80 SELAMAT SIWA KAU MENJADI AYAH

215 21 14
                                    

"Pagi..." Sapa Ragnar ketika dia mendapati sosok Shira yang sedang memasak sarapan di dapur.

"Pagi kakak. Aku akan membuat sup ayam herbal. Semuanya pasti lelah kemarin, terutama Mosa. Dia yang mengurus semua bagian yang berat." Timpal Shira.

Ragnar pun segera mendekat, dia singsingkan lengan sweater abu-abu mudanya. Ragnar lihat kentang-kentang yang siap di potong. Segera saja dengan lihai Ragnar mengupas, memotong, lalu merendam kentang-kentang itu. Langkah selanjutnya Ragnar memotong bawang daun dengan sangat halus dan cepat ala chef profesional.

Shira baru saja hendak menanyakan belajar dimana Ragnar sehingga memiliki skill memasak dan memotong yang luar biasa. Sejak kemarin sore dia sudah terkagum-kagum dengan keahlian memotong kakaknya itu. Tapi sosok Vanilla yang berjalan sempoyongan dengan rambut mengembang dan acak-acakan membuat Shira teralihkan.

"Coklat panasnya ada di meja makan." Ujar Shira yang membuat Vanilla langsung tersenyum sumringah.

Segera saja Vanilla berjalan cepat untuk mendekap Shira dari belakang. Namun ketika tangannya sudah terulur dan hendak melingkupi bahu Shira, sebuah belati meluncur cepat ke arahnya. Untung reflek Vanilla bagus, walau dia masih dalam proses mengumpulkan kesadaran.

Vanilla menoleh dan menatap Reiver dengan seringai iblis, sedangkan Reiver menatap Vanilla dengan tatapan tajam nan dingin.

"Kau ingin pemanasan pagi Reiver?" Tanya Vanilla menantang.

"Kau yang cari masalah Vanilla. Berani-beraninya kau ingin memeluk milikku. Tidak sampai satu jam aku tidak bersama Hrom, tapi sudah ada saja lelaki yang mendekatinya." Jawab Reiver sengit.

"Aku kakak sepupunya." Timpal Vanilla tidak mau kalah.

"Kau perlu ingat kalau kau tetap tidak punya hubungan darah dengan Hrom. Itu hanya status keluarga." Balas Reiver yang membuat Vanilla berdecih lalu segera menuju meja makan sementara Reiver langsung menghampiri Shira dan hendak mencium pipi tunangannya itu. Tapi Shira sudah lebih dulu menoleh dan mengecup bibir Reiver. Ini sontak membuat Reiver terbelalak dan mematung beberapa detik.

"Tampangnya pria bajingan tapi ternyata lelaki culun. Dicium perempuan begitu saja kau langsung tidak bisa bergerak." Ejek Vanilla tapi tidak di pedulikan oleh Reiver. Sebab lelaki ini masih shock dengan hal indah yang dia dapatkan pagi ini.

"Duduklah bersama Vanilla dan jangan saling bunuh. Kau mau minum apa pagi ini?" Tanya Shira yang membuat Reiver mengerjap sadar.

"Tidak minum tidak apa-apa, kau sudah mencukupi semuanya." Jawab Reiver yang membuat Shira tersenyum sembari geleng-geleng kepala.

Segera saja Shira membuat teh beraroma mawar dan Vanilla, untuk pemanisnya Shira ganti gula dengan madu. Aroma teh yang Reiver cium mengingatkan dia dengan aroma Shira yang selalu memanjakan indra penciumannya.

"Hrom kita punya buah pir kan?" Tanya Reiver dan Shira mengangguk.

"Duduklah di meja dan akan aku kupaskan." Jawab Shira yang membuat Reiver tersenyum lembut, lalu mencium kembali bibir tunangannya itu.

"Tidak apa sayang, aku tidak mau merepotkanmu. Kau sudah sibuk dengan memasak." Ujar Reiver yang membuat senyum lembut Shira terkembang.

"Ada di kulkas dan pisaunya ada disana." Tunjuk Shira ke meja dapur dekat wastafel.

Ketika Reiver sedang mengupas pir, Siwa memasuki dapur dengan mata sayu dan wajah kusut. Sama seperti Vanilla tadi, kesadaran Siwa baru terkumpul lima puluh persen.

Siwa lakukan peregangan di ambang pintu dapur, karena tidur di sofa ternyata membuat tubuhnya pegal-pegal ketika bangun. Tapi aktifitas olah tubuh ini tidak lama Siwa lakukan, sebab dirinya ditabrak dengan keras dan cepat oleh Mosa hingga terjerembab ke lantai kayu dapur. Bahkan saking kerasnya, lantai kayu itu sampai rusak. Tulang punggung dan pinggul Siwa pun patah, sedangkan lutut, siku dan tulang dada Siwa mengalami cedera.

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang