S-2 BAB 1

274 21 32
                                    

Shira hanya menunduk sembari merenung ketika Ivan mulai memegang resleting pakaian misinya.

Tatapan mata Shira yang menerawang membuat Ivan merasa heran. Dia berpikir Shira akan menangis, memohon dan bahkan meronta untuk melawan. Namun reaksi Shira saat ini benar-benar di luar dugaannya.

Ivan tunda sejenak niatnya untuk menelanjangi Shira, meski selangkangannnya sudah mulai terasa sesak.

Ivan pandangi lekuk tubuh Shira dan tatapan mata lelaki plontos ini berhenti tepat pada area dada Shira yang tampak begitu berisi. Jantung Ivan pun mulai berdetak lebih cepat dan Ivan bisa merasakan darahnya berdesir.

Ivan angkat dagu Shira agar tatapan mata mereka bertemu. Ivan pun begitu mengagumi keindahan iris mata Shira yang sangat unik.

"Kau punya mata yang sangat indah. Kenapa kau tutupi dengan softlens waktu di panthouse? Reiver benar-benar sangat beruntung ya, dia bisa memilikimu. Ini benar-benar membuatku kesal. Kenapa aku tidak bisa memiliki gadis sepertimu. Kurang apa aku dari Reiver?" Tanya Ivan.

Ivan pun mendekatkan wajahnya ke leher Shira, di sana dia bisa mencium aroma pir, Vanila dan mawar yang berpadu sempurna. Segar, lembut dan menggoda itulah yang ditangkap indra penciuman dan di respon otak Ivan. Ivan pun segera menekan selangkangannya, karena 'aset lelakinya' itu kian membesar.

Ivan mulai turunkan resleting pakaian misi Shira hingga sebatas belahan payudara, aroma wangi Shira semakin memanjakan indra penciuman Ivan, sekaligus semakin mengobarkan hasrat birahi lelaki itu. Sekali lagi Ivan hirup aroma Shira dalam-dalam dan jarak hidung Ivan dengan kulit leher Shira tidak sampai 1 sentimeter. Shira bisa merasakan dengan jelas hembusan dan tarikan nafas Ivan di lehernya.

Berbeda dengan aroma Reiver yang berbau campuran Musky, Woody dan fougere. Ivan beraroma Leather. Sebuah aroma mewah nan maskulin. Aroma yang membuat banyak wanita menjadi berhasrat mendekati pemimpin kelompok tentara bayaran ini.

Melihat tidak ada reaksi Shira setelah beberapa menit mereka berada di posisi hampir tanpa jarak, membuat Ivan kembali memandangi mata Shira, kini dengan lebih lekat.

Ivan cermati wajah dan kulit Shira, dia dapati gadis muda itu tanpa polesan make up apapun. Tangan Ivan terulur dan dia elus pelan pipi Shira. Ivan pun kaget sekaligus kagum, karena baru pertama kali dia merasakan kelembutan berpadu sempurna dengan kehalusan.

Ivan pun sontak menyeringai dan dia pun mulai memiringkan kepala, untuk mempermudah proses dirinya mengecup bibir Shira.
.
.
Langkah kaki itu kuat dan cepat. Energi ability yang melingkupi sekaligus memberi tenaga pada sepasang kaki itu benar-benar besar. Seakan semua tenaga yang dia miliki, digunakan untuk menggerakkan sepasang kakinya agar bergerak dengan sangat cepat. Saking cepatnya Reiver bergerak, dedaunan dan ranting apapun yang Reiver lalui akan lenyap. Sebab Ability Harrier merenggut daya hidup daun dan ranting itu. Andai Reiver melewati rerumputan, maka otomatis akan terciptalah jalanan setapak, sebab rerumputan itu sirna.

Keringat mengucur deras dari pelipis Reiver. Bahkan sekujur tubuhnya dibanjiri keringat. Ini efek penggunaan energi ability yang besar sekaligus rasa takut yang membuncah.

Bayang-bayang sosok tunangannya, disentuh lelaki lain, dijamah lelaki lain  benar-benar membuat Reiver mengabaikan segalanya. Termasuk cedera otot yang bisa saja dia alami karena menggunakan energi ability secara berlebihan dan mendadak.

Nafas Naren dan Siwa tersengal-sengal mengikuti jejak Reiver dari belakang. Namun mereka berdua pun enggan menyerah.

Naren memiliki pemikiran dan rasa takut yang sama dengan Reiver. Dia tidak rela Shira disentuh lelaki lain. Meski Naren sangat sadar kalau dia hanya teman sekaligus pendamping Shira. Namun hati tidak bisa berbohong. Lelaki mana yang rela melihat gadis yang dia cintai, disentuh oleh lelaki asing? Apalagi Ivan jelas akan menyentuh paksa Shira.

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang