"Ada apa ini?"
Suara husky milik matahari kerajaan terdengar di ruangan itu.
"Baginda-"
"Ratu, kau baik-baik saja?"
Dalam waktu cepat, sang raja telah berada tepat di sebelah sang pangeran. Melihat ratu yang tengah mempertahankan kesadarannya.
"Ratu," lirih sang raja sembari menggenggam tangan kurus milik sang ratu.
"Baginda, setelah ini tolong jaga Nero dengan baik."
Suara ratu terdengar terbata pun tubuhnya juga sedikit bergetar dalam pelukan Nerolan.
"Apa maksudmu? Kau sudah berjanji akan sembuh!"
Suara yang mulia raja meninggi namun senyum ratu tak pudar dari bibirnya.
"Nero, setelah ini menurut lah pada father. Berjanjilah kalian akan bahagia."
Nerolan menggeleng ribut.
"Baginda, bisakah anda memeluk saya?"
Sang raja menurut, mengambil alih tubuh Zenith dari pelukan Nerolan. Pelukan hangat diberikan pada tubuh yang sudah terasa berat karena terlalu lemas.
"Nael, aku sangat mencintaimu. Terimakasih sudah selalu berada di sisi ku selama ini."
Sang raja mengangguk dengan air mata yang sudah membasahi wajah rupawan nya.
"Mari bertemu di kehidupan lain sebagai orang biasa."
"Tidak, jangan tinggalkan aku. Ku mohon, Rebecca sedang mengembangkan obat untuk mu. Ku mohon bersabar lah."
Sang ratu tersenyum dengan begitu indah. Sedikit kernyit di dahinya tak menghalangi kecantikan nya yang bersinar, dan Nerolan melihat itu semua. Melihat, bagaimana cantiknya rupa sang ibu walupun wajahnya terlihat sangat pucat.
Hingga sesaat kemudian, saat mata bulat bak rusa yang selalu berbinar setiap bertemu dengan sang anak mulai tertutup. Saat sang raja meraung kencang karena merasakan nafas putus-putus yang semakin lemah di tengkuknya, dan saat bibi Rebecca mendekat untuk memeriksa keadaan sang ratu. Semua itu Nero perhatikan dalam tangis pilu.
"Mother," panggilnya namun tak ada balasan apapun.
"Mother," sekali lagi panggilan itu terdengar untuk memastikan namun hasilnya tetap sama.
Sang ibu, telah tiada. Begitulah apa yang Nerolan simpulkan sebelum tubuhnya meluruh ke lantai yang dingin.
"Jiwa ratu masih ada, tapi sangat lemah."
Bak angin segar di tengah badai, ucapan bibi Rebecca membuat Nerolan sedikit merasa lega.
"Tolong selamatkan dia!"
"Maaf baginda, jiwa ratu benar-benar lemah. Dia hanya sedang menunggu untuk hilang sepenuhnya."
Angin segar tadi nyatanya adalah buaian singkat untuk sedikit menenangkan hati dan pikiran yang meraung. Pada akhirnya sang ratu akan tetap pergi.
Maka dari itu, Nerolan dengan cepat berdiri, ingin melakukan sesuatu untuk kehidupan sang ibu.
Mata Nero yang sudah sepenuhnya berwarna merah disadari semua orang yang berada di dalam ruangan.
"Tidak, pangeran anda tidak bisa melakukan itu." Ucap bibi Rebecca seperti sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Aku akan menyelamatkan mother."
"Tidak, kau bisa mati." Kali ini giliran sang raja yang berkomentar. Namun Nerolan tak mendengarkan.
Beberapa saat kemudian, angin berhembus sangat kencang disertai cahaya berwarna putih keluar dari tubuh Nerolan yang kemudian diarahkan ke tubuh sang ratu yang sudah dibaringkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse [Nomin]
FanfictionNa Jaemin, seorang aktor dengan banyak skandal dibuat terkejut dengan kedatangan sosok Lee Jeno yang tiba-tiba memanggilnya 'ratuku' dan bersikukuh membawanya 'pulang'. Entah 'pulang' kemana yang Jeno maksud karena Jaemin tak merasa mempunyai rumah.