik, ia tetap berada di ruangan gelap, tanpa jawaban.

"Hyung, kau baik-baik saja?" Tanya Yushi saat melihat Jaemin meremat dadanya.

Atensi semua orang langsung berpusat pada si manis. Termasuk Jeno yang langsung menatap khawatir.

Entah apa yang terjadi, Jaehyun pada akhirnya mengajak si CEO pergi dari ruangan itu meninggalkan Jaemin, Yushi dan Jeno.

"Minum dulu, hyung."

Yushi menyodorkan sebotol air yang langsung ditenggak oleh si manis. Pemuda itu juga membantu Jaemin mengatur pernafasan.

"Sudah lebih baik?" Tanya Jeno.

Jaemin mengangguk kecil. Keadaannya mulai membaik setelah mengatur nafas.

"Apa maksud anda menawari film ini, tuan Lee?" Tanya Jaemin.

"Sebagai permintaan maaf."

Yushi dan Jaemin serempak menatap Jeno dengan penuh tanya.

"Maaf, aku mengambil drama mu sampai kau berada dalam masalah."

"Kau tau?"

Jeno mengangguk dengan penyesalan yang sangat ketara di wajah tampannya.

"Seseorang memberitahu ku."

Glimpse [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang