Entah sudah berapa kali Jaemin menghela nafas. Pertemuan dengan Jeno berakhir dengan Jaemin yang menyetujui kontrak. Rasanya sedikit tidak rela namun demi kelangsungan rencananya yang sudah tujuh puluh persen, Jaemin akhirnya menyetujui. Toh, mereka hanya akan bermain film. Jadi, rentang waktu bertemu tidak akan seperti membuat drama.
Sebenarnya, Jaemin juga sedikit gugup karena baru kali ini ia memiliki lawan main seorang laki-laki. Terlepas dari orientasi seksual, selama ini Jaemin selalu disandangkan dengan aktris. Jadi, ia sedikit khawatir akan mengacaukan proses pengambilan adegan nanti.
"Hyung, kau baik-baik saja?" Tanya Yushi yang melihat keresahan di mata sang aktor.
Saat ini keduanya tengah berada di restoran, menunggu kehadiran Renjun dan Mark yang katanya akan menyusul untuk membahas sesuatu.
"Aku baik-baik saja. Ayo pesan makanan terlebih dahulu, kita sudah telat makan siang."
Yushi mengangguk, kemudian memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka. Jam memang sudah menunjukkan pukul tiga saat keduanya tiba di restoran.
Makanan mereka datang beberapa saat kemudian, bertepatan dengan kedatangan Renjun dan Mark.
"Kalian sudah makan siang?" Tanya Jaemin setelah kedua temannya duduk.
"Sudah, kami akan memesan makanan ringan dan minuman saja."
Jaemin mengangguk, kemudian memberi isyarat Yushi untuk mulai makan. Mereka akan berdiskusi setelah makan.
---
"Jadi apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanya Jaemin setelah menghabiskan makan siangnya.
Mark sebagai orang yang akan berbicara tidak langsung menjawab, pria itu melirik Yushi sebentar kemudian menatap Jaemin penuh tanya.
"Tidak masalah, hyung. Yushi sudah sedikit tahu masalah ini," Jawab Jaemin setelah mengetahui maksud dari tatapan Mark.
Awalnya Mark masih menatap ragu. Hal yang akan mereka bicarakan adalah hal yang sensitif. Bagaimanapun juga Yushi adalah orang 'luar' yang baru saja mereka kenal kurang dari satu bulan.
Tapi, Jaemin berhasil meyakinkan Mark jika Yushi bisa dipercaya. Entahlah, Jaemin juga tidak mengerti kenapa ia bisa menaruh kepercayaan yang begitu besar pada sang manager sementara. Jaemin hanya mengikuti kata hatinya.
"Ini, kami berhasil mengumpulkan bukti. Kita sudah bisa membuka kembali kasus ini."
Jaemin mengambil berkas yang disodorkan oleh Mark. Tangannya mengepal erat saat membaca beberapa fakta yang baru saja ia temui.
"Kecelakaan orang tua mu memang disengaja, Jaemin ah." Ucap Renjun dengan hati-hati.
Tak ada jawaban, Jaemin masih sibuk membaca berkas ditangannya. Beberapa tetes air mata terlihat membasahi pipi si aktor, namun tiga orang lain yang menyadarinya tak berniat menganggu, mereka akan memberi waktu pada Jaemin.
Hancur, itulah yang Jaemin dapatkan saat semua kebenaran akhirnya terungkap di tangannya. Nyatanya sosok paman yang dulu begitu hangat ternyata mampu berbuat hal keji pada keluarganya.
Jaemin tak habis pikir, apakah harta memang selalu bisa membuat orang silau dan menghalalkan segala cara? Bagaimana mungkin seorang adik tega membunuh kakaknya hanya karena harta?
Isak tangis mulai terdengar dari bibir Jaemin. Kedua orang tuanya yang berharga, pergi karena keserakahan seseorang.
Tangis Jaemin semakin kencang. Pria itu meraung sembari memukul dadanya. Yushi dengan sigap menahan tangan Jaemin. Pemuda itu berdiri, kemudian memeluk tubuh sang aktor dengan lembut, berusaha menjadi sandaran. Renjun juga ikut berdiri, tangannya bergerak, mengusap surai si aktor penuh sayang sembari menggumamkan kalimat penenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse [Nomin]
FanficNa Jaemin, seorang aktor dengan banyak skandal dibuat terkejut dengan kedatangan sosok Lee Jeno yang tiba-tiba memanggilnya 'ratuku' dan bersikukuh membawanya 'pulang'. Entah 'pulang' kemana yang Jeno maksud karena Jaemin tak merasa mempunyai rumah.