#18

1.5K 195 19
                                    

Jaemin menunggu dengan cemas, rasanya ia ingin segera pergi dan memastikan sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

"Tenanglah, kita tunggu kabar dari Renjun," Ucap Haechan, berusaha menenangkan sang sahabat.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar Jaemin terbuka. Mark datang dengan nafas berat serta penampilan yang berantakan. Nampaknya pria itu langsung bergegas pergi setelah membaca berita.

"Ada apa sebenarnya? Apa maksud berita itu?" tanyanya setelah mengatur nafas.

"Kami juga tidak tahu, Renjun sedang memastikan berita tersebut."

Suara helaan nafas terdengar dari mulut Mark, "Aku akan menyusul nya."

Jaemin mengangguk lemah, ingin ikut pergi bersama Mark namun Haechan lebih dulu menahan dan memintanya untuk tetap tinggal. Pada akhirnya Jaemin kembali menunggu dengan resah di dalam dekapan Haechan.

---

Beberapa jam berlalu namun Renjun dan Mark tak kunjung pulang atau sekedar memberi kabar mengenai bagaimana kejelasan masalah yang sedang terjadi. Suara dering ponsel terdengar begitu nyaring di tengah keheningan kamar. Jaemin dengan hati-hati memindahkan tangan Haechan yang bertengger di pinggangnya, pria tan itu tengah tertidur lelap.

Jaemin bernafas lega setelah melihat nama Renjun di layar ponsel.

"Halo, Renjun ah, kau di mana?"

Kening Jaemin mengernyit karena tak kunjung mendengar suara Renjun, sebaliknya hanya ada suara bising yang terdengar.

"Halo, Renjun ah."

"Oh Halo, maaf apa kau adalah keluarga pemilik ponsel ini?"

Jantung Jaemin tiba-tiba berdebar kencang begitu mendengar suara orang lain yang menghubungi dengan ponsel Renjun. Hatinya resah, takut jika kabar yang akan didengarnya adalah kabar buruk.

"Iya."

"Syukurlah, aku ingin memberi kabar jika pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan dan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit."

Tubuh Jaemin bergetar hebat, ponsel di genggaman nya terjatuh begitu saja mendengar kabar tersebut. Tubuhnya meluruh, hampir jatuh jika Haechan tidak menangkapnya dengan sigap. Ternyata pria tan itu ikut terbangun saat Jaemin bangkit dari kasur.

Haechan membawa tubuh Jaemin duduk di ranjang sebelum meraih ponsel yang tadi dijatuhkan oleh si manis. Panggilan masih terhubung, "Halo, Renjun ah."

Sama seperti Jaemin, Haechan sempat terkejut beberapa saat namun pria itu langsung bisa mengendalikan diri setelah beberapa menit.

"Jaemin ah," panggil Haechan dengan hati-hati, diusap lembut tubuh bergetar sang sahabat.

"Tenang saja, Renjun pasti akan baik-baik saja."

Tangis Jaemin pecah. Pria manis itu meraung sembari memukuli dadanya.

Haechan dengan sigap menenangkan, membawa tubuh Jaemin ke dalam pelukan nya. Kalimat-kalimat penenang dilontarkan, usapan lembut juga diberikan, berusaha membuat si manis untuk tenang.

Setelah Jaemin tenang, Haechan berusaha menghubungi Mark untuk memastikan jika pria itu baik-baik saja. Panggilan diterima setelah dering ke dua.

"Halo, Haechan ah."

"Hyung, syukurlah. Apa kau baik-baik saja? Kau tidak pulang bersama Renjun?"

"Aku baik-baik saja. Aku baru saja selesai meeting dengan pihak J Label. Renjun berada di rumah? Anak itu sedari tadi tak bisa ku hubungi, bahkan dia juga tidak datang ke J label."

Glimpse [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang