ℭ𝔬𝔫𝔣𝔲𝔰𝔢𝔡
-Semua orang pasti pernah merasa kehilangan, yang amat ringan ataupun berat. Ada kehilangan yang menjadi kebahagiaan dan ada pula kehilangan yang menjadi sebuah kesedihan bahkan sebuah tekanan untuk seseorang.
Seperti Naya, yang kehilangan kedua orang tuanya secara tragis. Ayahnya yang kecelakaan saat itu, dan ibunya yang dibunuh beberapa waktu yang lalu. Naya memang sangat sedih, dan itu bukan Naya saja yang merasakan, tetapi ketujuh kakak sambungnya dan ayahnya juga.
Kehilangan dua sosok ibu adalah hal paling menyakitkan, apalagi, mereka juga kehilangan sesosok adik perempuan mereka. Dan sekarang perempuan terakhirnya adalah Naya. Sulit menerima semuanya, ingin menangis dan menjerit tapi sadar bahwa sakit yang mereka alami tak sebanding dengan sakit yang Naya alami.
Kejadian saat itu membuat Naya menjadi lebih banyak diam dibandingkan seperti biasanya. Dia yang semula ramah kini setiap berjalan pandangannya kosong seolah olah ada sesuatu yang mengalihkan seluruh perhatiannya didalam dirinya sendiri.
Naya juga setiap sekolah selalu berdiam menatap taman belakang rumah, kadang pandangannya terfokus pada air mancur seperti saat ini.
"Cih!"
Alis Naya berkerut, matanya berkedut seolah olah merasa kesal dengan kejadian saat itu. Hampir saja ia menangis lagi disana jika saja Jake tak memanggilnya.
"Nay, ada eyang di dalam rumah, samperin dulu sana" Titah Jake.
Naya mengangguk dan pergi ke dalam bersama Jake. Eyang adalah kakek dari mendiang ayahnya, kedua orang tua mendiang ibunya memang sudah meninggal di Belanda, dan kakek nenek Naya tinggal Eyang saja.
Terlihat Argus -Eyang Naya, sedang berbincang dengan Danny hingga mereka pun melihat Naya yang berdiri tak jauh sambil menunduk hormat kepada mereka berdua.
"Saya mau kamu tinggal di kediaman Mahardika" Ujar Argus tiba tiba membuat Naya terdiam sejenak.
"Maaf, eyang, tapi Naya tidak bisa. Naya juga masih memiliki ayah dan saudara, Naya tinggal di sini saja" Jelas Naya tak Terima membuat Argus emosi.
"Tidak, kamu masih cucu kandung saya. Maka, jadi cucu Mahardika yang baik. Jangan menjadi orang yang tidak tahu diri"
Danny yang mendengar itu melerai percakapan mereka. "Maaf, tapi menurut saya kita turuti apa yang Naya mau terlebih dahulu, Naya juga masih kehilangan ibunya, jadi-"
"Tidak! Kamu itu sudah memiliki banyak keturunan Danny, jangan mengambil keturunan Mahardika yang memang dari awal hanya memiliki keturunan lebih sedikit dibanding yang lainnya"
"Maaf Naya menyela, tapi Naya juga paham eyang, mana mungkin Naya meninggalkan Mahardika, Naya sudah dewasa, Naya akan menjadi Mahardika, tapi Naya hanya ingin tinggal disini" Jelas Naya dengan susah payah.
Argus hanya mengerang. "Sampai minggu depan kamu gak mau tinggal di kediaman Mahardika, biar eyang cari cucu lain aja" Jelasnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Naya yang masih membungkuk hormat setelah kepergiannya.
Danny menghela nafas dan menghampiri Naya setelahnya mengajaknya duduk bersama.
Jake yang melihat kejadian tadi hanya diam tak ingin menyusul Naya ke dalam ruang tamu itu. Ia masih terkejut saat ternyata kakek Naya sebegitu tegasnya.
"Naya.. Ayah mau nanya, boleh?" Tanya Danny begitu lembut.
"Ayah udah nanya" Jawab Naya begitu saja membuat Danny terdiam sejenak.
Danny menghela nafas. "Naya benar benar mau tinggal disini?-"
Naya menatap Danny. "Kenapa ayah nanya kayak gitu? Bukannya Naya juga punya hak buat tinggal disini 'kan yah? Naya masih keluarga ayah kan setelah bunda meninggal? Naya juga masih mau ngerasain punya saudara, Naya masih mau ngerasain punya orang tua, apa Naya gak boleh ngerasain itu banyak banyak?" Tanyanya membuat Danny tertegun.
Danny menggeleng lembut. "Gak gitu, sayang.. Maksud ayah.. Jika kamu memang mau tinggal disini, biar ayah bicara sama eyang, tapi setelah Naya diizinkan, Naya jangan lupa main ke sana, ya?"
"Naya boleh merasakan mempunyai saudara, Naya boleh merasakan mempunyai keluarga, asalkan jangan melupakan keluarga utama Naya. Ayah mengerti bahwa Naya pasti tau dimana rumah Naya sebenarnya. Dan juga, Kesultanan Mahardika kan memang harus terus berjalan, jangan sampai eyang benar benar mencari keturunan barunya. Naya pantas menjadi pewaris tunggal dan keturunan Mahardika"
♛┈⛧┈•༶✧༺𝔗𝔥𝔢 ℜ𝔬𝔶𝔞𝔩𝔱𝔶༻✧༶•┈⛧┈♛
Negara kini mengalami krisis ekonomi yang menurun. Korupsi terjadi di mana mana dan oleh siapa saja, bahkan sekarang banyak pejabat pejabat yang melakukan hal keji seperti itu.
Tugas Daniel, sang presiden yang sekaligus adik kandung dari Danny kini adalah memimpin rapat untuk mencari alternatif penyelesaian konflik internal ini.
"Kita bisa langsung menangkap pelaku korupsi dan penggelapan dana tersebut, biasanya para pemimpin perusahaan perusahaan besar yang bertindak seperti itu"
Jelas Hari, si wakil presiden yang secara langsung menatap Danny si sekretaris presiden dengan berniat menyindir.
Dari dulu, Hari memang seperti memiliki dendam pada Danny, entah apa, bahkan setelah Hari menjadi wakil presiden pun tetap sama saja.
Setelah rapat ditutup, Daniel menghampiri Danny dan berbincang sejenak di ruang kerja milik Daniel. Meski masih di dalam istana presiden, status Daniel masih tetaplah adik dari seorang raja jadi dia akan menghormati Danny.
"Kapan putramu akan mengambil alih posisi menteri dalam negri dan menteri Pertahanan?" Tanya Daniel.
Danny menatap sang adik dengan tajam. "Mereka masih sekolah. Dan kami masih memikirkan musibah lalu" Jelasnya membuat Daniel mengerti.
"Iya, jika sudah siap, beritahu aku agar wakilku di ganti juga. Aku muak dengan cara kerjanya"
Danny hanya tersenyum sinis lalu menyesap kopinya dengan tenang. Danny memang ingin segera memasukkan ketiga putra kembarnya ke dunia politik, namun ia juga masih memiliki beberapa hal yang menjadi beban fikirannya.
𝚃𝚘 𝚋𝚎 𝚌𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍-
_
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐨𝐲𝐚𝐥𝐭𝐲 (𝕶𝖎𝖓𝖌𝖉𝖔𝖒 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞) ||ᴇɴʜʏᴘᴇɴ
Fanfiction♛┈⛧┈•༶✧༺𝔗𝔥𝔢 ℜ𝔬𝔶𝔞𝔩𝔱𝔶༻✧༶•┈⛧┈♛ Kehidupan kerajaan mungkin hanya berjalan di negara negara tertentu, atau mungkin tak ada lagi kehidupan kerajaan di negara dengan sistem presidensial. Tetapi, berbeda dengan beberapa kedajaan yang masih ada sam...