10 JERATAN

1.4K 102 1
                                    

Ketukan terdengar dari arah pintu kamar hotel. shira-yang baru saja mandi dan sedang mengeringkan rambutnya-buru-buru mengambil pedang uruminya yang dia letakkan di meja wastafel.

Sebelum membuka pintu, dengan hati-hati Shira mengintip ke lubang door viewer. Dia harus memastikan kalau yang mengetuk pintu bukanlah musuh. Shira tidak mau berakhir ditikam mendadak setelah dia membuka pintu secara sembarangan.

Wajah cemas Mosa terpampang di kaca cembung door viewer. Senyum Shira langsung merekah ketika melihat sahabatnya itu.

Cepat Shira membuka pintu, ekspresi wajah gadis ini berbinar. Seakan dia sedang melihat sebuah kalung berlian yang mahal. Berbanding terbalik dengan ekspresi Mosa yang menampilkan kekagetan.

Segera Mosa dorong Shira ke dalam kamar, lalu cepat dia tutup pintu kayu berdesain minimalis modern itu.

"Hei! Lain kali jangan keluar sembarangan jika kau masih memakai jubah mandi! Apa kau lupa di hotel ini penuh dengan pria asing? Bahkan di sebelah ada Matteo! Kita tidak sedang berada di rumahmu yang berada di tengah hutan. Mulai sekarang berhati-hatilah!" Omel Mosa kepada Shira sembari merapikan kerah jubah mandi Shira yang terbuka, hingga menampilkan belahan aset kembar temannya itu.

Shira tidak langsung menimpali, sebab dia fokus memperhatikan aura Mosa yang berwarna merah pucat, serta reaksi Mosa yang tidak seperti reaksi para lelaki pada umumnya. Shira bisa merasakan rasa kesal bercampur rasa sayang dan rasa khawatir di hati Mosa. Tentu perasaan Mosa ini tanpa sadar membuat Shira tersenyum.

"Kenapa kau tersenyum?" Tanya Mosa yang masih kesal dan Shira hanya menggeleng sembari berbalik untuk kembali ke kamar mandi dan berganti pakaian.

Hal pertama yang Shira dapati saat keluar dari kamar mandi adalah meja kamar hotel yang penuh dengan 4 kotak makanan yang berisi nasi, ayam panggang, capcay, dan sup jamur. Aroma makanan itu benar-benar menggugah selera makan Shira.

"Matteo mengajak kita makan bersama, tadi Lisly menelpon dia. Lisly bilang akan membeli minuman herbal untuk memulihkan tenaga." Jelas Mosa karena melihat tatapan penuh tanda tanya Shira.

"Lalu dimana Matteo sekarang?" Tanya balik Shira.

"Mungkin masih mandi. Setelah memesan dan menyerahkan makanan ini kepadaku, dia langsung ke kamarnya, dia bilang akan kemari setelah selesai mandi." Jawab Mosa sembari memperhatikan rambut Shira yang kini panjangnya hanya sebatas setengah punggung.

"Rambutmu jadi sependek itu. Padahal kau sangat bahagia saat rambutmu bisa panjang seperti sebelumnya."

Shira menyampirkan rambutnya ke bahu kiri, lalu dia perhatikan potongan rambutnya yang lurus sempurna.

"Aku justru kaget, ternyata pedang urumi bisa memotong rambut serapi ini. Hanya dengan sekali tebas."

Ucapan Shira sontak membuat Mosa menaikkan sebelah alisnya. Kekesalan Mosa yang sudah surut, kini kembali naik dan membuat bibir Mosa bertekuk ke bawah.

"Jangan pernah melakukannya lagi. Kau beruntung bisa menunduk tepat waktu. Sedetik saja kau terlambat, sudah pasti kepalamu yang akan tertebas. Lagi pula bukankah aku sudah melarangmu memakai pedang urumi? Pedang urumi itu adalah senjata bermata dua. Tidak hanya berbahaya bagi musuh, tapi juga penggunanya. Tidakkah cukup dengan ability-mu saja? Kau bisa melakukan apapun dengan ability-mu. Lalu jangan pernah lagi membahayakan dirimu untuk orang lain."

"Mosa, kau melarangku melakukan apa yang kau sendiri juga lakukan. Bukankah Itu tidak adil?"

"Aku tidak masalah terluka Shira. Kau tentu tahu, dengan ability Ischyrós ku, aku akan baik-baik saja meski terkena serangan. Paling aku hanya akan mengalami luka ringan, itu pun akan segera sembuh lebih cepat dari Einer lainnya. Tapi kau tidak. Ability kita tidak sama."

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang