Chap.5 {Message}

55 4 0
                                    

𝔐𝔢𝔰𝔰𝔢𝔤𝔢
-

Naya kini sedang menatap tab nya, ya memang tugas seni hari menggunakan tab dan besok harus dikumpulkan, maka Naya akan pergi kemanapun dengan Tabnya.

Di lorong semua pelayan menunduk saat Naya melewat, namun pandangan Naya masih fokus pada Tab nya membuat ia tak fokus dan menabrak seorang lelaki yang tak pernah sama sekali berinteraksi dengan Naya.

"Bisa liat liat gak sih kalo jalan?!" Tanya nya dengan nada yang cukup tinggi.

Naya menunduk hormat. "Maaf, tadi gue lagi kurang fokus" Jawabnya membuat Billy berdecak.

"Nyusahin banget sih jadi orang!" Gerutunya.

Billy memang adalah kakak sambung Naya yang sepertinya tak menginginkan kehadiran Naya dan ibunya di keluarga ini. Dia tak pernah sedikitpun menunjukan senyumnya didepan Naya.

"Dia emang kayak gitu" Ujar seseorang sembari menyodorkan tab Naya yang belum Naya ambil di lantai.

"A-ah.. Makasih kak" Ucap Naya dan tersenyum pada Jake.

"Gak tau tuh sejak kapan dia kayak gitu. Emang agak miring otaknya"

Naya terkekeh lalu berpamit ke kamarnya untuk menyelesaikan tugasnya. Ya tugas akhir akhir ini cukup menumpuk dan membuat Naya sedikit lelah namun ia masih tak bisa tidur dengan tepat waktu.

♛┈⛧┈•༶✧༺𝔗𝔥𝔢 ℜ𝔬𝔶𝔞𝔩𝔱𝔶༻✧༶•┈⛧┈♛

Setiap hari ini semenjak seluruh warga sekolah tau bahwa Naya putri bungsu Lexington, mereka menjadi siswa siswi yang terus menatap Naya kagum, bahkan ada beberapa yang menunduk karena takut pada keluarga kerajaan. Meski begitu, tak sedikit dari mereka yang membicarakan keburukan Naya.

Kini Naya sedang bersama Maya di kantin dengan makan siang mereka. ini memang jam makan siang, jadi mereka menghabiskan waktu di kantin untuk mengisi perut mereka. Meski begitu, Maya hanya melihat Naya yang sama sekali tidak memakan nasi nya dan fokus pada buku bukunya. Dan itu membuat Maya khawatir karena Naya bercerita bahwa dirinya belum sarapan juga.

"Nay.. Makan dulu dong, lagian itu deadline nya masih lama juga" Jelas Maya khawatir.

Naya yang tersadar segera tersenyum dan mengangguk lalu menyimpan bukunya. "Ah! Iya, gue lupa. Maaf ya" Ucapnya.

Bahkan makan saja Naya terlihat menawan hingga Maya tak bisa mengalihkan tatapannya pada Naya. Rambutnya yang diikat itu begitu indah memperlihatkan leher mulus Naya dan membuat rambutnya yang bergelombang begitu indah.

Tiba tiba seseorang mengambil ikat rambut Naya begitu saja membuat Naya segera menatap sang empu yang menatap datar Naya di belakangnya.

"Lo apa apaan sih?!" Kesal Naya membuat semua orang menatap ke arah mereka dengan penasaran.

Billy hanya memasukkan ikat rambut Naya ke dalam sayur makanannya membuat Naya marah tentu saja namun Billy hanya tersenyum sinis menatap manik Naya dengan penuh benci.

"Setelah lo masuk ke rumah gue. Jangan harap lo tenang aja, Nay.. Yang gue mau itu sosok ibu bukan adik ngeselin kayak lo" Bisiknya tepat di samping kuping Naya.

Naya mendengar itu hanya menatap Billy marah. "Maksud lo apa sih?! Ganggu" Kesal Naya.

"Lo yang ganggu! Gak sopan banget lo sama yang tertua" Bentak Billy.

"Lo yang gak sopan ganggu orang makan" Balas Naya mmembuat Billyhanya mendelik dan pergi dari sana.

♛┈⛧┈•༶✧༺𝔗𝔥𝔢 ℜ𝔬𝔶𝔞𝔩𝔱𝔶༻✧༶•┈⛧┈♛

Naya menghembuskan nafasnya di sebuah sofa di dalam ruangan lukis kerajaan. Melihat beberapa karya disana membuatnya begitu tenang setelah selama ini Billy terlihat tak menyukainya.

