13 UJIAN TAHAP PERTAMA

1K 81 2
                                    

Mosa, Matteo dan Lisly terbelalak saat pintu kamar Shira dibuka. Fokus perhatian mereka adalah perban di leher dan di punggung tangan kiri Shira. Andai saja mereka juga tahu perban-perban lain yang membalut beberapa bagian tubuh Shira yang lain.

Mosa segera mengecek tangan kemudian leher sahabatnya itu. Bisa Shira lihat  kecemasan dan kekagetan dari sorot mata Mosa.

"Apa yang terjadi?!" Tanya Matteo

"Bukan apa-apa, aku hanya ceroboh." Jawab Shira sembari tersenyum simpul. Namun hal ini sontak membuat Mosa emosi.

"Ceroboh? Kau? Hei Shira! Kau yang bahkan tidak terjatuh saat berlari di tengah hutan saat hujan badai di malam hari, bisa-bisanya terluka di dalam kamar hotel? Jika bukan dilukai seseorang, kau tidak mungkin terluka!" Ujar Mosa dengan nada bicara agak tinggi.

Shira tersenyum lembut melihat reaksi sahabatnya ini. Dia mengetahui perasaan Mosa saat ini dan Shira sangat senang akan hal itu. Karena setidaknya masih ada orang-orang yang peduli padanya. Namun bagi Shira, saat ini bukan waktunya untuk mengedepankan emosional. Melainkan mereka harus berhasil meraih tujuan utama mereka. Meskipun mengorbankan diri sendiri.

"Akan aku ceritakan setelah ujian Ridder selesai. Aku janji. Selebihnya percayalah padaku, saat ini aku baik-baik saja." Ujar Shira sembari menggenggam tangan Mosa erat.

Sorot mata Mosa berubah teduh, meski masih ada kilat kekesalan di sana. Tapi dia memutuskan untuk mengalah. Selain itu Mosa tahu, kalau Shira adalah orang yang selalu menepati kata-katanya.

Sembari berjalan menuju elevator, Shira menyeringai tipis, dia juga sempat melirik ke arah belokan koridor yang berada lima meter di sisi kanannya.

Shira merasa sedikit senang, karena reaksi Mosa yang langsung menyentuh dan mengecek luka dirinya. Hal itu membuat Reiver—yang berdiri di belokan koridor itu—menjadi kesal bukan kepalang. Bahkan Reiver tanpa sadar sampai mengepalkan tangannya erat.

Suasana di basement hotel sudah ramai dan tegang. Tidak ada satupun orang yang ceria atau sekedar tersenyum. Ekspresi orang-orang di sana, tidak ubahnya seperti ekspresi orang yang sedang berhadapan dengan malaikat maut.

Shira dan ketiga temannya memasuki basement. Berbagai macam bentuk tatapan langsung menyambut mereka. Ada yang menatap mereka sinis, ada yang menatap dengan tatapan menilai dan merendahkan. Bahkan ada yang memandangi mereka dengan tatapan mesum. Tentu saja yang terakhir membuat Mosa dan Matteo berdecak kesal. Sebab tatapan mesum itu tidak hanya tertuju pada mereka berdua tapi juga pada Shira dan Lisly.

Elevator di belakang empat remaja ini tiba-tiba kembali berbunyi. Ketika pintu elevator otomatis terbuka, suasana langsung berubah mencekam. Semua tatapan aneh yang tertuju kepada empat remaja ini lenyap seketika. Bahkan tidak ada satupun orang yang mau menatap ke arah Shira dan teman-temannya.

Mosa dan Matteo langsung menoleh ke belakang. Mereka sontak tegang dan waspada, bahkan Matteo reflek menarik pedang di punggungnya saat dia beradu pandang dengan Reiver. Namun semua kegelisahan dua remaja laki-laki ini sirna, saat Reiver dengan cueknya berlalu begitu saja dan mengabaikan mereka.

"Oi…oi Reiver! Kau dari mana saja? Aku menggedor kamarmu lho. Tapi kau tidak ada di kamar ya?" Ujar Naren yang langsung menghampiri Reiver.

"Ya, aku tidur di luar semalam." Jawab Reiver sekenanya dan berharap Naren tidak bertanya lebih detail. "Mana Mask?" Lanjut Reiver dan dijawab Naren dengan menunjuk salah satu sudut basement.

Reiver bisa melihat Mask sedang berdiri tenang sembari mengamati kerumunan peserta ujian. Reiver ingin menghampiri Mask, tapi salah satu tembok  basement tiba-tiba terbuka. Di sana sudah berdiri seorang lelaki paruh baya dan seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan.

