Helaian rambut Shira berkibar mengikuti arah angin. Dia peluk dengan erat leher Reiver, ketika lelaki itu berlari—dengan kecepatan yang sama dengan angin tornado—sembari menggendong dirinya.
Dalam diam Shira tetap fokus mengamati dan mengawasi sekeliling, sekaligus memantau Naren dan Mosa yang sudah mulai mendekat.
"Tidak aku sangka kau akan diam saja." Ujar Reiver yang cukup terkejut karena Shira membiarkan dia bertindak sesukannya saat ini.
"Tidak ada gunanya aku protes. Kau juga tidak akan mendengarkan sebab kau memprediksi kalau Naren ingin menggendongku. Sedangkan kau tidak ingin Naren menyentuhku kan? temanmu Naren begitu ingin segera sampai di gunung Shine, selain itu Naren juga ingin stamina ku tetap terjaga agar bisa membantunya mencari kepompong." Timpal Shira.
Reiver tidak langsung menjawab, karena dia terlalu menikmati sensasi lembut nan hangat dari telapak tangan Shira di kulit tengkuknya. Selain itu aroma vanila bercampur aroma pir dan mawar yang segar dari tubuh Shira membuat pikiran Reiver melayang.
"Hei tukang rampas! Aku tahu kau menikmati momen ini. Tapi dari sisi kanan kita, seseorang sedang meluncur cepat untuk menyerang dengan ability petir."
Beberapa detik setelah ucapan Shira, terlihatlah di langit kilat kuning yang menyilaukan mata. Tak lama berselang gemuruh keras petir terdengar.
Reiver mengencangkan pelukan dan gendongannya pada Shira, sembari dia salto untuk menghindari musuh pertama mereka.
Shira bisa melihat atap gedung di sisi kiri mereka hancur setengah bagian, setelah ditabrak Einer Petir yang hendak menyerang mereka.
Mata Shira terbelalak—meski dirinya tetap tenang—saat batu-batu raksasa tiba-tiba terlempar ke arah dirinya dan Reiver.
Semua batu-batu itu dengan mudahnya Reiver hindari dan berakhir dengan menghancurkan atap-atap gedung di sekitar mereka.
"Hah?! Seingatku patnermu tadi adalah seorang bocah laki-laki Reiver." Ujar Einer Petir yang tadi hampir berhasil membunuh Reiver dan Shira.
"Hoi Iwa! Bagaimana ini? Aku tidak bisa membunuh kaum wanita! Apalagi seorang gadis yang sangat cantik."Wanita yang dipanggil Iwa akhirnya muncul dari dalam salah satu batu yang tadi terlempar ke arah Reiver dan Shira. Wanita itu menatap Reiver lekat. Sorot matanya penuh dendam dan kebencian. Sementara Reiver yang di tatap malah tidak menyadari perasaan Iwa atau bahkan mungkin dia tidak menyadari tatapan Iwa kepadanya. Lelaki berambut hitam legam ini sedang sibuk dengan dirinya sendiri. Karena tadi saat dirinya salto, Shira reflek menyembunyikan wajah ke lehernya dan bibir Shira tanpa sadar mencium lehernya. Hal ini tentu sangat berkesan bagi Reiver.
"lembut dan lembab...pasti en..." Batin Reiver terhenti karena jeweran dari Shira di telinganya.
"Berhenti menginginkan hal mesum di saat seperti ini. Kau harus bertanggung jawab pada wanita bernama Iwa itu." Ujar Shira sembari menunjuk Iwa.
Tatapan Reiver mengikuti arah tangan Shira. Dia menatap wanita yang mengenakan kimono Jepang dengan gaya off sholder. Rambut Iwa juga di sanggul selayaknya Geisha. Begitu juga dengan riasan wajahnya yang begitu putih lengkap dengan lipstik serta eye shadow merah membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND LIFE
RomanceFOLLOW & VOTE ya biar enggak ketinggalan sama karyaku yang lain. . 🏅Rangking 1 Obsessed 🏅Rangking 2 Fantasy 🏅Rangking 3 Pertarungan 🏅Rangking 4 Reinkarnasi 🏅Rangking 42 Asmara 🏅Rangking 59 keluarga 🏅Rangking 141 Drama . 50% Novel ini adalah...