Kami pun sampai di restoran hotel. "Wih nampaknya kalian berseri seri nih, lancar kan malam pertama kalian?" tanya ayahku kepada kami berdua. " Mereka baru tiba udah langsung nanya begituan. Biarkan mereka duduk dulu, jangan langsung di gas kayak gitu! Gimana sih papa ini!" omel mamaku kepada ayahku.
" Ya namanya papa penasaran mama, udahlah jawab pertanyaan papa barusan, Hafiz. Lancarkan malam pertama kalian?" kata papaku kepada kami.
Aulia yang mendengar pernyataan ayahku hanya terdiam. Sedangkan aku lagi memikirkan kata kata yang pas untuk menjawab pertanyaan ayahku.
" Kenapa menanyakan hal yang sensitif kepada kami, yah? Didepan semua orang lagi, ayah orang yang berilmu pastilah ayah tau tentang hal itu. Gak etis menanyakan hal itu kepada kami. Soal lancar atau tidak itu urusan kami. Ayah lihat aja dalam diri kami, pasti ayah paham dengan jawaban yang ingin ayah ketahui dari kami. Udahlah aku dan Aulia udah sangat lapar, mama siapkan kami makanan. Nanti setelah ini aku dan Aulia ingin tinggal terpisah dari kalian. Kami sudah berkeluarga, jadi kami berhak untuk berpisah dengan kalian," kataku kepada orangtua kami.
Sedangkan adik iparku hanya diam saja. Oh ya sampai lupa aku mengenalkan nama adik iparku.
Namanya Abrar. Dia masih berkuliah di Jawa. (Untuk visualnya ini dulu, soalnya kalau di mimpi author kayak gini, cuma namanya berbeda aja. Bukan Abrar pokoknya, hehehe). Lanjut ceritanya ya teman teman
Ayahku memperhatikanku dengan detail. " Ah aku percaya dengan omonganmu. Moga moga cucuku bisa hadir di dalam perut istrimu nanti. Jadi gak sabar akunya, iya kan maa?" kata ayahku kepada mamaku. Aku, Aulia, orangtuanya Aulia, dan adiknya Aulia hanya terdiam.
" Pa kalau untuk urusan cucu itu kita serahkan pada Tuhan. Dia yang Maha Pemberi, mereka sudah berusaha sesuai yang mereka inginkan,jangan membebani anak dan minantu kita pa. Udahlah daripada papa yang ngomongin hal itu lebih baik kita sarapan ya. Hafiz, minantuku gak usah kalian dengarkan ucapan dia (menunjuk ke arah ayahku) mending sarapan aja kaliannya ya. Mau mama siapkan atau kalian bisa ambil sendiri makanan kalian?" kata mamaku kepada kami.
" Ah kami ambil sendiri aja, tante," kata Aulia. " Kok manggil tante sih Aulia? Panggil aja dengan sebutan mama ya nak, atau gak mom gitu. Terserah yang enaknya aja untuk kamu panggil mama dengan sebutan apa untukku gitu," kata mamaku kepada Aulia. " Mama aja deh kalau begitu, hehehe," kata Aulia canggung.
" Kalau aku panggil aja dengan ayah atau papa biar sama sama enak kitanya," kata ayahku kepada Aulia. " Ayah aja lebih bagus deh dibandingkan papa," kata Aulia. " Ini kapan sarapannya, kami lapar tau. Aulia cari meja untuk kita sarapan," kataku kesal langsung meninggalkan Aulia beserta kedua orangtuaku.
" Iya, tunggu aku Hafiz," kata Aulia yang langsung menyusulku. " Semoga pernikahan mereka tetap awet ya. Aku berharap Hafiz bisa meninggalkan lingkungan toxic di sekitarnya. Semoga dengan dia menikah, membawa perubahan dalam perilakunya. Sudah waktunya hidupnya dibekali ilmu agama, apalagi besan kita ilmu agamanya kuat. Aku sangat iri melihat kehidupan besan kita kayak gitu. Tetap teguh dengan ilmu agamanya," kata ayahku kepada mamaku. Mamaku hanya diam dan tidak menanggapi pembicaraan ayahku.
Beberapa jam kemudian. Kami semua pun sudah keluar dari hotel. " Kalian yakin dengan keputusan kalian? Apa perlu nginap semalam di rumah kita? Ayah gak yakin dengan keputusan kalian," kata ayahku. " Kami sudah sepakat untuk tinggal terpisah dari kalian. Aku juga akan memberi nafkah yang cukup untuk Aulia nantinya. Ayah tenang aja ya," kataku kepada ayahku. " Sesekali kalian nginap di rumah ini ya. Kami juga kepingin kalian nginap di rumah. Ingin merasakan gimana tinggal bersama minantu kami ini," kata mamaku kepada kami.
" Akan kami pikirkan itu untuk hal itu, sekarang yang jelas setelah aku mengantar ayah dan mama kami akan langsung nginap di apartemenku untuk sementara ini," kataku kepada orangtuaku. " Apartemen kah? Oh ya sudah nanti ayah suruh orang untuk bersih bersih di apartemenmu ya," kata ayahku kepadaku. " Terserah yang ayah mau aja," kataku. Tiba tiba hp ku berdering.
Kulirik ke arah handphoneku. Tertera nama Putri di handphone. " Angkat aja teleponnya. Mana tau penting kan," kata ayahku kepadaku. " Gawat ngapain Putri menelponku? Lupa aku bilang kalau hari ini aku sudah check out dari hotel, nanti aja aku teleponnya," batinku. " Orang iseng kali ayah," kataku yang langsung mematikan teleponnya.
" Ohh ya sudah kalau begitu," kata ayahku yang langsung memainkan handphonenya. Sementara di tempat lain. " Kenapa sih dia gak ngangkat teleponku, padahal aku sangat kangen dengannya. Aku ingin tau apa yang dia lakukan pada istrinya itu, menyebalkan sekali Hafiz ini," kata orang tersebut. Ya itu adalah Putri. Dia kesal lantaran Hafiz tidak menjawab teleponnya.
" Mungkin dia juga seperti kita, sudahlah lanjutkan rencana kita selanjutnya. Jangan sampai sebelum musuhku tiba di Indonesia rencana kita tidak terlaksana, maka aku akan menghabisimu ya, Putri! Ingat karirmu berada di kekuasaanku ya," kata orang yang berada di dekat Putri.
Sementara di luar apartemen Putri, Arya sedang mendengar percakapan Putri dengan orang tersebut. " Dengan siapa Putri berbicara? Apakah Putri selingkuh dari Hafiz? Rencana apa yang sedang Putri rencanakan dengan orang tersebut? Emang gak beres dengan lingkungan Hafiz ini," kata Arya lirih. Arya pun langsung cepat cepat pergi dari apartemen Putri sebelum ada yang mencurigainya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Lanjut di part selanjutnya yaa. Bakalan seru deh, ini ceritanya sebenarnya dari mimpi author aja pas author tidur dan kadang kadang muncul cuma sekarang gak muncul muncul hehehe. See yaa sampai jumpa semuanya yaa. Byeee 👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Too Perfect For This Delinquent Me Chap 1
RomanceIni mengisahkan pertemuanku dengan wanita yang menjadi istriku sekarang ini. Nama Aulia. Dia dulunya adalah wanita yang ku bully waktu aku SD dulu. Dulu penampilannya sangatlah culun. Aku beserta teman temanku sering membully dia di sekolah dulu. Ta...