Jaemin terbangun dengan tubuh yang terasa ringan. Pemuda pemilik senyum menawan itu sedikit mengernyit saat tidak mengenali tempatnya berada. Terakhir kali ia ingat sedang berjalan di sungai Han sendirian sebelum benar-benar tidak sadar dengan apa yang terjadi.
"Zenith!"
Suara dengan nada riang terdengar memanggil sebuah nama yang baru saja Jaemin dengar namun terasa sangat familiar.
"Zenith!"
Tanpa sadar Jaemin menoleh, entah kenapa merasa terpanggil padahal bukan namanya yang terdengar.
Sosok cantik dengan balutan baju tipis tersenyum cerah terlihat, rambutnya yang digerai menari-nari diterpa angin. Sosok itu melambai, dengan semangat sembari terus memanggil nama yang lagi-lagi terasa begitu familiar dalam ingatan Jaemin.
"Zenith, kemarilah. Kenapa kau sangat lelet?"
Entah kenapa Jaemin merasa sosok itu memang sedang berbicara dengannya. Pemuda itu akan maju, berniat menghampiri namun sosok lain tiba-tiba berlari melewatinya.
Tubuh Jaemin membeku melihat sosok yang baru saja muncul. Sosok itu, meskipun tengah membelakangi nya, tapi Jaemin langsung bisa mengenali. Benar saja, saat sosok itu berbalik, senyum lebar dengan mata bulat bak rusa terlihat. Sosok itu, memiliki wajah yang serupa dengannya.
Tanpa sadar Jaemin berjalan maju. Ingin memastikan sendiri siapa sebenarnya sosok yang sangat mirip dengannya itu. Namun, beru beberapa langkah berjalan, ia baru sadar jika dua sosok yang tengah tertawa itu tak bisa melihatnya.
Si manis kebingungan, sangat kebingungan dengan apa yang tengah ia alami. Di tengah kebingungannya, tubuh Jaemin terasa seperti ditarik kuat hingga pemuda itu terpekik sembari menutup mata.
Pemuda itu meronta, Kepalanya terasa sangat sakit saat tiba-tiba banyak sekali memori yang entah milik siapa menghantam kepalanya. Saling bertumpukan, bak kaset yang rusak.
Jeritan, tangisan pilu, senyum tulus, cemooh, semua berputar dalam ingatan Jaemin hingga si empunya tak bisa menahan tangis. Dalam ingatan itu, ia kembali melihat sosok yang sangat mirip dengannya tengah menangis pilu di tengah lautan darah.
Di sebelah sosok itu, seorang gadis yang tadi juga sempat Jaemin lihat terbaring lemah dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Jika Jaemin tidak salah tebak, gadis itu sepertinya telah tewas.Ingatan itu berganti lagi, saat ini Jaemin bisa melihat sosok yang mirip dengannya tengah direngkuh kuat oleh seseorang. Sosok yang Jaemin ingat bernama Zenith itu terlihat hanya diam tanpa ekspresi sedangkan sosok yang tengah memeluknya terlihat tak berhenti memohon.
"Aku mohon jangan pergi."
Tubuh Jaemin membeku saat mengenali suara husky yang baru saja ia dengar. Pemuda itu akan maju untuk memastikan namun ingatan yang ia lihat kembali berubah. Membawanya ke sebuah danau yang sangat indah. Lagi-lagi Jaemin melihat Zenith namun kali ini pemuda itu terlihat sangat gembira. Senyum indah tak luntur dari bibirnya.
"Zenith, di sini kau rupanya."
Suara husky yang Jaemin sangat kenali itu kembali terdengar. Sontak si aktor menoleh, mendapati si pemilik suara tengah tersenyum begitu lebar sembari membuka lebar-lebar tangannya.
Hati Jaemin membuncah, merasa lega, mengira sosok itu datang untuk membawanya pulang namun nyatanya hal itu hanya angan-angan nya saja karena ternyata sosok Jeno yang baru saja ia lihat malah memeluk Zenith dengan riang.
"Kau terlambat Nael."
"Maafkan aku, sayang."
Jaemin tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ingatan-ingatan itu tak hentinya berputar di kepala Jaemin seperti tengah memberi tahu bahwa ingatan itu adalah miliknya yang telah lama hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse [Nomin]
FanfictionNa Jaemin, seorang aktor dengan banyak skandal dibuat terkejut dengan kedatangan sosok Lee Jeno yang tiba-tiba memanggilnya 'ratuku' dan bersikukuh membawanya 'pulang'. Entah 'pulang' kemana yang Jeno maksud karena Jaemin tak merasa mempunyai rumah.