81 DARAH YANG TUMPAH & JARI YANG PUTUS

178 20 8
                                    

"aku tidak akan membukakan surat informasi dari ketua Isobel. Jika kau tidak mau bertanding denganku." Ujar Myron yang membuat kacau rapat pagi kali ini.

"Meskipun pendamping mu merampas surat ini, tetap saja tidak akan bisa di baca, karena informasi di surat ini baru bisa dibaca jika menggunakan energi ability ku." Sambung Myron lagi kepada Shira yang duduk diam membisu.

"Sebaiknya hentikan. Bertarung dengan Shira hanya menghasilkan hal buruk." Timpal Ragnar cepat yang di setujui oleh Mosa dan Siwa.

"Apa kau khawatir adik perempuanmu terluka?" Tanya Myron sembari menatap tajam Ragnar.

"Hei bocah, ku beritahu ya...jika ada nominasi kakak terburuk di dunia, Ragnar pasti pemenangnya. Khawatir pada Shira? Yang benar saja. Kau pikir kenapa ketua Amran menjadikan Reiver, Naren dan terutama Siwa sebagai pendamping Shira? Dan bukan kakak kandungnya? Itu karena Ragnar tidak pernah mau dan bisa menjalankan perannya sebagai kakak. Dia berkata begitu karena tahu betapa kuatnya Shira. Dia justru mengkhawatirkan mu." Jawab Vanilla dengan raut wajah sangat serius.

Mosa dan Siwa sontak tercengang, karena mereka sangat tahu bahwa semua ucapan Vanilla itu adalah dusta. Siwa bahkan melihat dengan jelas bagaimana raut wajah Ragnar tadi malam saat Shira menggigil kedinginan.

Sebelum berangkat ke kantor pagi ini pun, Ragnar terlebih dahulu memastikan kondisi Shira baik-baik saja. Dia juga yang mengecek barang-barang Shira untuk berangkat ke kota Agónas Zoís.

Baru saja Siwa hendak membantah ucapan Vanilla, ujung pisau yang keluar dari sarung tangan Naren langsung menusuk pelan ke kulit pinggangnya.

Siwa tentu sontak menoleh ke lelaki yang duduk di sampingnya itu dan Naren pun menggeleng sebagai kode agar Siwa tetap bungkam saja.

Siwa pun segera memperhatikan Mosa yang tetap tutup mulut sejak tadi, serta Reiver yang malah menyeringai santai.

"Hah?! Jadi maksudmu aku akan kalah jika bertarung dengan adikmu?" Tanya Myron yang sudah tersinggung karena ucapan Vanilla.

Ragnar ingin menjawab lagi, tapi Vanilla melakukan telepati kepada timnya dan tim Shira yang langsung membuat Ragnar bungkam.

"jika kau berusaha menyelesaikan ini dengan damai, akan kubuat kekacauan di kota. Menurut kalian apa yang akan terjadi jika aku melepaskan energi Lagneia di tengah kota yang padat?" Begitulah isi pikiran Vanilla yang membuat Ragnar tidak bisa berkutik lagi.

Ragnar pun menghela nafas pasrah. Dia tidak mungkin mengorbankan seisi kota hanya demi meredakan amarah seorang remaja delapan belas tahun yang diadu domba dengan adik perempuannya, oleh Isobel dan sekarang Vanilla. Mau tidak mau Ragnar harus membiarkan apapun yang akan terjadi, tetap terjadi. Seburuk apapun itu.

"Jika aku menang kau harus menjadi budakku ya." Pinta Shira yang membuat puas Vanilla, Reiver dan Naren.

"Dengan segel sumpah energi-darah di kulit." Sambung Shira lagi.

Ragnar hanya bisa menatap Shira nanar, begitu juga Mosa, tapi dia tahu bagaimana adik perempuanya itu. Meski Ragnar enggan mengakui, tapi Shira memang lebih mirip Angra ketimbang dirinya. Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab kenapa Ragnar begitu berambisi untuk menghentikan Shira menjadi Ridder, sekaligus melenyapkan Angra.

"Hei Ragnar...lihat adik kita sudah lahir. Tapi kau tahu? Dia sangat mirip denganku, bukan denganmu. Lihat saja tatapan matanya! Karena itu setelah dia besar, aku akan mengajarkannya berbagai hal yang aku tahu, kau tidak boleh ikut campur. Aku lah yang akan membesarkannya, aku lah yang akan mendidiknya, aku akan menjadikannya sebuah senjata hidup yang mengerikan." Lamun Ragnar yang teringat ucapan Angra ketika pertama kali mereka dipertemukan dengan adik perempuan mereka itu.

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang