Shira menempelkan udang goreng mentega tepat ke bibir Naren yang sedang melamun mengingat masa lalunya.
Naren tersentak kaget, namun lelaki dengan respon cepat ini, langsung melahap udang goreng mentega sekaligus jari telunjuk dan ibu jari kanan Shira. Hal ini membuat Naren maupun Shira sama-sama tertawa lepas.
Naren pandangi gurita goreng yang berada di atas piring, dia ambil satu potong, lalu berpikir sejenak dan kemudian memutuskan untuk menyodorkan potongan gurita itu kepada Shira. Shira pun melahap potongan gurita goreng itu bersamaan dengan jari Naren. Persis seperti yang Naren lakukan tadi.
Senyum sumringah Naren tidak bisa berhenti terkembang, dia cubit pipi kiri Shira dengan tangan kirinya yang menganggur, dan cubitan itu perlahan berubah menjadi elusan lembut di pipi gadis berambut putih itu.
Kini sepasang insan muda itu terus saling menyuapi. Tapi tanpa Naren sadari, tidak ada satupun orang yang mengira Shira adalah teman kencan Naren, para pelanggan di tempat ini beranggapan Naren saat ini sedang jalan-jalan santai dengan adik perempuannya. Dan begitu banyak para lelaki yang tidak berhenti memandangi Shira dengan penuh harap.
"Kau adalah perempuan kedua yang aku ajak makan dan perempuan kedua yang makan bersamaku, sekaligus perempuan kedua yang menyuapiku. Tapi perempuan pertama yang aku suapi." Ujar Naren.
"Lalu siapa yang pertama?" Tanya Shira.
"Ibuku. Tapi aku tidak pernah menyuapi ibuku. Jadi kau lah perempuan pertama yang aku suapi." Timpal Naren.
"Biasanya ketika bersama perempuan aku akan mengajak mereka hanya ke dua tempat, yaitu club malam atau hotel. Aku tidak pernah terpikir untuk mengajak mereka makan atau jalan-jalan seperti yang kita lakukan saat ini. Ketika mereka ingin berbelanja, aku akan mentransfer sejumlah uang dan menyuruh mereka pergi sendiri. Tapi tidak padamu." Sambung Naren dengan sangat serius.
"Kenapa? Apakah aku tidak cantik? Sehingga aku mendapat perlakuan berbeda darimu." Tanya Shira.
"Justru sebaliknya, kau perempuan tercantik yang pernah aku lihat. Walaupun kau tidak memakai riasan apapun." Pikir Naren, namun tidak dia suarakan.
"Entahlah aku juga bingung. Soalnya kau lebih terlihat seperti boneka silikon dari pada manusia." Jawab Naren lengkap dengan senyum jahil yang membuat Shira akhirnya juga tersenyum geli.
"Jadi itu pujian atau hinaan?" Tanya Shira
"Tentu pujian."
"Ketika playboy sepertimu memuji, maka aku harus hati-hati." Timpal Shira yang membuat Naren tercengang.
"Hei! Aku serius lho, bukan sedang menggodamu." Dan Shira pun kembali tertawa atas jawaban Naren, begitu juga Naren.
Selesai menyantap berbagai olahan seafood, kini mereka beranjak menuju restoran sup yang tadi Shira katakan.
Awal mula melihat restoran itu, Naren benar-benar ragu untuk masuk, sebab restoran itu sangat sederhana dan ramai. Tapi Shira dengan kuatnya menarik Naren masuk dan mengabaikan ekspresi enggan yang Naren tunjukkan. Mereka berdua pun memesan sup jeroan sapi yang bahkan belum pernah Naren makan.
Ketika sup dihidangkan, Naren tatap lekat genangan kuah berbumbu di dalam mangkok yang lengkap dengan potongan jeroan serta sedikit sayuran.
Shira langsung melahap sup dan ekspresi gadis muda itu sontak berbinar. Sedangkan Naren masih sibuk menatap supnya dan Shira bergantian.
"Kau tahu Shira, minimalnya aku makan di sebuah cafe kelas atas. Biasanya aku makan di restoran bintang 5. Tapi bersamamu aku jadi makan...." Ujar Naren terhenti karena dia memandangi sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND LIFE
RomanceFOLLOW & VOTE ya biar enggak ketinggalan sama karyaku yang lain. . 🏅Rangking 1 Obsessed 🏅Rangking 2 Fantasy 🏅Rangking 3 Pertarungan 🏅Rangking 4 Reinkarnasi 🏅Rangking 42 Asmara 🏅Rangking 59 keluarga 🏅Rangking 141 Drama . 50% Novel ini adalah...