Beberapa jam kemudian. Aulia dipindahkan ke ruang inap. " Nah untuk pemulihan habis melahirkan, mama ingin Aulia dipulihkan di rumah sakit. Dan Hafiz temanin Aulia, gak ada yang bantah. Nanti Abrar yang akan menemani kalian didalam," kata mamanya Aulia. " Terus mama sama papa bagaimana?" kata Abrar. " Ya mama dan papa nginap di apartemen sama orangtuanya Hafiz. Iya kan besan," kata mamanya Aulia.
" Kami udah pesan hotel didekat rumah sakit. Takutnya besan keberatan kalau kami nginap di apartemen, makanya kami langsung cari hotel," kata ayahku. " Oh baiklah, tapi sebelum itu Abrar antarkan mama dan papa ke apartemen terus belikan kami makanan. Bisa kan, setelah antarkan kami baliklah lagi ke rumah sakit," kata mamanya Aulia. " Kami pamit dulu ya pak," kata papanya Aulia.
" Kami juga. Ayo ma, papa capek kalau lama lama di rumah sakit. Ayo balik ke hotel," kata ayahku. Setelah orangtua kami keluar Aulia pun langsung memainkan handphone. Aku pun memberanikan diri untuk memulai obrolan ini. " Kenapa kau melakukan ini kepadaku, Aulia? Sebegitu baiknya kau ingin melindungi perusahaanku padahal kau tau aku memperlakukanmu dengan begitu jahatnya, kenapa kau tidak melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan, Aulia? Kenapa!" kataku.
" Sebenarnya kita ini hanyalah korban dari kejahatannya Seojun. Dan kekasihmu Putri juga mungkin korbannya Seojun. Karena aku berhutang budi sama ayahmu, makanya aku ingin melakukan hal yang terbaik didepan ayahmu. Bukan untukmu, gak usah geer ya!" kata Aulia. " Maksudnya? Aku, kau, Putri, itu korban dari Seojun? Aku tak mengerti, Aulia," kataku. " Tanyakan kepada G-Dragon dan Arya. Aku tau sebenarnya aku korbannya, aku tak ingin menambah korban dari kejahatan Seojun, tapi ya gitu, semuanya terbongkar pas pengakuannya Arya, jadi aku tak perlu menjelaskannya lagi kepadamu. Berterimakasihlah kau kepada Arya karena dengan relanya Arya melepaskan kerja sampingnya demi misi yang iya jalankan itu," kata Aulia.
" Oke terus bagaimana hubungan kita selanjutnya? Apakah tetap kita pertahankan, Aulia?" kataku. " Tunggu aku benar benar pulih, atau sampai masa nifasku berakhir. Baru aku kasih tau jawabannya. Tapi untuk sementara, setelah aku diperbolehkan keluar dari rumah sakit aku ingin disini, apa kau gak keberatan? Kalau kau ingin pulang ke Indonesia, pulanglah. Aku tak akan menyulitkanmu untuk bertemu dengan bayi itu. Ketemulah kapan pun yang kau mau, tapi kalau kau ingin bertemu denganku tolong menjauhlah. Karena aku takkan mengasih izin jika kau bertemu denganku," kata Aulia.
" Baiklah kalau itu yang kau inginkan, Aulia. Maafkan semua perbuatanku, Aulia. Aku benar benar salah kepadamu, Aulia," kataku. " Ya," kata Aulia. Dan selama adik Aulia belum tiba, aku benar suntuk dengan keterdiaman kami. Aku pun mengelus pipi bayiku. " Selama kau mengandung pasti benar benar berat buatmu, Aulia. Maafkan aku telah membuat bayi ini hadir tanpa keinginan dari kitanya," kataku.
" Yang berlalu sudahlah berlalu. Mungkin ini rezeki yang Tuhan berikan untuk kita. Gak usah merasa bersalah kau nya, Hafiz. Kau pasti bosan, sana keluarlah. Nanti aku bisa panggilin perawat kalau kau keluar nanti," kata Aulia. " Gak, mending aku berbaring. Aku benar benar lelah, apalagi akibat cakaran yang kau buat," kataku. " Sana obatin hasil cakaranmu itu. Atau aku panggilkan suster, aku panggilkan ya," kata Aulia.
" Buat apa, ntar sembuh cakarannya. Gak berdarah juga. Paling membekas," kataku. " Aku tak percaya! Jangan ngeyel ya, Hafiz! Aku panggilkan dulu perawatnya!" kata Aulia. Dan setelah itu perawat datang. Aulia pun meminta perawat itu mengecheck keadaanku. " Ini luka, nona. Apa perlu saya obatin luka suami anda?" kata perawat itu cemas. " Baiklah, tapi saya bantu suster juga. Takutnya suster repot ngurusin bayi besar ini," kata Aulia.
Lalu perawat itu mengobati lukaku. " Awh sakit!" teriakku. " Maaf pak, tahan sedikit ya pak," kata perawat. " Gitu aja lemah, aku aja melahirkan anakmu aja gak kesakitan kayakmu, Hafiz. dasar lemah!" ejek Aulia. " Jangan mulai, Aulia!" kataku kesal. " Biar saya bagian itu, sus," kata Aulia.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Too Perfect For This Delinquent Me Chap 1
RomanceIni mengisahkan pertemuanku dengan wanita yang menjadi istriku sekarang ini. Nama Aulia. Dia dulunya adalah wanita yang ku bully waktu aku SD dulu. Dulu penampilannya sangatlah culun. Aku beserta teman temanku sering membully dia di sekolah dulu. Ta...