Siwa berlari sekuat tenaga meski sekujur tubuhnya sangat sakit. Dia bertekad untuk menyelamatkan ratu dan kembali membantu Reiver serta Shira. Siwa tidak sudi untuk berhutang budi kepada dua orang yang selalu membuatnya kesal itu.
Tatapan mata Siwa terbelalak ketika dia melihat Mask dan Vanilla berlari cepat menuju tempat Reiver dan Shira berada.
"Earth ada di ujung! fokus saja pada ratu. Kami akan menolong mereka berdua." Ujar Vanilla sebelum pergi menjauh.
Siwa terus berlari hingga dia bisa melihat sosok Earth yang membopong pangerang mahkota. Pakaian Earth yang selama ini putih, kini sudah kotor dengan darah, lendir, tanah serta keringat. Penampilan Earth benar-benar sangat kacau. Bahkan lebih kacau dari Siwa.
"Apa yang terjadi padamu?!" Tanya Siwa
"Ada pasukan yang lebih menjijikkan dari pada pasukan Apophis yang datang entah dari mana, tiba-tiba saja kami sudah terkepung." Jawab Earth sembari konsentrasi untuk memusatkan energi abilitynya di kaki.
Earth segera menghentakkan kakinya kuat ke tanah, dan mereka pun terbawa keluar karena tanah yang berbentuk menara naik ke atas permukaan dan tanah yang ada di permukaan pun terbelah.
Betapa kagetnya Earth dan Siwa karena saat mereka tiba di permukaan, Robbert dan Amran—yang penuh keringat karena pertarungan yang sejak tadi berlangsung di permukaan tanah—langsung masuk ke dalam tanah.
Naren, Mosa, Matteo dan Lisly serta para peserta ujian Ridder lainnya, segera membantu Siwa dan Earth menurunkan ratu serta pangeran mahkota. Mereka membaringkan ibu dan anak itu di tandu yang telah mereka siapkan.
"Mana yang lain?" Tanya Naren karena tidak melihat Reiver, Mask, Shira dan Vanilla ikut keluar.
Siwa dan Earth tidak mau menjawab, mereka berdua segera berbalik dan hendak kembali ke dalam tanah. Tapi Naren dan Mosa—yang menyadari apa yang telah terjadi dari reaksi Siwa dan Earth—segera berlari cepat lebih dulu dan masuk ke dalam tanah.
"Mosa, Naren!" Teriak Siwa sembari hendak menyusul. Para peserta ujian Ridder yang lain pun juga berkeinginan untuk menyusul, tapi Isla dan Gerard serta para Ridder lainnya segera menghadang.
"Ini sudah tidak termasuk ujian lagi. Ada kondisi di luar perkiraan yang terjadi. Kami panitia ujian akan bertanggung jawab penuh atas hal ini. Robbert dan ketua asosiasi Ridder telah masuk ke dalam untuk menyelamatkan mereka. Jika kalian tetap memaksa masuk, maka kalian harus menghadapi kami dulu." Ujar Isla tegas namun sorot matanya memancarkan keinginan untuk melindungi. Di dalam hati Isla pun dia berdoa agar tidak ada korban jiwa lagi. Khususnya korban jiwa dari para calon Ridder ini.
Matteo menarik nafas dalam-dalam, matanya berkaca-kaca karena memikirkan Shira dan Mosa. Tapi dia berbalik menuju para budak serta rakyat yang terluka karena serangan mendadak dari pasukan lain selain pasukan Apophis.
"Lisly! Tidak ada gunanya menangis. sekarang kita harus fokus melakukan apa yang bisa kita lakukan. Orang-orang yang terluka butuh bantuan kita. Merekalah yang harus kita tolong sekarang." Ujar tegas Matteo sembari menahan tangisnya dan mengepalkan tangan sangat kuat.
"Tapi Matteo...Shira dan yang lainnya..."
"Apa kau tidak percaya pada Shira dan yang lainnya? Kau tahu mereka sangat kuat! Musuh tidak akan bisa mengalahkan mereka begitu saja. Aku percaya pada mereka semua. Mereka akan bertahan dan kembali. Sekarang ayo, bantu aku menolong orang-orang yang terluka ini. Sebagai calon Ridder kau harus tegar Lisly."
Isla, Gerard dan Earth tersenyum menatap punggung Matteo. Mereka bisa melihat bayangan sosok ksatria yang gagah. Mereka bertiga tahu di masa depan Matteo benar-benar akan menjadi ksatria sekaligus ridder yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND LIFE
RomanceFOLLOW & VOTE ya biar enggak ketinggalan sama karyaku yang lain. . 🏅Rangking 1 Obsessed 🏅Rangking 2 Fantasy 🏅Rangking 3 Pertarungan 🏅Rangking 4 Reinkarnasi 🏅Rangking 42 Asmara 🏅Rangking 59 keluarga 🏅Rangking 141 Drama . 50% Novel ini adalah...