Mata Naren terbelalak dan lidahnya kelu saat dia melihat tulang-tulang keenam orang itu tiba-tiba keluar menembus otot dan kulit mereka sendiri.Kedua bola mata mereka, entah bagaimana terlepas begitu saja dari rongga mata. Hingga membuat wajah mereka seketika banjir darah.
Dari hidung dan telinga, otak mereka pun ikut keluar dan dalam bentuk hancur seperti bubur.
Tidak lama kemudian, keenam orang itu mulai bertingkah aneh. Mereka menari-nari dan tersenyum, namun juga berteriak kesakitan.
Gerakan dari tubuh mereka yang tulangnya sudah mencuat kesana kemari, tidak ubahnya seperti orang patah tulang namun di paksa tetap bergerak. Gerakan mereka patah-patah namun cepat. Persis seperti boneka kayu yang digerakkan dengan benang sang dalang.
Bulu kuduk Naren semakin berdiri ketika keenam orang itu mulai mendekati dirinya dan Shira. Reflek Naren menggendong Shira dan melompat naik ke salah satu dahan pohon. Di saat inilah Naren sadar tubuh Shira sudah sedingin es dan wajah Shira juga pucat seperti orang yang membeku.
Naren ingin bertanya kepada Shira perihal apa yang sebenarnya sedang terjadi. Atau lebih tepatnya Naren ingin bertanya apa yang sebenarnya telah Shira lakukan.
Namun orang-orang di bawah pohon membuat Naren tertegun. Sembari menari dengan gerakan aneh, mereka mencabut paksa organ tubuh mereka, meremasnya hingga hancur, lalu memakannya. Mereka juga saling menarik rambut satu sama lain dan mengunyah rambut itu hingga mereka tersedak dan tercekik.
Naren sontak menutup mulut karena ingin muntah, ketika dia melihat keenam orang itu mulai melakukan buang air besar. Kotoran busuk bercampur usus yang hancur keluar dari saluran pembuangan tubuh mereka.
Kini keenam orang itu sudah menggelepar di tanah yang bercampur dengan darah serta kotoran mereka.
Tawa mereka masih tidak berhenti, walaupun tenggorokan mereka sudah tercekat oleh rambut.
Naren memutuskan untuk segera pergi sembari tetap menggendong Shira, karena dia benar-benar akan muntah jika melihat semua itu lebih lama lagi.
Sementara di puncak gunung Shine, banyak peserta ujian yang muntah karena melihat apa yang terjadi pada keenam orang itu, termasuk Lisly.
Matteo dan Mosa menatap hasil perbuatan Shira dengan rasa terkejut bercampur kecemasan. Sedangkan Vanilla dan Reiver menyeringai lebar. Lalu Mask yang berdiri jauh di belakang, menatap layar monitor dengan sangat tajam. Kedua tangan Mask yang bersidekap juga mengepal kuat.
Sembari melompati satu dahan pohon ke dahan pohon lainnya, isi pikiran Naren dipenuhi tentang Shira di gendongannya. Ada rasa takjub yang Naren rasakan, karena di balik wajah lugunya, Shira juga bisa melakukan hal mengerikan. Namun di saat bersamaan, Naren juga merasa kalau Shira adalah sebuah ancaman. Ancaman yang sangat besar.
"Aku perlu penjelasan tentang tindakan yang kau lakukan Shira." Ujar Naren tegas. Tidak ada tatapan ramah atau senyum manis di wajah Naren seperti selama ini. Lelaki itu kini benar-benar sangat serius sekarang.
"Seperti yang kau lihat, itulah yang terjadi." Jawab Shira lemah dan pelan. Untung saja Naren memiliki pendengaran yang sangat baik.
"Itu ability kan?"
"Ya itu ability."
"Tapi bukan Alitheia. Aku belum pernah melihat ability yang seperti itu. Ability apa itu?" Tanya Naren namun Shira tidak lagi menjawab. Saat Naren menatap patner ujiannya itu, dia melihat mata Shira sudah terpejam dan suara nafas gadis itu begitu pelan serta teratur.
Naren sontak tersenyum lembut. Wajah Shira yang polos dan imut, pipinya yang agak chubby, kulitnya yang sangat mulus dan halus namun pucat, membuat Naren teringat pada boneka silikon yang sempat dia lihat di sebuah toko mainan dekat hotel tempat peserta ujian Ridder menginap.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND LIFE
RomanceFOLLOW & VOTE ya biar enggak ketinggalan sama karyaku yang lain. . 🏅Rangking 1 Obsessed 🏅Rangking 2 Fantasy 🏅Rangking 3 Pertarungan 🏅Rangking 4 Reinkarnasi 🏅Rangking 42 Asmara 🏅Rangking 59 keluarga 🏅Rangking 141 Drama . 50% Novel ini adalah...