Keesokan harinya Jeno datang ke kediaman Jaemin bersama seorang pemuda yang kemungkinan besar manager nya.
Jaemin tak banyak tersenyum saat menyambut kedatangan Jeno, pria bermata rusa itu lebih banyak diam karena menyimpan kemarahan.
"Apa yang ingin anda bicarakan tuan Lee?" Tanya Jaemin begitu mereka semua duduk di sofa. Si manis megambil tempat duduk di sofa panjang, diapit oleh Renjun dan Yushi sedangkan Jeno dan sang manager masing-masing duduk di single sofa.
"Aku hanya ingin memberikan penawaran."
Satu alis Jaemin naik, matanya menatap lekat si pria Lee yang siang itu nampak santai dengan kaos polo dan celana bahan.
"Aku akan membantu mu mengambil alih agensi itu dengan syarat kau harus menikah denganku."
Bukan hanya Jaemin, Renjun dan Yushi nampak terpaku di tempat mereka. Ucapan Jeno benar-benar mengejutkan dan di luar nalar.
"Apa maksud anda tuan? Kita tidak saling mengenal, kenapa saya harus menikah dengan anda?" Suara Jaemin terdengar semakin dingin.
"Pertanyaan mudah, karena aku tertarik dengan mu."
Hening beberapa saat hingga suara kekehan kecil terdengar dari bibir Jaemin. Pria itu tersenyum culas, memandang tak suka pada sang lawan bicara.
"Orang lain akan memperlakukan orang yang membuatnya tertarik dengan baik, tapi kau malah sebaliknya. Apa mau mu sesungguhnya tuan?"
Jeno ikut tersenyum, senyum tipis mirip seringai.
"Karena aku tak akan bisa mendapatkan mu jika tidak menggunakan cara itu."
Jaemin tidak mengerti, sungguh ia tidak mengerti dengan maksud perkataan Jeno yang seolah tau segalanya. Berbicara mengenai segalanya, Jaemin baru saja tersadar jika Jeno mengetahui rencananya.
"Bagaimana anda tahu mengenai rencana saya?" Tanya Jaemin, menyuarakan keheranannya.
"Aku tau segala hal mengenai orang yang membuat ku tertarik."
Jaemin mengepalkan tangannya, berusaha mengatur nafas agar emosinya teredam.
"Anda sungguh lancang." Suara Renjun terdengar. Tak jauh berbeda dengan Jaemin, pria itu juga sedang menahan emosi.
Atmosfer ruangan semakin mencengkam. Namun hal itu tidak menganggu Jeno sama sekali terbukti dari senyum kecil yang masih masih betah bertengger di wajahnya.
"Kau bisa mempertimbangkan nya, jika menikah dengan ku kau bisa mendapat semua hak mu kembali, aku akan menjamin hal itu."
"Maaf tuan, saya tidak memerlukan bantuan anda. Silahkan keluar jika sudah tidak ada lagi yang ingin anda bicarakan." Jaemin berkata dengan tegas.
"Kita lihat saja nanti." Jawab Jeno seraya bangkit dari duduknya, pria tampan itu menatap Jaemin selama beberapa saat sebelum pergi diikuti manager nya.
---
"Ku rasa dia sudah gila." Renjun menjadi yang pertama kali angkat suara setelah kepergian Jeno.
Pria huang itu tak berhenti mengumpat dan mencaci Jeno dengan sumpah serampah. Tak ada yang terlewat, semua kata kasar terucap dari bibir kecilnya.
"Wah, dia benar-benar aktor gila. Apa dia terobsesi pada mu?" Renjun kembali bertanya sembari mengalihkan pandangannya pada Jaemin.
Raut yang tadinya memancarkan amarah seketika berubah menjadi raut penuh khawatir saat melihat Jaemin yang termenung dengan tubuh yang bergetar, kedua tangannya mengepal dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse [Nomin]
FanficNa Jaemin, seorang aktor dengan banyak skandal dibuat terkejut dengan kedatangan sosok Lee Jeno yang tiba-tiba memanggilnya 'ratuku' dan bersikukuh membawanya 'pulang'. Entah 'pulang' kemana yang Jeno maksud karena Jaemin tak merasa mempunyai rumah.