Jaemin mengepalkan tangannya kuat, masih ingat bagaimana CEO agensi mencecarnya karena dianggap tak berguna hingga pihak drama menggantikannya dengan aktor lain.
Sebenarnya ia sedikit bersyukur saat menerima kabar, karena setidaknya ia bisa beristirahat dari syuting dan tetek bengeknya untuk beberapa waktu, toh jika pihak drama membatalkan kontrak, mereka juga yang akan membayar pinalti, namun cecaran dari agensi membuatnya murka. Tak hanya itu, mereka juga bersikukuh menyuruh Jaemin mendapatkan kembali drama itu bagaimanapun caranya.
"Jadwalkan pertemuan dengan pihak sutradara besok"
"Baik" Jawab Yushi sembari meletakkan satu cangkir teh camomile di hadapan Jaemin dan satu cangkir lainnya berisi kopi di hadapannya.
Saat ini, keduanya tengah berada di kediaman pribadi Jaemin. Awalanya, Jaemin langsung menyuruh Yushi pulang setelah urusan mereka di agensi selesai. Namun, pemuda yang lebih muda bersikukuh untuk ikut pulang bersama Jaemin dengan dalih khawatir.
Saat tiba di rumah, Jaemin tidak mendapati keberadaan Haechan dan Renjun yang ternyata sudah tidur dengan pulas, Haechan di kamar Jaemin seperti biasa, sedangkan Renjun di kamar kosong yang memang sering ditempatinya saat menginap.
"Teh camomile akan membuat mu lebih baik hyung"
Jaemin tersenyum singkat, perlahan mengecap rasa teh yang baru baginya. Jaemin memang bukan pecinta teh, selama ini ia lebih banyak minum kopi dan air mineral untuk sehari-hari, sedangkan di musim dingin, ia lebih suka minum coklat panas. Teh camomile ternyata tidak buruk, Jaemin bisa merasakan tubuhnya perlahan rileks.
"Terimakasih Yushi ssi"
"Sama-sama hyung, kau sudah lebih baik?"
Jaemin hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pulang"
"Menginap lah, kau bisa menggunakan kamar itu," Jaemin menunjuk salah satu pintu yang terlihat dari pantry. "Sudah malam, aku tidak setega itu membiarkan mu pulang malam-malam seperti ini"
"Apa tidak masalah hyung?" Yushi nampak ragu.
"Tentu saja, ini rumahku. Sudah habiskan minuman mu lalu masuk kedalam kamar, tolong matikan lampu setelah selesai, aku akan ke kamar"
Kemudian, Si manis beranjak dengan membawa teh secangkir teh camomile nya yang tinggal setengah untuk dibawa ke kamar, meninggalkan Yushi yang masih diam di tempat dengan senyum samar di bibirnya.
---
Keesokan harinya, Jaemin benar-benar menemui pihak sutradara. Ditemani dengan Yushi, pemuda itu datang ke tempat pertemuan yang sudah disepakati.
Jaemin mengenal baik sutradara yang akan ia temui, tak sekali dua kali mereka memiliki pekerjaan bersama. Diantara banyaknya sutradara yang pernah bersinggungan dengan Jaemin, sutradara yang ini sebenarnya yang paling baik dengannya. Hal itu jugalah yang menjadi pertimbangannya saat diberi beberapa naskah untuk dipilih.
Beberapa kali helaan nafas terdengar dari si manis hingga tiba-tiba Yushi yang duduk di kursi penumpang bagian depan, melongok kebelakang, menyodorkan sebuah bungkusan dengan logo brand sandwich ternama yang entah kapan pemuda itu beli.
"Ini hyung, aku beli lebih tadi pagi untuk sarapan"
Jaemin awalnya ingin menolak karena jujur saja ia tak selera makan sama sekali, tadi pagi pun ia sempat berdebat dengan Haechan dan Renjun karena tak mau sarapan. Namun ternyata, Yushi amat bersikukuh hingga membukakan kertas yang membalut sandwich itu agar bisa langsung Jaemin makan.
Pada akhirnya Jaemin tetap makan sandwich dari Yushi. Bibirnya tersenyum tipis saat sadar bahwa rasa sandwich itu benar-benar sesuai dengan seleranya.
"Kau tidak makan?" Tanya Jaemin begitu menyadari jika Yushi hanya berdiam sembari bermain ponsel di kursi depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse [Nomin]
FanfictionNa Jaemin, seorang aktor dengan banyak skandal dibuat terkejut dengan kedatangan sosok Lee Jeno yang tiba-tiba memanggilnya 'ratuku' dan bersikukuh membawanya 'pulang'. Entah 'pulang' kemana yang Jeno maksud karena Jaemin tak merasa mempunyai rumah.