33 PENGKHIANATAN

418 57 27
                                    

Ada beberapa peserta yang langsung menyerang lawan mereka dengan ability seperti lawan Naren dan lawan Lisly.

Ada juga yang menyerang dengan senjata seperti lawan Matteo dan Vanilla.

Bahkan ada juga yang menyerang dengan bermodalkan kemampuan bela diri. Tapi beda cerita dengan lawan Reiver.

Minerva menatap Reiver tajam, namun sorot matanya di penuhi kebahagian yang bercampur kekecewaan. Sayangnya Reiver sama sekali tidak menyadari hal itu, sebab dia terfokus pada kartu tugas di atas meja, di hadapannya.

Reiver menatap Minerva—setelah hampir satu menit memandangi kartu tugas—dan segera membentuk portal hitam yang memunculkan puluhan senjata tajam.

Minerva tersenyum lembut lalu kemudian menghela nafas dan menjatuhkan senjatanya. Melihat hal itu, Reiver menjadi kesal.

"Apa-apaan kau?" Tanya Reiver dingin.

"Aku mendapat informasi kalau kau memutuskan untuk ikut ujian Ridder. Akhirnya aku pun mengikuti ujian Ridder ini karena ingin bisa bersama denganmu lagi. Tapi kau....malah sibuk dengan wanita lain!" Teriak Minerva tiba-tiba, yang sukses membuat kaget hampir seisi ruangan, kecuali Vanilla dan Shira. Sementara Robbert hanya tersenyum penuh makna menatap Reiver.

"Nah Reiver, sekarang kau akan mulai mengerti. Kalau ketampanan dan pesona itu sebuah kutukan. Ketika lelaki yang tidak peduli pada wanita seperti mu, tiba-tiba memiliki seorang gadis. Sudah pasti para wanita yang selama ini menginginkan mu akan menggila. Mereka tidak akan membiarkanmu tenang bersama gadismu. Andai dari dulu kau mau memperhatikan perasaan orang lain terhadapmu, maka mungkin semua ini tidak akan terjadi padamu." batin Robbert.

"Minerva, kita tidak pernah punya hubungan apapun. Aku berterimakasih karena ayahmu telah menolongku di waktu kecil, tapi yang ayahmu minta padaku dan perbuatanmu waktu itu benar-benar mengerikan. Semenjak itu aku tidak punya hubungan apapun dengan keluarga kalian. Jadi sekarang, angkat senjatamu dan ayo bertarung. Aku tidak sudi mendapatkan kemenangan cuma-cuma."

Derai air mata Minerva menetes, kedua tangan wanita itu terkepal erat menahan gejolak emosi. Bahkan Minerva sampai menggigit bibir bawahnya hingga terluka.

"Ayah hanya memintamu menikahiku! Tapi kau menolak! Lalu ayah hanya meminta benihmu untuk ditanam di rahimku dan kau pun menolak! Jadi aku...jadi aku...aku...hiks...hiks...aku terpaksa melakukannya! Aku tidak bermaksud mencampurkan obat perangsang ke minumanmu dan mengikatmu di ranjang. Aku tidak bermaksud menyakitimu, aku hanya menginginkan anak darimu, karena aku mencintaimu Reiver. Aku sangat mencintaimu." Ungkap Minerva dengan berurai air mata.

"Itu sebabnya aku membunuh seluruh anak buah keluarga kalian dan pergi dari keluargamu. Seharusnya kau tidak muncul dihadapanku lagi, bukankah sudah ku bilang, pengampunanku hanya sekali."

Reiver pun mengangkat tangannya untuk memberi perintah kepada ability-nya agar siap melemparkan senjata-senjata tajam untuk menyerang Minerva.

Seluruh peserta ujian Ridder—minus Vanilla dan Shira—hanya bisa tercengang tidak percaya pada drama kisah nyata yang sedang mereka tonton saat ini.

Bahkan Naren dan Mask juga ikut kaget, sebab Reiver tidak pernah menceritakan tentang hubungannya dengan Minerva kepada mereka berdua.

Sementara itu—dengan duduk bersila di atas meja—Vanilla begitu menikmati drama pagi yang tersuguh di depan matanya, tanpa menggubris lawannya sama sekali. Lawan Vanilla yang bernama Judith benar-benar kesal dengan sikap Vanilla yang seakan merendahkan dan mengabaikannya.

"Hai sialan! Sebaiknya kau bertarung dengan benar!" Sergah Judith penuh amarah.

Judith kembali menyerang Vanilla dengan menembakkan peluru-peluru dari pistolnya. Namun setiap peluru yang mengarah ke Vanilla selalu gagal mencapai sasaran, sebab Vanilla selalu bisa menangkis peluru-peluru itu dengan jarum-jarumnya, walaupun Vanilla saat ini tetap fokus menonton Reiver dan Minerva.

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang