5 LANGKAH AWAL

2K 133 0
                                    

Shira menatap bulan purnama yang masih berjuang untuk menyinari malam ditengah gempuran awan kumulonimbus kelabu yang mulai perlahan menutupi langit.

Terpaan angin dingin yang menusuk tulang, tidak cukup untuk membuat Shira segera masuk ke dalam kamarnya. Balkon kamar yang menghadap langsung ke danau, entah mengapa terasa lebih nyaman dan menenangkan.

"Rumah kabin di hutan ternyata menenangkan. Di sini sangat damai. Mungkin jika harus kembali ke duniaku yang lama, aku akan membangun rumah kabin di lahan perkebunan. Tidak ada drama ibu-ibu komplek perumahan, dan tidak ada cekcok tetangga, apalagi ajang pamer barang baru dan tidak akan ada yang datang pinjam 100 dulu. Sungguh menyenangkan. Ini baru nikmat hidup yang hakiki." Ujar Shira kepada dirinya sendiri.

Segelas teh Chamomile hangat Shira seruput hati-hati. Dia kembali menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Shira ingin paru-parunya terisi penuh dengan oksigen segar dari hutan ini.

Puas memandangi rembulan yang kini mulai ditutupi awan mendung, Shira mulai membuka sebuah buku diari yang dia temukan di dalam sarung bantal ketika dia membersihkan kamar tadi sore, seusia Mosa meninggalkan dirinya sendiri di rumah kabin itu.

Shira tersenyum saat melihat tulisan tangan pada buku diari yang dia temukan. Dia raba tulisan tangan itu, sebelum akhirnya membuka lembaran selanjutnya.

"Tulisan Shira yang ini sama seperti tulisanku. Apa sebenarnya kami satu orang? Apa ini yang dimaksud versi diriku di semesta lain? Hahaha…itukan hanya teori konspirasi." Ujar Shira sembari tetap tersenyum.

Kamis, 20 Juli

Kekuatanku semakin berkembang. Sekarang isi hati orang lain bisa aku dengar dan aku ketahui dengan sangat jelas. Aku juga mulai bisa melihat dan mengerti warna aura orang lain. Aura merah darah melambangkan kemarahan. Merah api melambangkan semangat. Oren melambangkan rasa senang atau antusias. Kuning melambangkan kebahagiaan. Merah muda melambangkan cinta. Hijau melambangkan seseorang yang ramah dan rendah hati, lalu biru melambangkangkan ketenangan. Tapi sayangnya kebanyakan orang pasti memiliki aura hitam sebagai tanda Kegelapan hati mereka. Sangat sedikit mereka yang bersih hatinya. Tapi tidak apa, aku tetap senang. Karena Mosa begitu terang seperti matahari. Dan aura Mosa juga putih. 

Setelah membaca curhatan pada tanggal 20 Juli di buku itu, barulah Shira mengerti kenapa saat dia pertama kali melihat Mosa pagi tadi, seakan-akan ada lampu sorot dibelakang Mosa, sehingga Mosa terlihat begitu terang.

"Jadi cahaya itu adalah aura Mosa ya." Gumam Shira impulsif sembari melanjutkan membaca halaman berikutnya.

Sabtu, 22 Juli

Mungkin aku tidak akan kembali dengan selamat. Ujian Ridder adalah ujian yang mempertaruhkan nyawa. Tidak masalah! Lebih baik mengambil resiko dari pada hidup sengsara. 

Minggu, 23 Juli

Hari ini aku dan Mosa berlatih tarung, Mosa sangat kuat, dia punya tenaga yang besar. Tapi aku tidak akan kalah. Karena jika aku tidak bisa mengimbangi Mosa, aku tidak bisa melindunginya. Di ujian Ridder nanti, aku ingin memastikan Mosa tetap hidup meski  kami gagal ujian. Sebab Mosa bilang, setelah lulus ujian Ridder dia ingin menikahi Meralia dan punya tiga anak. Aku harap keinginan Mosa itu terkabul

Begitulah isi tiga halaman terakhir dari buku diari yang Shira baca. Ada banyak informasi yang Shira dapatkan, ini berguna dalam pengambilan keputusannya dan lebih berguna lagi bagi Shira untuk mengenali dan memahami kehidupan Shira yang tubuhnya dia tempati saat ini.

"Sayangnya tidak ada tulisan apapun tentang diri Shira dan kakaknya. Dia menulis tentang Mosa dan ingin membantu mewujudkan keinginan Mosa, tapi dia tidak menulis tentang keluarganya? Apa dia trauma dengan kejadian 10 tahun lalu? Atau...Ya sudahlah, saatnya tidur. Lagi pula sudah aku putuskan, mulai besok perjalananku akan panjang."

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang