Jeno membawa Jaemin ke ruang istirahat, mendudukkan si manis di atas sofa. Kemudian tangannya bergerak cekatan mengambil sebotol air mineral, membukanya dengan mudah sebelum memberikannya pada Jaemin.
Saat Jaemin minum, suara bantingan pintu terdengar, Yushi tergopoh-gopoh masuk dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.
"Hyung baik-baik saja?"
Pertanyaan Yushi hanya dijawab anggukan oleh Jaemin.
"Renjun hyung ingin bicara."
Kemudian, ponsel yang masih Yushi bawa, diambil alih oleh Jaemin. Suara panik Renjun langsung terdengar begitu Jaemin menyapa.
"Bagaimana bisa dia membocorkan identitas ku?"
Jaemin terdiam, mendengar semua penjelasan Renjun dengan seksama. Sumpah serampah tak kuasa ditahan saat tahu ternyata sang paman tak hanya menyebarkan identitas nya namun juga menyebarkan rumor buruk mengenai kedua orang tuanya.
Tangan Jaemin terkepal kuat, amarah menguasai tubuhnya hingga rasanya ia ingin membunuh bajingan keparat yang sial nya adalah adik sang ayah.
Tak masalah menjelekkan namanya, tak masalah membuatnya terus menderita. Tapi, tidak ada yang boleh berbicara buruk mengenai kedua orang tuanya. Apa lagi menyangkut pautkan mereka dengan skandal milik nya.
Ditengah amarah dan kekalutan yang melanda, sebuah sentuhan hangat hadir disertai dengan tepukan lembut syarat akan rasa tenang.
Jaemin menunduk, mendapat Jeno yang entah sejak kapan sudah duduk bersimpuh di lantai dengan kedua tangan yang sibuk menyalurkan kehangatan kepada nya.
Di sisi lain, Yushi tak mau kalah, mendudukkan dirinya di sebelah Jaemin kemudian mengusap lembut punggung si yang lebih tua untuk menenangkan.
Entah kenapa perpaduan dua orang yang baru hadir dalam kehidupan Jaemin itu, bisa menyalurkan rasa tenang.
"Semua akan baik-baik saja, hyung." Lirih Yushi.
"Aku akan membantu mu membalas mereka semua."
---
Keesokan harinya, Jaemin duduk dengan tenang di atas panggung kecil. Menghadap ke puluhan wartawan yang hadir untuk meminta kejelasan mengenai berita yang sedang hangat diperbincangkan.
Senyum kecil merekah di bibir si manis sebagai bentuk kesopanan. Dimulai dari membungkuk sembilan puluh derajat kemudian meminta maaf karena telah membuat ramai dunia hiburan Korea beberapa waktu terakhir.
"Saya, Na Jaemin meminta maaf atas keributan yang terjadi belakangan ini."
Lampu flash kamera tak kunjung berhenti menyala. Suara jepretan menjadi musik pengantar konferensi pers pagi itu.
"Mengenai berita yang sedang panas, memang benar saya adalah anak tunggal dari pasangan Dong Sicheng dan Nakamoto Yuta. Ada banyak alasan hingga saya memutuskan untuk menyembunyikan identitas saya dari publik."
Jaemin memberi jeda pada kalimatnya.
"Yang ingin saya tekankan adalah, kedua orang tua saya tidak ada sangkut pautnya dengan semua skandal yang beredar tentang saya."
Suara Jaemin mulai bergetar.
"Kedua orang tua saya adalah orang yang hebat. Keduanya berhasil mendidik saya dengan baik hingga saya bisa menjadi sehebat ini. Oleh sebab itu, saya akan mengusut siapapun yang berbicara buruk mengenai keduanya."
Konferensi pers berakhir dengan Jaemin meminta doa untuk kelancaran persidangan yang akan terjadi. Pria itu kembali membungkuk sembilan puluh derajat sebelum berlalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse [Nomin]
FanfictionNa Jaemin, seorang aktor dengan banyak skandal dibuat terkejut dengan kedatangan sosok Lee Jeno yang tiba-tiba memanggilnya 'ratuku' dan bersikukuh membawanya 'pulang'. Entah 'pulang' kemana yang Jeno maksud karena Jaemin tak merasa mempunyai rumah.