"Ck! Bahkan bunda nikah aja gue gak setuju" Lirih Naya.

Seseorang tiba tiba menelponnya dan ternyata itu adalah ibunya. "Kenapa bunda?" Tanyanya.

Annette menyuruhnya untuk pergi ke ruang dansa. Entah apa yang ingin Annette bicara kan disana.

Ruang dansa memang memperlihatkan sesosok Annette saja yang duduk di lantai menatap pemandangan di jendela besar, dia langsung tersenyum dan menitah Naya duduk di sampingnya.

"Menurut kamu.. Apa pilihan bunda tepat?" Tanya Annette tiba tiba.

Naya terdiam. Cepat atau lambat Annette pasti akan menanyakan keadaannya setelah tinggal dengan keluarga barunya.

"Naya belum bisa menilai. Dari awal Naya kan memang belum setuju bunda menikah lagi, apalagi sama keluarga kerajaan. Naya bukannya mau membiarkan bunda sendirian, tapi Naya masih belum tau bagaimana keluarga ini" Jelas Naya membuat Annette tertegun. "Naya tau alasannya. Karena bunda takut ketika bunda pergi Naya sendirian, 'kan? Tapi nyatanya Naya gak sendirian bunda, ada eyang 'kan bunda, Naya gak sendirian meski bunda pun gak menikah lagi"

Annette tersenyum dan mengusap surai Naya lembut. "Bunda cuma gak mau Naya terbebani sama aturan di rumah. Aturan eyang itu ketat, didikannya keras. Bunda takut dan gak mau Naya lelah dan sedih. Bunda juga pengen liat kamu punya temen, punya saudara karena bagaimanapun bunda gak bisa kasih keturunan lagi.. Tolong jadi putri yang baik disini, kita gak selalu dipandang hormat oleh orang orang kastil, maka dari itu Naya tetap jaga image Naya sebagai putri tunggal. Jangan mengecewakan siapapun, ya?" Jelas Annette yang membuat Naya terdiam.

"Usia bunda gak lama lagi, Nay.. Perlahan penyakit bunda bunuh bunda lama lama, diobatin pun gak bisa lagi. Naya tolong baik baik ya disini, jangan mau direndahkan. Komunikasi dengan orang orang dijaga"

Sebenarnya, ini yang Naya tak mau. Naya tak mau jika hidup dikeluarga asing tanpa ibunya, Naya tak mau jika dirinya lebih menyusahkan jika tidak ada sang ibunda.

"Bunda berhenti bekerja aja ya? Biar Sinta aja yang kerjain pekerjaan bunda, ya? Bunda jangan capek capek.. Bunda sama Naya aja ya?" Pinta Naya dengan sungguh sungguh.

"Bunda masih cari orang yang pantes buat ngelanjutin usaha bunda sebelum kamu lulus kuliah" Jelas Annette membuat Naya bingung.

"Bunda bisa minta tante Vior, 'kan?" Tanya Naya yang sungguh sungguh tak ingin bunda nya kelelahan.

Annette tersenyum. "Nanti bunda coba bicara, ya? Bunda juga bicara sama Ayah Danny. Bunda juga gak mau jauh jauh dari putri bunda saat hari hari terakhir bunda" Jelasnya membuat Naya tersenyum.

"Makasih bunda" Ucapnya.

Naya benar benar tak bisa berbuat apa apa. Bunda nya sudah menyerah dari penyakit tumornya yang sudah parah. Jujur, Naya takut sekali kehilangan untuk yang kedua kalinya, usia Naya masih belum cukup bisa menerima sebuah kehilangan, pemikiran dan perasaan berbeda. Bisa saja Naya memiliki pemikiran yang dewasa, tapi perasaannya masih ingin ditemani oleh orang tuanya yang nyatanya akan pergi meninggalkan dia begitu saja.

Naya yang merupakan putri tunggal, mau memiliki saudara sambung pun pasti tetap saja di dalam hati kecilnya ia merasa hidup sebatang kara, tanpa orang tua dan saudara kandung. Naya hanya bisa berharap keluarga Lexington benar benar menganggap dirinya sebagai keluarga dikastil ini.

𝚃𝚘 𝚋𝚎 𝚌𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍-

_


Semangat Naya.. Semangat yang lain jugaa✨🤍

𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐨𝐲𝐚𝐥𝐭𝐲 (𝕶𝖎𝖓𝖌𝖉𝖔𝖒 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞) ||ᴇɴʜʏᴘᴇɴ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang