"CUT! PERFECT"
Teriakan sang sutradara memancing gemuruh riuh tepuk tangan seluruh crew yang bekerja. Syuting episode terakhir salah satu serial tv yang saat ini sedang naik daun akhirnya selesai.
Semua orang tersenyum puas. Serial tv yang mereka buat melampaui ekspektasi bahkan sampai sekarang masih bertahan di rating pertama serial tv rekomendasi di tahun ini.
Ucapan selamat dan foto bersama dilakukan sebagai penutup sesi syuting. Semua orang saling mengucapkan terimakasih atas kerja keras yang mereka lakukan selama beberapa bulan belakangan.
Pesta perpisahan tak terelakan, memesan salah satu restoran ternama untuk sekedar memberi apresiasi pada para crew dan artis.
Dari semua senyum lebar dalam ruangan lumayan lebar itu, salah satu orang berdiri di bagian paling pojok. Memisahkan diri padahal seharusnya ialah bintang utama pada malam ini.
Na Jaemin, sosok yang tengah berdiri sendiri, sekaligus sosok pemeran utama dalam serial tv yang sedang semua orang bicarakan.
Na Jaemin yang harusnya mendapat apresiasi namun seolah tak terlihat oleh siapapun. Karena lagi-lagi ia hanya 'dipergunakan'.
Senyum kecut menghiasi bibir pink alaminya. Kali ini ia berhasil membawa salah satu aktris pendatang baru yang tak terlalu berbakat melejit ke atas.
"Na Jaemin" Panggilan itu datang dari sosok pria paruh baya dengan gaya sedikit nyentrik. Jika boleh menilai, Jaemin akan memberi penilaian dua dari sepuluh untuk penampilan aneh pria yang sialnya adalah seorang sutradara ternama.
"Ada apa pak?" Jaemin berusaha beramah tamah.
"Tidak, kau menakjubkan seperti biasa"
Jika tidak tahu bagaimana watak si pria nyentrik di depannya, mungkin Jaemin akan tersenyum malu-malu dengan hati yang berbunga-bunga. Namun, Jaemin sudah kepalang hafal dengan watak sutradara tersebut hingga ia hanya rela membalas dengan senyum tipis.
"Semoga kita bertemu di project lain secepatnya"
"Ya, semoga saja" Jawab Jaemin sembari terkekeh kecil padahal di dalam hatinya sedang bersumpah serampah.
"Yasudah, nikmati makan malam dan sedikit pestanya" Sang sutradara melenggang pergi setelah mengucapkan hal itu sementara Jaemin memilih untuk mundur beberapa langkah, mencoba untuk tak terlihat oleh siapapun agar tak ada lagi yang bisa mengusik ketenangan nya.
Na Jaemin, sosok aktor papan atas yang namanya begitu bersinar. Si aktor yang kelewat baik hati hingga bisa 'dipergunakan' semaunya. Namanya banyak dikenang, namun bukan hanya karena prestasi nya. Tapi juga berbagai skandal yang melibatkan dirinya.
Rasanya Jaemin seperti orang serba bisa, seperti barang serba guna yang bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Ia bersinar namun juga redup secara bersamaan.
---
Di tempat lain, tempat yang begitu jauh dan tak akan bisa dikunjungi dengan kendaraan apapun, seorang pria dengan baju yang terlihat begitu mewah duduk bersimpuh di sisi ranjang.
Tangan penuh ototnya menggenggam lembut tangan lain, milik pria yang terlihat tertidur dengan damai di atas ranjang.
"Saya baru saja tiba. Kali ini saya tidak menemukan mu lagi" Lirih sosok yang masih setia memperhatikan wajah rupawan sang kekasih hati.
"Saya harus mencari kemana lagi? Tolong beri saya petunjuk" Kalimat dengan nada putus asa itu kerap kali terucap namun tak kunjung mendapat balasan.
"Saya sedikit lelah namun saya berjanji tidak akan menyerah. Saya akan membawa jiwamu kembali ratuku"
---
Hallo Reynialeen disini. 🐶🐰
Kali ini aku bawa cerita dengan genre fantasi lagi. Semoga kalian suka.
⚠️ Warning ⚠️
Dalam proses penulisan mungkin akan banyak banget typo dan eyd error. Mohon dikoreksi ya hehehe.
Seperti cerita ku sebelum-sebelumnya aku ga akan menentukan jadwal update. Aku bisa sering update pas lagi ada ide dan mungkin akan gantungin kalian cukup lama pas lagi ga ada ide.
Mohon dukungan nya lewat vote dan komentar yaa. Terutama komentar karena itu yang buat aku selalu semangat untuk update hehe.
Udah gitu aja hehe
Best regard
Reynialeen 🐶🐰

KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse [Nomin]
FanficNa Jaemin, seorang aktor dengan banyak skandal dibuat terkejut dengan kedatangan sosok Lee Jeno yang tiba-tiba memanggilnya 'ratuku' dan bersikukuh membawanya 'pulang'. Entah 'pulang' kemana yang Jeno maksud karena Jaemin tak merasa mempunyai rumah.