Arya pun pergi ke bandara. Setelah sampai di bandara dia pun menghubungi teman temannya di grup. Ini isi chatnya ya
Arya: " Oiii"
Raka: " Apa? Ke mana aja kau tadi? Kau dicariin sama Hafiz"
Arya: " Aku ada urusan tadi, kau tau pekerjaan kantoran itu sangat menyibukkan. Kau dan Hafiz enaklah, bisa menyuruh orang untuk mengerjakan pekerjaan kalian. Lah aku, aku juga masih disuruh bos untuk ngerjakan pekerjaannya"
Rio: " Jadi kau di grup hanya ceritain bebanmu aja. Mending jadi aku, gak ada yang menyuruh nyuruh aku. Bebas kapan pun yang aku mau"
Raka: " Yee mana enak jadi kau, Rio. Yang ada kau di nyinyirin sama tetangga, apa pekerjaanmu? Kok kelunyuran kemana mana dirimu? Saya kok gak pernah melihat kamu memakai pakaian kerjamu? Apa sih pekerjaanmu sesungguhnya? Mau kau ditanyain itu terus, lah mending kami, masih mending kami ada pekerjaan daripada kau. Hahahaha"
Wahyu: " Haha betul itu. Udahlah to the point aja, Arya. Kau mau bicara apa di grup ini? Dah jelas ada orang orang sibuk, gak sempat baca grup ini doo"
Arya: " Aku dalam 4 hari gak bisa ngumpul di basecamp doo. Soalnya bosku nyuruh aku ke luar negri. Urgent soalnya gitu. Jadi cuma itu yang ingin kusampaikan pada kalian"
Rio: " Ya padahal aku mau bilang ke kau Arya bahwa kita akan mengadakan balapan hari ini juga. Emang kau kapan perginya tuh, Arya?"
Arya: " Hari ini juga aku berangkatnya. Sorry yaa. Aku gak bisa ikutinnya. Mana nih Hafiz nya? Kok gak nongol nongol aja daritadi. Dia ikutan balapannya?"
Raka: " Iya dia ikut balapan malam nanti. Sayang banget kau gak ikut, nanti hadiahmu diambil oleh si Rio. Maklum yang pengangguran itu, butuh pengeluaran lebih untuk membungkam mulut mulut tetangganya apalagi mulut mulut orangtuanya"
Rio: " Anjir kau Raka! Awas aja jatahmu aku ambil yaa! Lihat aja nanti ya Rakk!"
Raka: " Ambillah, penghasilanku masih banyak ya dari balapan ini. Jadi takkan miskin akunya ya"
Wahyu: " Mulai nih sombongnya. Mentang mentang jadi CEO ya, hargai kaum bawahanmu ini, tuan Raka. Kasihanilah kami ini"
Raka: " Anjir ngemis ngemis kalian di grup ini. Mending minta aja kepada Hafiz daripada sama aku. Aku juga harus nabung untuk biaya pernikahanku dengan calon istriku kelak"
Arya: " Siapa nih calonnya? Masih sama orang yang itu?"
Wahyu: " Orang yang itu mana, Arya? Wah ada bau rahasia rahasia nih diantara kita ya Rak, padahal kau itu orangnya sangat terbuka loh"
Raka: " Jangan mancing mancing kau ya Arya. Adalah pokoknya, takkan kuberitahu kalian. Udahlah kalau mau chat, chat aja tapi takkan kubaca ya."
Rio: " Wah pak CEO mulai ngambek nih. Bubar bubar"
Wahyu: " Bubar jalan"
Arya: " Anjirlah"
Arya pun langsung menuju pesawat. " Ada ada aja orang di grup itu. Ndak jelas arah pembicaraannya," gerutu Arya. Beberapa menit kemudian. Arya pun sampai di Korea dan langsung menelpon seseorang.
Orang tersebut lantas mengangkat telepon dari Arya. " Ada apa lagi kau telepon aku? Udah sampai kau di Korea?" kata orang tersebut. " Sudah, langsung aja kita ketemuan dimana. Biar langsung ke inti pembicaraan kita yang tadi kau bilang itu," kata Arya.
" Besok aja kau ketemu sama aku. Aku lagi ada urusan yang mesti aku urus. Nanti kukirim dimana kita bertemunya," kata orang tersebut. " Aku tak bisa berlama lama, soalnya pekerjaanku sangatlah banyak, hanya karena aku menghormatimu makanya aku jauh jauh datang kesini," kata Arya.
" Nikmati aja dulu pemandangan Korea, sebelum kau pulang ke Indonesia. Kapan lagi kau coba menikmatinya, tuan Arya," kata orang tersebut. " Oke besok kau kirim lokasinya dimana ya, aku akan kesana besok," kata Arya. " Iya," kata orang tersebut.
Sementara di Indonesia tepatnya di depan apartemenku. Aku pun telah sampai di apartemen dan langsung membukanya. " Eh den Hafiz udah pulang, tumben cepat pulang den Hafiz. Untung nona tadi menyuruh bibi menyiapkan makanan untuk den Hafiz. Pasti den Hafiz lapar kan, ini tinggal sedikit lagi masakan untuk den Hafiz siap," kata asisten rumah tanggaku.
" Nanti makanannya tarok di meja sana ya bi, Aulia kau disini ngapain aja daritadi? Ada kan kau mengikuti perintahku?" kataku kepada Aulia. " Ada, uhmm Hafiz ada yang ingin kubicarakan denganmu. Kau ada waktu kan Hafiz?" kata Aulia sambil takut takut kepadaku.
" Apa?" kataku. Tiba tiba adzan magrib berkumandang di area apartemenku. " Udah magrib, nanti pas makan malam akan kuberitahu padamu, Hafiz. Bi makanan saya juga ditarok di meja sana ya," kata Aulia.
" Oh ya Aulia jam 9 nanti aku keluar, soalnya aku mau nongkrong sama teman temanku. Kalau ayahku atau ibuku tiba bilang aja aku udah istirahat dulu. Jangan bilang kalau aku keluar lagi. Ingat itu ya," kataku.
" Okee," kata Aulia. Beberapa menit kemudian. Kami pun akhirnya makan. " Apa yang ingin kau bicarakan? Mumpung aku ada disini," kataku. " Minggu depan bolehkah aku ke Jakarta? Soalnya aku disuruh bosku untuk pergi ke Jakarta," kata Aulia.
" Emang mau apa kau ke Jakarta? Lagian aku hanya sekedar nanya, bukan mencari tau gitu. Apapun yang kau lakukan aku takkan kepo dengan apa yang kau lakukan. Aku pernah bilang itu kepadamu kan, jadi kalau kau pergi ya pergi aja kalau benar benar urgent kali," kataku.
" Jadi kau membolehkanku, Hafiz? Aku kesana hanya sekedar kerja doang. Ya pekerjaanku ini emang urgent kali, jadi mau gak mau aku tetap harus ke Jakarta," kata Aulia. " Emang kau kerja apa? Selama ini aku tak tau pekerjaanmu gitu? Ya sekedar penasaran gitu, biar gak akward banget obrolan kita," kataku.
" Mampus kalau aku bilang yang sebenar benarnya kepadanya apakah dia marah kepadaku atau tidak? Apa yang mesti aku jawab ini," batin Aulia. " Rahasia. Bos aku melarangku memberitahu pekerjaanku kepada orang lain. Termasuk dirimu, Hafiz," kata Aulia.
" Oh begitu. Ya udah kalau itu yang kau katakan. Aku percaya," kataku. " Okee, tapi pekerjaanmu apa Hafiz?" kata Aulia. " Ayah gak memberitahumu tentang pekerjaanku pas kita dijodohkan gitu, Au? Pastinya ayah memberikan identitasmu dihadapanmu dan juga orangtuamu kan, jadi aku gak perlu mengulanginya," kataku.
" Ayahmu hanya bilang kau bekerja kantoran. Orang sepertimu gak mungkin hanya orang kantoran, paling gak aku harus tau tentang jabatanmu itu biar sewaktu waktu pas orang orang menanyakan pekerjaan suamiku aku bisa menjawabnya," kata Aulia.
" Aku bekerja sebagai direktur di perusahaan yang aku dirikan. Nama perusahaanku itu XXXX (author bingung ingin menyebutkan nama perusahaannya jadi XXXX aja author sebutkan ya) yang terkenal sekarang. Kau pasti tau perusahaan itu kan?" kataku kepada Aulia.
" Oh jadi yang punya XXXX itu punya kamu, Hafiz. Orang sepertimu bisa juga mendirikan perusahaannya apalagi terkenal dimana mana. Harusnya kau bisa mengurus rumah milik mamaku di tanah yayasan tempat ayahmu bekerja," kata Aulia.
" Kalau soal rumah mamamu itu, itu bukan wewenangku. Mintalah perawatan yang lebih kepada ayahku jika itu yang kau mau. Udahlah aku mau pergi, kunci apartemennya ketika aku gak ada. Aku akan membawa kunci cadangannya. Jangan bergadang, istirahat yang cukup," kataku kepada Aulia.
Bagaimana kisah selanjutnya. Lanjut di part selanjutnya yaa. Bakalan seru deh, ini ceritanya sebenarnya dari mimpi author aja pas author tidur dan kadang kadang muncul cuma sekarang gak muncul muncul hehehe. See yaa sampai jumpa semuanya yaa. Byeee 👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Too Perfect For This Delinquent Me Chap 1
RomanceIni mengisahkan pertemuanku dengan wanita yang menjadi istriku sekarang ini. Nama Aulia. Dia dulunya adalah wanita yang ku bully waktu aku SD dulu. Dulu penampilannya sangatlah culun. Aku beserta teman temanku sering membully dia di sekolah dulu. Ta...