"Wah…wah…peserta tahun ini mencapai 680 orang. Jauh lebih sedikit dari tahun kemarin. Perkenalkan namaku Isla, Penguji satu ujian Ridder tahap pertama." Ujar wanita yang memiliki visual bagaikan artis papan atas.

"Itu karena seleksi calon peserta di pelabuhan terlalu ketat. Para kriminal itu semuanya adalah kriminal kelas berat. Hallo! Perkenalkan aku Gerard penguji dua ujian Ridder tahap pertama." Jawab seorang pria yang mengenakan setelan jas rapi.

Penampilan Gerard yang nampak mewah, necis serta elegan, sangat tidak sesuai dengan lokasi dimana ia berada saat ini dan lebih tidak sesuai dengan situasi saat ini. Namun Gerard tampak sangat nyaman dengan pakaiannya itu.

"tahap pertama ini, bertujuan menguji ketahanan dan kekuatan fisik, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan orang di sekitar, keuletan, ketelitian, kesabaran dan terakhir kerja sama." Sambung Gerard menjelaskan dan penjelasannya itu sukses membuat hampir semua peserta ujian Ridder menjadi tegang. Terutama saat mereka mendengar kalimat terakhir.

"Ujian tahap pertama ini sangat mudah. Kalian semua pasti tahu, di arah barat kota Pleasure ini ada gunung yang bernama Shine. Nanti malam, kepompong kupu-kupu lentera akan terbuka dan kupu-kupu muda akan beterbangan. Tapi sayangnya ketika di pagi hari sebelum mereka lahir, kepompong kupu-kupu lentera mengeluarkan semacam zat yang membuat beberapa hewan buas tertarik untuk memakan mereka. Nah, tugas kalian hanya menggantikan petugas pelestari hewan langka. Yaitu mengumpulkan kepompong kupu-kupu Shine, lalu memberikan kepompong yang kalian bawa kepada petugas pelestari yang sudah menunggu di puncak gunung sebelum jam 9 malam ini." Jelas Isla yang membuat beberapa peserta ujian Ridder terperangah, salah satunya Naren. Beberapanya lagi menghela nafas jengah, contohnya Mask. Dan ada juga yang berdecak kesal, seperti Reiver.

"prediksi dan analisa Hrom ternyata benar. Ujian tahap pertama kali ini tidak hanya membutuhkan kekuatan dan kemampuan bertarung. Ini akan jadi ujian yang sangat membosankan dan menjengkelkan, untung aku sudah membuat kesepakatan." Batin Reiver dengan ekspresi wajah bertekuk masam.

"Untuk mempermudah kalian, kami sudah mempasangkan kalian. Saat seleksi peserta ujian di pelabuhan, kami sudah menilai kepribadian, pola pikir, kondisi mental, kekurangan dan kelebihan kalian. Menyesuaikan dari hal itu, maka kami akan mempasangkan kalian satu sama lain. Nah, bekerja sama lah dengan baik ya. Selain itu setiap pasangan harus mengumpulkan 50 kepompong dalam kondisi hidup dan sehat. Jika tidak mampu maka kalian akan gagal!" Jelas Gerard yang membuat beberapa peserta sudah mulai gelisah. Beberapa dari mereka juga sudah mulai memikirkan siapa patner ujian mereka kali ini.

"Selain itu ada tantangan bonus. Arah kalian memasuki gunung ini juga sudah di tentukan. Beberapa pasangan akan memasuki gunung dari arah barat, timur, utara dan selatan. Jadi jika kalian ingin lulus tahap pertama, ada tiga syarat yang harus kalian penuhi. Satu, pastikan kalian memasuki gunung sesuai dengan arah yang sudah di tentukan untuk kalian. Kedua, pastikan kalian membawa 50 kepompong dalam kondisi hidup dan sehat. Ketiga, pastikan patner ujian kalian masih hidup ketika kalian tiba di puncak gunung. Nah, kalau begitu lihatlah nama patner dan arah kalian untuk memasuki gunung."

Setelah penjelasan Isla, tembok sisi kanan basement terbuka. Terlihatlah sebuah monitor raksasa yang sudah menampilkan daftar pasangan ujian dan arah memasuki gunung.  Beragam ekspresi dan reaksi muncul setelah para peserta mengetahui siapa patner mereka. Melihat hal ini Isla dan Gerard hanya tersenyum, terutama Isla yang tersenyum licik.

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang