41 KEMATIAN NAREN?

325 47 15
                                    

Melihat sikap wanita itu, Mosa, Matteo dan Lisly sontak hendak marah. Namun Vanilla segera bangun dan merubah posisinya menjadi duduk, sembari memberi kode kepada tiga remaja itu untuk tetap tenang.

"Aku tidak tahu kau dapat info darimana kalau aku dulu gigolo. Tapi aku sekarang sudah berhenti. Jadi cari saja pria lain." Jawab Vanilla santai namun juga serius.

"Gigolo tetaplah gigolo. Kau pikir dengan menjadi Ridder para pelanggan lamamu akan berhenti membicarakan mu? Aku punya banyak relasi dan ada yang membicarakan betapa luar biasanya permainanmu di ranjang. Tujuh wanita bisa kau puaskan dengan sempurna dalam satu waktu. Seharusnya karena aku sendirian bukan masalah bagimu. Ah! Aku lupa, waktu itu kalian bermain tuan dan peliharaan kan? Apa perlu aku ikat lehermu du...."

Wanita itu langsung mundur beberapa langkah setelah Shira tiba-tiba berdiri dan menyemprotkan afrodisiak—yang tadi Reiver berikan padanya sebelum pergi menemui Naren—ke wajah wanita itu.

"Hei bangsat! apa yang kau!..."

Tubuh wanita itu tiba-tiba terasa panas, dia juga mulai merasa kepalanya seakan berputar. Pandangan matanya buram dan seluruh tubuhnya terasa gatal serta gerah.

Cepat gerakan Shira menarik pedang urumi-nya lalu langsung mengayunkannya hingga bilah pedang membilit leher wanita itu.

Dengan memasang kuda-kuda, kaki hingga tubuh atas Shira kuat menarik wanita itu sampai wajahnya terjerembab membentur lantai.

Aksi Shira—yang membuat Vanilla, Mosa, Matteo dan Lisly tercengang—tidak berhenti sampai di situ.

Shira meloncat rendah dan kini posisinya menjadi berada di belakang wanita itu.

Setelah Kembali memasang kuda-kuda, Shira segera menarik pedang urumi-nya dan membuat leher wanita itu tertarik ke atas.

Tubuh wanita itu membengkok ke belakang, kedua tangan lentiknya mengucurkan banyak darah karena berusaha melepaskan bilah pedang urumi yang membilit. Begitu juga dengan leher dan wajah wanita itu, yang sama banyaknya mengalirkan darah.

Dengan sekuat tenaga Shira menarik wanita itu hingga mereka sampai di koridor kapal pesiar yang saat itu cukup ramai, karena Earth dan Zen sedang mengumpulkan orang-orang. Termasuk ada Reiver ada disana.

Melihat aksi Shira semua orang di koridor langsung tercengang, kecuali Reiver. Lelaki ini malah terkagum-kagum dan merasa bangga.

Hanya sekali hentakan, bilah urumi di leher wanita itu terlepas. Dengan cepat wanita itu segera melepas seluruh pakaiannya, hingga ia polos seperti baru lahir.

Wanita itu menyerbu setiap pria yang bisa dia lihat, tentu saja setiap pria segera menghindar. Kecuali Reiver yang langsung menendang dada wanita itu ketika dia mendekat.

Kini wanita itu tertelentang di lantai, sembari menggeliat bagaikan cacing kepanasan. Tanpa ampun, Shira segera memijak leher wanita itu.

"Minta maaf pada Vanilla, jalang!" Perintah Shira—dengan nada bicara yang dingin—yang tentu saja tidak bisa di respon, sebab pengaruh afrodisiak itu sangat kuat.

"Kau tidak punya hak merendahkan siapapun, tidak peduli status atau pekerjaan orang lain. Baginilah akibatnya jika kau bersikap tidak sopan dan arogan. Kau merasa hebat hanya karena bisa lulus beberapa tahap ujian Ridder. Kau lupa, kami disini juga lulus dan bisa melakukan hal yang buruk. Lebih buruk dari yang bisa kau lakukan. Cepat minta maaf pada Vanilla! "

Shira hendak menjambak rambut wanita itu dan membuatnya mencium kaki Vanilla, tapi Shira tiba-tiba merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan.

Shira langsung berlutut sembari memegang perut kirinya, hal ini sontak membuat Reiver secepat kilat menghampiri Shira. Begitu juga dengan orang-orang lain yang ada disana, terutama Mosa, Matteo, Lisly dan Vanilla yang baru saja tiba di koridor. Mereka berempat terlalu kaget melihat aksi Shira sebelumnya.

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang