Chap.28{Airport}

30 2 0
                                    

𝔄𝔦𝔯𝔭𝔬𝔯𝔱
-

"Maksu-"

"Maksud Naya, dia sayang banget sama Jake, terus kan.. kemarin kak Ethan nikah mungkin Naya masih belum sanggup liat saudaranya nikah lagi.. hehe"

Naya dan Jay mengerutkan alisnya bersamaan. "Kak Jyan dari kapan disini nya?" Tanya Naya lugu dengan isak tangis yang tersisa.

Benjamin menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu terkekeh canggung.

"Aneh banget" Sinis Jay lalu kembali menatap Naya.

"Maksudnya sayang sama Jake itu dalam konteks apa?" Tanya Jay dengan lembut.

Naya terdiam, apakah ia harus mengatakan semuanya sekarang? Tapi jika tidak dikatakan tidak akan pernah ada yang tau esok ia akan meninggal atau tidak, tapi ia malu.

"Emm.. kayak yang kak Jyan bilang tadi"

♛┈⛧┈•༶✧༺𝔗𝔥𝔢 ℜ𝔬𝔶𝔞𝔩𝔱𝔶༻✧༶•┈⛧┈♛

Jake benar-benar sudah pergi ke Aussie, sementara Naya masih terdiam di negara ini dengan perasaan yang masih ia tutupi. Biarkan semuanya tau dengan sendirinya.

Saat seluruh keluarga Lexington dan para penjaganya mulai berbalik. Suara ricuh terdengar sangat jelas, sepertinya di loby.

"Tolong cek di sebelah sana ya, ada keributan apa" Titah Jay pada pesuruhnya yang langsung di turuti.

"Siap tuan."

Benjamin yang berjaga jaga jika suatu ancaman datang segera menarik dan merangkul Naya agar lebih aman.

Tak lama, terlihat banyak petugas dan pengunjung yang berlarian panik membuat keluarga Lexington itu penasaran.

"Ada apa sih?!" Jengah Ricky.

Tiba-tiba, para manusia berbaju dan bermasker hitam menyerang mereka. Untung saja Evelyn dan Enzi tidak ikut ke airport namun Naya ikut kesini.

"Bawa Naya pergi sekarang juga!" Tegas Jay.

Dengan cepat William menarik Naya pergi dari sana entah akan pergi kemana yang pasti mereka akan menjauh dari keributan.

"Kejar mereka! sisanya urus disini!" Teriak seseorang lelaki dengan wajah tegas dan menakutkan.

"Shit!"

William terus membawa Naya berlari dengan panik sampai lupa bahwa jantung Naya lemah dan tidak bisa dibawa lari dengan lama dan kencang.

"Ka.." Naya terjatuh dengan jantung yang berdetak kencang.

William lupa. "Owh, sorry Nay, Naik ke punggung gue, bisa kan?" Tanya William dengan lembut.

Naya mengangguk lemah lalu naik ke atas punggung William dengan perlahan.

Tak lama suara langkah kaki terdengar. "STOP DISANA!"

William belari dengan kaki panjangnya yang gesit sampai Naya terombang-ambing karena William yang berlari begitu brutal.

Dilain tempat, Jay dan yang lainnya melawan menghalangi yang lain untuk mengejar Naya.

Dengan cepat William membawa Naya naik keatas pesawat dengan pintu yang terbuka. William mengambil kursi paling ujung dan langsung menangani Naya yang sudah setengah mati menahan sakit pada dadanya.

"Wait Nay, tenang ya? Ada gue disini, ya?"

Naya menangis entah mengapa ini rasanya lebih sakit dan semakin sakit, ia juga takut dan panik. "K-kak.. s-sakitt..."

Hidung Naya tiba-tiba mengeluarkan darah karena kepalanya terguncang saat lari tadi. William sungguh panik, ia tak bisa terus membiarkan Naya kesakitan.

Dilain tempat Jay dan Billy masih berusaha melawan dengan penjaga penjaga yang lain. Orang-orang asing itu sangat brutal sekali.

"Apa yang kalian mau?!"

"Saya ingin Nona Sanaya!"

"Najis!"

Billy menendang mereka dengan brutal. Untuk apa menginginkan Naya? Karena Naya selamanya akan menjadi miliknya (?)

"Wait, where's Benjamin?!" Tanya Jay.

Mereka melirik ke sebelah kiri ternyata Benjamin berlari meninggalkan mereka entah ingin kemana.

Entah, rasanya Naya akan mati hari ini, ia sungguh tak bisa menahan sakitnya ini. Sungguh, ini sangat amat sakit.

Tangan Naya bergetar digenggam erat oleh William yang masih mengatur nafasnya. "Sayang.. bertahan sebentar boleh kan?"

"Oh.. jadi disini ternyata"

Naya dan William menoleh ke arah para manusia yang mengejar mereka tadi. William berdiri sebagai tameng bagi Naya.

"Mau apa lo?!" Tanya William tajam.

Salah satu dari dua orang itu melirik Naya dengan senyuman mematikannya.

"Anj-"

bruk

Dua orang itu ambruk dengan kepala mereka yang bocor karena peluru di pistolnya Benjamin.

William menghela nafas lega hingga ambruk di lantai begitu saja. "A-ah.. gue udah lupa caranya bernafas.."

Benjamin berlari menghampiri Naya yang sudah menutup matanya. "Nay.. hey, wake up.. Nay.."

Mendengar nada Benjamin yang panik, William kembali berdiri dan menghampiri Benjamin yang tengah menangani dan mencoba membangunkan Naya.

"Naya kenapa?!" Tanya nya panik.

"Nay! bangun nay!"

"Naya pingsan" Jawab Benjamin lesu.

"What should we do?!" Tanya William yang sudah tidak tau harus bagaimana lagi. Berlari dengan Naya saja sudah hampir mengeluarkan arwahnya.

"Telpon orang dirumah, bilang disini keadaan darurat, bilang juga Naya pingsan" Jelas Benjamin dengan cepat.

"Okey"

𝚃𝚘 𝚋𝚎 𝚌𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍-

_

HAIIII KANGEN TIDAK?!

ADUH MAAF GAYSS, aku banyak kegiatan banget akhir akhir ini, nanti insyaallah aku bikin draft yang banyak banyak, huhuhu

terimakasiii selamat membaca🌷🌷

𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐨𝐲𝐚𝐥𝐭𝐲 (𝕶𝖎𝖓𝖌𝖉𝖔𝖒 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞) ||ᴇɴʜʏᴘᴇɴ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang